Liputan6.com, Jakarta Potensi gelombang ketiga COVID-19 diprediksi bisa terjadi pada akhir tahun mengingat adanya libur Natal dan tahun baru. Namun, epidemiolog Pandu Riono memiliki pandangan melihat hal ini.
"Jangan mikir sesuatu yang bisa kita cegah. Ini sudah ada upaya penurunan kasus. Bagaimana menjaga penurunan kasus ini paling sulit," katanya dalam webinar Urgensi Percepatan Vaksinasi Kelompok Rentan, Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19 secara virtual, Rabu (13/10/2021).
Prof Pandu mengatakan, penurunan kasus COVID-19 di Indonesia cukup signifikan. Dari data yang ia temukan bersama pakar lain dari Universitas Indonesia menemukan, angka positivity rate di Indonesia turun hingga 0,96 persen per 6 Oktober 2021.
Advertisement
"Pandemi ini walaupun tidak 100 persen menekan penularan tapi kita bisa menekan hospitalisasi dan kematian. Ini adalah akibat vaksinasi," katanya.
"Kita melihat ada penurunan kasus luar biasa hebat. Kemudian varian Delta yang membuat pemerintah sadar penanganan pandemi ini betul-betul terkoordinasi nasional," katanya.
Selain itu, lanjut Pandu, secara bertahap di daerah lain luar pulau Jawa dan Bali pun juga melakukan terobosan bagus dengan menggandeng TNI/Polri dalam menggerakan vaksinasi sehingga cakupan vaksinasi cukup baik.
"Vaksinasi terbukti ada manfaat, bisa memberikan perlindungan terlepas apapun vaksinnya. Vaksin yang banyak digunakan di Indonesia, Sinovac juga ternyata tidak kalah dengan yang lain. Vaksinasi ini bisa menurunkan kasus terutama di wilayah aglomerasi," ujarnya.
Baca Juga
Bagaimana dengan varian baru?
Terkait kekhawatiran varian baru dalam gelombang ketiga COVID-19, Pandu menyampaikan bahwa saat ini para ilmuwan di Indonesia belum menemukan varian M.U ataupun Lambda di Indonesia karena laboratorium genome sequencing terus melakukan pemeriksaan spesimen yang masuk.
"Sejak 2021, BRIN dan Kemenkes telah memetakan laboratorium genome sequencing. Ga cuma satu, tapi belasan. Ini dilakukan untuk membantu menemukan varian baru. Hampir setiap minggu juga ada pertemuan," ujarnya.
Selain itu, menurut Pandu, pintu masuk Indonesia dari darat, laut dan udara semakin diperketat dan juga penerapan karantina.
"Seperti banyak negara lain yang memberlakukannya, pola ini diberlakukan sejak adanya varian Delta. Semua Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun Warga Negara Asing (WNA) harus melalui proses yang sama."
Jika keberlangsungan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan tetap dijaga maka Indonesia bisa mempertahankan kondisi ini dan tidak terjadi gelombang ketiga COVID-19.
"Penanganan pandemi telah berubah. Varian Delta membangunkan ketidakseriusan pemerintah menjadi serius ditangani. Ini salah satu cara mencegah terjadinya gelombang ketiga," katanya.
Pandu tetap mengingatkan untuk tidak melupakan kejadian gelombang pertama dan kedua COVID-19 di Indonesia untuk tetap meningkatkan kewaspadaan akan potensi penularan virus kembali.
"Jangan lupa kejadian Juli. Jangan euforia. Tetap pertahankan kondisi ini hingga tahun depan," pungkasnya.
Advertisement