Menguak Hubungan Bulan Purnama dengan Mood

Selama berabad-abad orang menyalahkan bulan karena kerusakan, perubahan suasana hati dan kejadian mistis.

oleh Melly Febrida diperbarui 05 Nov 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2021, 20:00 WIB
Memandangi Bulan Purnama Harvest Moon di Langit Inggris
Bulan purnama yang dikenal sebagai Harvest moon muncul di atas Whitby Abbey, di Whitby, Inggris, Senin (20/9/2021). Bulan purnama Harvest Moon biasanya terjadi di bulan September, namun kadang juga terlambat hingga ke Oktober. (AP Photo/Alastair Grant)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan purnama kerap disalahkan apabila manusia berperilaku aneh. Sejumlah teori sudah membantah, tapi tetap saja masih ada yang mempercayai.

Ini karena dalam kepercayaannya bahwa bulan dapat membentuk perilaku alam bawah sadar. Tradisi ini berasal dari abad pertama ketika filsuf Yunani Aristoteles dan sejarawan Romawi Pliny the Elder berhipotesis bahwa bulan purnama menyebabkan kegilaan di seluruh negeri yang diteranginya.

Dikutip Very Well Mind, sebenarnya, "gila" berasal dari bahasa Latin lunaticus, yang diartikan "dari bulan" atau "terhantam bulan".

Selama berabad-abad orang menyalahkan bulan karena kerusakan, perubahan suasana hati dan kejadian mistis, namun penelitian ilmiah tentang masalah ini lebih menunjukkan korelasi belaka daripada sebab-akibat. Jadi, kenapa orang masih saja mempercayainya? 

Dalam hipotesis, Aristoteles dan Pliny the Elder percaya bahwa karena otak lembap, maka otak dapat terpengaruh dengan cara yang sama seperti air di Bumi dipengaruhi oleh bulan.

Peneliti percaya bulan memiliki kekuatan untuk menyebabkan kegilaan, epilepsi, atau serangan kegilaan.

Psikiater Arnold Lieber, MD, menggali lebih dalam dalam bukunya, The Lunar Effect: Biological Tides and Human Emotions, yang ditulis pada tahun 1978, dan How the Moon Affects You: A Compelling and Controversial Book on the Moon's Awesome Power to Affect Your Emotions and the Way You Live.

Lieber menyatakan karena tubuh manusia terdiri dari sekitar 70 persen air, manusia mengalami pergeseran pasang surut yang disebabkan oleh fase bulan, seperti lautan di Bumi.

Dia menulis bahwa saat bulan purnama, kejadian seperti pembunuhan, bunuh diri, penyerangan, keadaan darurat psikiatri, dan kecelakaan mobil yang fatal meningkat secara dramatis.

 


Bantahan Para Ahli

Namun, teori itu dibantah para ahli. Sebuah studi secara khusus mengalahkan teori Lieber, dengan alasan bahwa tarikan gravitasi bumi 5.012 kali lebih kuat daripada tarikan bulan, yang tarikannya tidak lebih dari berat seekor kutu.

Bulan mungkin mengatur pasang surut perairan yang besar dan terbuka, tetapi pikirkan efeknya pada segelas air atau bak mandi, apalagi air yang membentuk tubuh manusia.

Para astronom, fisikawan, dan psikolog semuanya berkesimpulan bahwa perilaku manusia tidak terkait dengan fase bulan.

Pada tahun 1985, para peneliti melakukan meta-analisis dari 37 studi yang membandingkan siklus bulan dengan contoh kasus pada panggilan crisis center, seperti bunuh diri, kejahatan, dan masalah kejiwaan. Hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan antara bulan purnama dan peningkatan kejadian ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya