Ini Beda Batuk pada Saat Sakit Pneumonia dengan COVID-19

Batuk menjadi salah satu gejala yang kerap muncul saat seseorang terkena pneumonia akibat bakteri dan virus.

oleh Diviya Agatha diperbarui 18 Nov 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2021, 12:00 WIB
Gejala Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Gejala Pneumonia Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri dan virus. Gejala yang muncul pada dua pemicu tersebut pun ternyata hampir sama, lho.

Gejala saat seseorang terkena pneumonia akibat bakteri dan virus biasanya meliputi demam, batuk, dan sesak napas. Namun, bagaimana cara membedakan gejala yang muncul terutama pada saat batuk?

"Biasanya untuk pneumonia ini (batuknya) ada dahak berwarna, bisa kehijauan atau kekuningan. Bahkan kadang-kadang bisa ada bercak darah sedikit. Ini sangat berbeda dengan batuk COVID-19 yang biasanya kering," ujar Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K) dalam konferensi pers Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2021 ditulis Kamis, (18/11/2021).

Erlina menambahkan, pada gejala demam biasanya akan sama-sama tinggi, disertai dengan nyeri otot atau badan. Tetapi batuknya sendiri yang menjadi pembeda yakni disertai dengan dahak berwarna.

"Untuk mengeluarkan dahak yang kental itu biasanya pasien berusaha batuk terus-menerus, supaya napasnya menjadi lega. Apabila dahak itu tidak bisa dikeluarkan, kemungkinan pasien-pasien bisa menjadi sesak," kata Erlina.

Menurut Erlina, pneumonia menjadi penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena insiden kejadiannya yang kian meningkat dan cukup tinggi. Terutama pada lansia atau kelompok usia lanjut, dan anak dibawah 5 tahun.

Bagi orang-orang dengan usia lanjut, insidennya di Indonesia bisa mencapai 25-40 per 1.000 penduduk. Sehingga, jumlahnya pun sebenarnya sangatlah banyak jika ditotalkan secara keseluruhan.

"Jadi bayangkan seberapa banyak sebetulnya orang-orang lansia ini yang dengan mudahnya mengalami atau menderita pneumonia. Kita tahu kalau pasien-pasien tua atau lansia ini menderita pneumonia atau radang di paru, maka sembuhnya susah dan angka kematiannya tinggi," ujar Erlina.


Faktor yang mempengaruhi

Dalam kesempatan yang sama, Erlina mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor terkait mengapa para lansia atau kelompok usia yang sangat-sangat muda (dibawah 5 tahun) mudah terinfeksi dengan bakteri yang menimbulkan peradangan di jaringan parunya.

"Pertama, ada hubungannya dengan sistem pertahanan tubuh. Orang tua itu sistem pertahanan tubuhnya menurun, apalagi jika disertai dengan komorbid. Contohnya ada komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ya," kata Erlina.

"Juga orang tua kadang-kadang waktu tidurnya kurang, kurang beristirahat. Jadi ada masalah dengan imunitas. Demikian pada anak-anak dibawah 5 tahun, sistem imunitas mereka belum berkembang dengan sempurna. Sehingga sangat rentan untuk terinfeksi," tambahnya.

Terkait dengan itu, Erlina dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pun mendukung cara pencegahan yang tepat untuk menghindari pneumonia yakni dengan membangun sistem imun yang kuat.

Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, makan dengan gizi seimbang, tidak mengonsumsi alkohol, tidak merokok, istirahat yang cukup, jangan stres berkepanjangan, dan olahraga.


Infografis

Infografis 9 Tips Lansia Tetap Sehat Bebas Covid-19
Infografis 9 Tips Lansia Tetap Sehat Bebas Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya