Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap gejala yang muncul pada pasien terinfeksi Omicron atau varian B.1.1.529.
Pada pasien yang sudah mendapatkan vaksinasi, gejala varian Omicron yang dialaminya ringan.
Baca Juga
Seperti demam, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk. Gejala ini hampir mirip dengan pasien terjangkit varian Delta.
Advertisement
"Tapi untuk yang belum divaksinasi, terutama pada lansia, itu (gejalanya) parah," katanya kepada merdeka.com, Minggu (28/11).
Saat terpapar Omicron, pasien yang belum mendapatkan vaksinasi atau lansia bisa mengalami denyut jantung tinggi. Mereka cenderung membutuhkan tindakan pertolongan segera.
Â
Omicron Tidak Sebabkan Keparahan
Dicky menyebut, Omicron dinilai tidak menyebabkan keparahan. Namun, varian ini lebih cepat menular daripada Delta. Kecepatan transmisi ini bisa berpotensi membebani fasilitas kesehatan.
"Ini harus diwaspadai,"Â Dicky menegaskan.
Menurut mantan Kepala Kerjasama Bilateral Kesehatan Kementerian Kesehatan ini, Omicron sudah menyebar di banyak negara. Di antaranya Afrika Selatan, Bostwana, Inggris, Hongkong, Italia, Israel, dan Belgia.
Pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah mitigasi untuk mencegah masuknya Omicron. Seperti melakukan skrining ketat di pintu kedatangan pelaku perjalanan internasional, meningkatkan surveilans genomik, testing, tracing, vaksinasi, dan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan).
"Kemudian juga, hal lain tampaknya dari sisi pemeriksaan PCR. Pemeriksaan PCR yang hanya mendeteksi protein S ini akan tidak bisa mendeteksi (Omicron), bisa luput. Sehingga harus memastikan bahwa PCR mesin yang digunakan adalah mendeteksi dua jenis protein,"Â pungkasnya.
Omicron pertama kali terdeteksi di Botswana, negara di Afrika bagian selatan. Varian ini memiliki 32 mutasi. Salah satu mutasinya terdeteksi di Cambridge, Inggris.
Berdasarkan penelitian di Cambridge, Omicron berpotensi lebih infeksius dan menurunkan efikasi vaksin.
Penulis : Titin Supriatin
Advertisement