Dinkes Jabar Minta Masyarakat Tidak Panik Hadapi Omicron

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana Dewi mengatakan, untuk menangkal paparan Omicron, masyarakat harus menjalani protokol kesehatan (prokes) yang ada.

oleh Arie Nugraha diperbarui 11 Feb 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan Jawa Barat meminta kepada masyarakat agar tidak panik menghadapi pandemi COVID-19 varian Omicron.

Alasannya, kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana Dewi, untuk menangkal paparan Omicron, masyarakat harus menjalani protokol kesehatan (prokes) yang ada.

"Yang harus dilakukan tetap sama, satu selalu mencuci tangan, memakai masker, ketiga jaga jarak. Jadi itu yang harus dilakukan oleh masyarakat dan vaksinasi lah keluarga yang belum tercapai dua vaksinasi. Jadi lakukan vaksinasi, selalu terapkan 3M di rumah, di kantor, di tempat wisata, dimanapun. Insyaallah tidak terkena Omicron dan kita baik - baik saja," ujar Nina dicuplik dari kanal You Tube Jabarprov Tv ditulis Bandung, Jumat, 11 Februari 2022.

Sedangkan otoritasnya diakui oleh Nina, terus gencar melakukan tracing, testing, treatment (3T) untuk meminimalisir meluasnya paparan Omicron.

Nina menjelaskan penularan varian Omicron ini lebih cepat lima kali dibandingkan dengan varian Delta.

"Gejalanya lebih ringan dari Delta. Persentase gejalanya lebih banyak seperti flu, hanya delapan persen yang tidak mencium bau. Tetapi penularannya sangat tinggi, jadi kita tetap harus hati-hati," kata Nina.

Nina menyebutkan kewaspadaan bersama meluasnya paparan varian Omicron ini diperlukan guna mencegah terjadinya gelombang pandemi ketiga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tingkatkan Kesiagaan Fasilitas Kesehatan

Kesiagaan fasilitas kesehatan di Jawa Barat sebut Nina, kini tengah ditingkat kembali dari mulai tingkat desa atau kelurahan.

"Puskesmas harus siap, rumah sakit pun harus siap kalau ada gelombang ketiga. Karena kami sudah punya datanya saat gelombang kedua pandemi, mana saja puskesmas dan rumah sakit yang dapat meningkatkan kapasitas perawatan. Mudah - mudahan tidak terjadi," ungkap Nina.

Dinas Kesehatan Jawa Barat juga terus menjalin komunikasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat. Nina mengatakan meski telah ada transmisi lokal, namun penyumbang terbesar pasien Omicron adalah pelaku perjalanan luar negeri.

"Karena Omicron itu banyaknya dari luar negeri. Mau dari luar negeri masuk ke kita atau perbatasan antar provinsi, antar daerah seperti aglomerasi diperketat di daerah itu," terang Nina.

Nina menyebutkan ada pula program gerebeg wisata atau peninjauan mendadak ke lokasi wisata.

Tujuannya untuk mengetahui kelengkapan prokes serta memeriksa seluruh penghuninya telah memiliki kartu vaksin. (Arie Nugraha)


Infografis

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya