Liputan6.com, Jakarta Apabila pemudik merasakan keluhan gejala atau kontak erat COVID-19 harus dilakukan penanganan segera mungkin. Langkah ini membutuhkan kesadaran pribadi untuk memastikan bila terbukti keluhan gejala COVID-19 dapat ditangani segera.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menyarankan, sebaiknya pemudik menjalani pemeriksaan (testing) bila mengeluhkan gejala atau kontak erat COVID-19 walaupun sudah tidak ada kewajiban tes COVID-19 untuk mudik Lebaran 2022.
Baca Juga
"Memang tidak ada aturan melakukan tes sebelum bepergian (mudik) kalau sudah vaksin dua kali dan booster. Tetapi kalau ada keluhan dan atau ada kontak, maka tentu tetap harus dilakukan tes," terang Tjandra Yoga saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin, 25 April 2022.
Advertisement
"Dan untuk ini (kebutuhan testing) harus tersedia kemudahan masyarakat melakukan tes. Hanya dengan jumlah tes yang memadai, maka kita dapat mengetahui situasi epidemiologi yang sebenarnya."
Selain itu, Pemerintah perlu meningkatkan pemeriksaan deteksi varian virus Corona selama masa mudik dan libur Lebaran. Ini demi mewaspadai kemunculan varian Corona baru yang bisa menyebabkan kenaikan atau lonjakan COVID-19.
"Pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) perlu ditingkatkan. Karena kita tahu bahwa yang paling diwaspadai sekarang ini adalah ada tidaknya varian atau subvarian (virus Corona) baru," jelas Tjandra Yoga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pos Kesehatan Jalur Mudik
Demi mengantisipasi pemudik yang sakit ataupun membutuhkan pertolongan medis yang cepat dan memadai, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan 13.968 fasilitas kesehatan yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Terlebih, Pemerintah memperkirakan sebanyak 85,5 juta orang akan melakukan perjalanan mudik Lebaran 2022 ke kampung halaman.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, fasilitas kesehatan yang dimaksud terdiri dari 10.292 puskesmas, 3.034 rumah sakit, 251 Public Safety Center (PSC), 51 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan 340 Pos Kesehatan.
“Ada 13.968 fasilitas kesehatan di seluruh provinsi sudah kita siapkan untuk melayani masyarakat baik dalam perjalanan mudik maupun di daerah tujuan agar akses dan pelayanan kesehatan semakin kuat,” kata Nadia di Jakarta melalui pernyataan resmi pada Rabu (20/4/2022).
Kemenkes menyediakan 340 pos kesehatan yang dilengkapi dengan ambulans roda dua dan roda empat yang ditempatkan di berbagai rest area di jalan tol, pintu exit toll, jalur tol, jalur jalan raya non tol, dan beberapa lokasi wisata.
“Adanya pos kesehatan ini diharapkan bisa meminimalisir risiko kesehatan selama perjalanan mudik, supaya mudik sehat, aman dan nyaman,” imbuh Nadia.
Advertisement
Segerakan Vaksinasi Booster
Selain menyiapkan pos kesehatan di sepanjang jalur mudik Lebaran 2022, Kemenkes mendorong masyarakat yang akan mudik untuk menyegerakan vaksinasi booster COVID-19. Karena dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, risiko penularan COVID-19 juga akan meningkat.
Mudik yang terbilang masif dibutuhkan perlindungan tambahan, salah satunya dengan pemberian vaksinasi booster COVID-19. Vaksinasi booster bertujuan meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga perjalanan mudik jadi lebih aman, nyaman, dan selamat sampai tujuan.
“Lewat vaksinasi kita bisa mencegah risiko terinfeksi COVID-19 maupun dirawat dengan gejala berat ataupun risiko kematian akibat COVID-19. Kami mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 lengkap dua dosis yang dilanjutkan dengan booster,” terang Siti Nadia Tarmizi.
Nadia berharap mudik Lebaran 2022 bisa menjadi momentum bagi peningkatan cakupan vaksinasi booster COVID-19.
“Bagi yang akan mudik Lebaran, segera lakukan vaksinasi booster. Siapkan diri kita semua dalam keadaan sehat, agar kita dapat melindungi diri kita dan keluarga kita saat melakukan perjalanan, saat tiba dan saat kembali dari kampung halaman,” pesannya.
Pemudik Harus Jaga Jarak
Tjandra Yoga Aditama menambahkan, para pemudik perlu berupaya optimal untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Upaya ini memang tidak terlalu mudah dan perlu disesuaikan dengan situasi lapangan yang ada.
"Upayakan kalau toh harus ada dalam kerumunan, maka lama waktunya lebih singkat. Kalau lebih pendek waktu seseorang berada dalam kerumunan, maka akan lebih kecil kemungkinan tertular COVID-19," tambahnya.
"Kalau berlama-lama, maka makin makin besar kemungkinan penularannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutnya sebagai shorter time periods with others are safer. Artinya, kalau memang terpaksa harus berada dalam kerumunan, maka baik kalau direncanakan tentang apa yang akan dilakukan, sehingga dalam waktu singkat dapat diselesaikan."
Selain itu, pemudik tetap berupaya maksimal menjaga jarak dengan orang lain di sekitar. WHO menyebutnya, sebagai farther away from others safer than close together.
"Langkah ini untuk mencegah penularan kalau barangkali di sekitar kita ada yang batuk, bersin atau berbicara keras dan lainnya," ucap Tjandra Yoga yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Advertisement