Sudah Bisa Booster Kedua, Ketua ITAGI Ingatkan Prokes pada Nakes Tetap Harus Ketat

Per Jumat 29 Juli 2022, tenaga kesehatan sudah diperbolehkan untuk melakukan vaksin booster kedua.

oleh Diviya Agatha diperbarui 29 Jul 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2022, 14:00 WIB
FOTO: Capaian Vaksinasi Booster COVID-19 Jakarta Masih Rendah
Tenaga kesehatan mengisi jarum suntik dengan vaksin dosis ketiga (Booster) di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (10/3/2022). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengakui, capaian vaksinasi booster COVID-19 masih sangat rendah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Sejak masuknya Omicron subvarian terbaru BA.4 dan BA.5 ke Indonesia, beberapa pihak telah mewanti-wanti soal potensi kenaikan kasus. Hal tersebut lantaran di banyak negara lainnya, kasus COVID-19 memang mengalami kenaikan akibat dua subvarian ini.

Bila merujuk pada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, puncak kenaikan kasus terjadi pada minggu keempat bulan Juli. Dalam satu hari, penambahan sudah tembus dari enam ribu kasus.

Pertimbangan untuk memberikan vaksinasi COVID-19 dosis keempat atau vaksin booster kedua untuk tenaga kesehatan (nakes) pun akhirnya diresmikan.

Seperti diketahui, nakes adalah garda terdepan dalam penanganan pandemi COVID-19 dan merupakan kelompok berisiko tinggi karena harus berjibaku merawat pasien yang terinfeksi.

Sehingga melalui Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/3615/2022 Tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Booster Ke-2 Bagi Sumber Daya Manusia Kesehatan, para nakes sudah dapat melakukan vaksinasi COVID-19 dosis keempat atau vaksin booster kedua terhitung sejak hari ini, Jumat 29 Juli 2022.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro, SpAK mengingatkan bahwa meskipun para nakes sudah mendapatkan booster kedua, penting untuk tidak lalai dalam hal protokol kesehatan (prokes).

"Nakes itu prokesnya harus kuat. Enggak bisa sudah divaksin (booster kedua) prokesnya longgar, karena penularan bisa juga bukan di rumah sakit. Bisa di rumah, mungkin di transportasi umum, mungkin di mal," ujar wanita yang akrab disapa Prof Sri melalui sambungan telepon pada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (29/7/2022). 

Penyebab Booster Kedua Harus Diberikan

Nakes di RSUD Banyumas, Jawa Tengah disuntik vaksin Covid-19 dosis tiga atau booster. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas)
Nakes di RSUD Banyumas, Jawa Tengah disuntik vaksin Covid-19 dosis tiga atau booster. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas)

Dalam kesempatan yang sama, Sri mengungkapkan pemberian vaksin booster kedua bagi nakes memang didasari atas kegelisahan akibat naiknya kasus COVID-19.

"Awal Juni kasus masih rendah, malah kematian pernah nol. Jadi pada waktu itu kita nilai memang belum perlu (booster kedua) nakes karena kasus rendah," kata Sri.

"Tapi makin hari sekarang makin tinggi, bahkan sampai enam ribu per hari. Nah itu yang membuat jadi gelisah," tambahnya.

Vaksin booster pertama untuk nakes sendiri sudah diberikan sejak Agustus 2021, yang artinya telah melewati jangka waktu enam bulan. Menurut Sri, antibodi pada kebanyakan nakes kemungkinan sudah menurun.

"Nakes ini kan booster pertamanya awal itu bulan Agustus September tahun lalu. Kalau sampai sekarang memang sudah hampir setahun --- Jadi lewat enam bulan itu pasti menurun," kata Sri.

Terlebih menurut Sri, nakes menjadi kelompok berisiko tinggi. Sehingga penting untuk memperkuat kembali imunitas mereka yang bekerja di lapangan, yang nantinya juga bertugas mengurus pasien COVID-19.

Sederet Kelompok Berisiko Tinggi

Vaksinasi Booster Dari Rumah ke Rumah
Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kepada lansia saat vaksinasi booster COVID-19 dari rumah ke rumah di Poris Plawad, Tangerang, Jumat (21/1/2022). Pelaksanaan vaksinasi dari rumah ke rumah untuk memudahkan para lansia mendapatkan vaksin booster COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Lebih lanjut Sri menjelaskan bahwa kelompok berisiko pun sebenarnya bukan hanya nakes. Melainkan lansia dan mereka yang memiliki komorbid.

"Risiko tinggi itu bukan hanya pada nakes. Kepada orang lansia, pada yang komorbid itu semua risiko tinggi. Tetapi kalau kita lihat mereka booster satunya masih rendah sekali. Sayang sekali, itu kita lagi kejar itu," ujar Sri.

Sri menambahkan, apabila lansia dan orang dengan komorbid ingin mendapatkan booster kedua, maka harus lebih dulu melengkapi booster pertama yang hingga saat ini masih rendah.

"Booster pertamanya dikejar dulu, karena kalau dia masih 25 persen, yang 75 persen itu kan risiko kalau enggak di booster --- Jadi kita mesti sampaikan pada keluarganya bahwa memang harus di booster (pertama) dulu," ujar Sri.

Cakupan Booster Nakes Sudah Tinggi

FOTO: Capaian Vaksinasi Booster COVID-19 Jakarta Masih Rendah
Tenaga kesehatan melakukan tes kesehatan warga sebelum disuntik vaksin dosis ketiga (Booster) di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (10/3/2022). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengakui, capaian vaksinasi booster COVID-19 masih sangat rendah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya Sri menjelaskan, pada nakes sendiri, cakupan vaksinasi booster pertama sudah tinggi dan sudah melebihi jangka waktu enam bulan. Sehingga saat ini, nakes dianggap sudah membutuhkan vaksin booster kedua.

"Kalau nakes itu booster-nya sudah tinggi sekali, booster yang pertama itu cakupannya sudah 100 persen malahan. Jadi memang sudah waktunya untuk diberikan booster yang kedua," kata Sri.

"Tapi kalau lansia itu masih rendah. Masyarakat umum juga masih rendah --- Itu yang harus kita kejar dulu karena kalau mereka booster satu saja belum, bagaimana mau kasih booster kedua? Kan enggak bisa juga," tambahnya.

Infografis Melihat Cakupan Vaksin Covid-19 Dosis 3 di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Melihat Cakupan Vaksin Covid-19 Dosis 3 di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya