Situasi COVID-19 RI Makin Membaik, Yakin Sepenuhnya Aman Enggak?

Situasi COVID-19 di Indonesia makin membaik, tapi yakin aman atau tidak?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Sep 2022, 19:40 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2022, 19:40 WIB
FOTO: Cegah Penumpukan Penumpang, Transjakarta Tambah Armada di Stasiun Manggarai
Calon penumpang menaiki bus Transjakarta di Halte Plaza Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Kamis (2/6/2022). Untuk mengantisipasi penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai akibat rute baru KRL, PT Transjakarta melakukan penyesuaian layanan serta menambah 32 armada yang beroperasi untuk melayani tiga rute yang tersedia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan situasi COVID-19 di Indonesia semakin membaik. Kasus terkonfirmasi positif dan kasus aktif nasional juga menurun, yang terlihat jelas dalam tiga bulan ini terutama sejak Agustus 2022.

Menilik kondisi baik tersebut, apakah Indonesia sudah sepenuhnya aman dari 'cengkeraman' virus Corona? Epidemiolog Dicky Budiman dari Griffrith University, Australia menegaskan, persoalan aman atau tidak itu masih belum ada 'hilal' yang pasti.

Sebab, dalam pengendalian COVID-19 saat ini banyak aspek yang membutuhkan kajian dan jawaban kepada publik. Contohnya, seputar seberapa besar imunitas terhadap COVID-19 bertahan atau bagaimana imunitas mampu menghadapi varian virus Corona baru yang sewaktu-waktu bisa muncul.

"Situasi Indonesia semakin membaik dalam kaitan mengendalikan COVID-19, iya itu betul, Tapi apakah kita sudah masuk dalam situasi atau kondisi yang aman, nah ini masih banyak indikator ataupun pertanyaan yang belum kita jawab secara confidence ya atau cukup percaya diri," jelas Dicky dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 20 September 2022.

"Di antaranya begini, pertama, apakah modal imunitas yang kita miliki saat ini akan mampu atau sudah mampu memberikan proteksi yang cukup berdaya atau berdurasi panjang. Maksudnya berdurasi panjang itu ya setahun lebih dan juga apakah mampu menghadapi potensi adanya atau ancaman subvarian atau varian baru."

Sejumlah pertanyaan 'menggelitik' di atas, menurut Dicky harus dijawab dengan data-data yang mumpuni. Tujuannya, agar masyarakat paham dan penting bahwa vaksinasi COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap COVID-19 walau tidak 100 persen.

"Itu (pertanyaan) yang masih harus dijawab dengan data tentunya ya," lanjutnya.

Kasus Aktif Indonesia di Bawah Dunia

FOTO: Idul Adha, Car Free Day Ditiadakan
Suasana aktivitas warga di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (10/7/2022). Pemprov DKI Jakarta meniadakan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) pada 10 Juli karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1443 H. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berdasarkan 'Analisis Data COVID-19 Indonesia' yang diterbitkan Satgas Penanganan COVID-19, perkembangan persentase kasus aktif COVID-19 dan kesembuhan Indonesia per 11 September 2022 menunjukkan, data yang positif.

Bahwa persentase kasus aktif nasional di bawah dunia (selisih 1,89 persen). Kemudian persentase angka kesembuhan nasional di atas dunia (selisih 0,49 persen).

Lain halnya dengan  persentase kasus kematian Indonesia yang masih berada di atas rata-rata angka kematian dunia (selisih 1,41 persen).

Secara rinci, jumlah kumulatif kematian akibat COVID-19 per 11 September 2022 sebanyak 157.770 (2,47 persen), masih di atas rata-rata dunia (1,06 persen), angka kesembuhan mencapai 6.200.776 (97,00 persen) berada di atas rata-rata kesembuhan dunia (96,51 persen), dan jumlah kasus aktif 33.946 (0,53 persen) berada di bawah rata-rata dunia (2,42 persen).

Perkembangan indikator pandemi, yakni kasus positif dan kasus aktif ini mengalami penurunan sebulan terakhir. Kasus positif turun 64,95 persen menjadi 1.939 kasus, dari 5.532 kasus pada 11 Agustus 2022. Sementara itu, kasus aktif turun 35,62 persen menjadi 33.946 kasus, dari 52.729 kasus pada 11 Agustus 2022.

Jumlah Orang yang Diperiksa Turun

FOTO: Stasiun Pasar Senen Sediakan Tes PCR Untuk Calon Penumpang KA Jarak Jauh
Sejumlah calon penumpang antre untuk menjalani tes swab PCR di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Jumat (24/12/2021). Mulai hari ini, penumpang kereta wajib menunjukkan hasil negatif tes PCR. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

'Analisis Data COVID-19 Indonesia' per 11 September 2022 juga menunjukkan, Indonesia telah mencapai standar jumlah pemeriksaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 orang diperiksa per 1.000 penduduk per minggu, sejak pekan kedua Januari 2021.

Seiring waktu, pada pekan kedua bulan September 2022 mengalami penurunan orang diperiksa yang kini menjadi 78,55 persen. Jumlah dan persentase orang yang diperiksa dengan PCR sebanyak 87.223 (41,12 persen) dan Antigen 124.873 (58,88 persen).

Rasio pemeriksaan di Indonesia mencapai 1 banding 1000 selama sepekan terakhir (4 - 11 September 2022). Lalu, angka positivity rate mingguan mengalami penurunan 0,95 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Satgas Penanganan COVID-19 memberikan catatan, testing perlu terus ditingkatkan sebagai standar utama pemeriksaan COVID-19. Pada keadaan kasus rendah seperti sekarang, penting menjaga jumlah pemeriksaan tetap tinggi.

Hal ini agar jika penularan virus Corona kembali meningkat, dapat segera terdeteksi dan cepat ditangani sebelum lonjakan kasus signifikan terjadi. Situasi COVID-19 ini juga perlu menjadi perhatian untuk menghindari lonjakan kasus yang lebih parah di masa depan dengan melaksanakan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak).

Vaksinasi Turunkan Tingkat Kematian

FOTO: Antusiasme Warga Ikuti Vaksinasi Booster COVID-19 untuk Mudik Lebaran
Warga menerima vaksin booster COVID-19 di Taman Pemuda Pratama, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/4/2022). Presiden Joko Widodo telah mempersilakan masyarakat untuk mudik pada Lebaran 2022. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Cakupan vaksinasi tertinggi terdapat pada provinsi DKI Jakarta (134,73 persen), Bali (105,71 persen), dan Yogyakarta (102,02 persen), sebagaimana 'Analisis Data COVID-19 Indonesia' per 11 September 2022.

Walau begitu, masih terdapat provinsi dengan cakupan vaksinasi di bawah 50 persen, yaitu 1 provinsi pada dosis 1 dan 4 provinsi pada dosis 2. Sementara pada dosis 3, ada 28 provinsi dengan cakupan di bawah 30 persen.

Terkait vaksinasi COVID-19, Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, modal imunitas yang diperoleh dari vaksin terbukti bermanfaat, yakni semakin menurunkan apapun penularan varian Corona. Penurunan juga terjadi di tingkat keparahan maupun kematian.

"Namun, menurun ini artinya masih ada sebagian dari masyarakat kita yang menjadi korban, walaupun semakin sedikit gitu. Ini yang harus kita jawab dengan pasti soal modal imunitas," terangnya.

"Karena ternyata yang sakit atau menderita infeksi COVID-19, tidak hanya sekadar atau berhenti ketika COVID-19-nya pulih. Tapi ada potensi long COVID serius. Bahkan cukup satu sangat serius, utamanya pada kelompok seperti lansia yang dampaknya bisa cukup fatal."

Menurut Dicky, Indonesia masih harus berupaya membangun modal imunitas dengan potensi-potensi proteksi yang memadai, bukan hanya bisa terlindung dari infeksinya, melainkan terlindung juga dari long COVID.

Infografis Tips Pilih Masker Medis Asli dan Aman Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Tips Pilih Masker Medis Asli dan Aman Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya