Cerita Lansia Singapura Lukai Diri Sendiri dan Temukan Kehidupan Setelah Rutin Ditemani

Seiring bertumbuh dewasa, konsultan dari Singapore Academy of Law Lauren Ong acap kali melihat teman-temannya diduga melukai diri sendiri.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Okt 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi lansia
Ilustrasi lansia. Foto: Unsplash.

Liputan6.com, Jakarta - Seiring bertumbuh dewasa, konsultan dari Singapore Academy of Law Lauren Ong acap kali melihat teman-temannya--diduga melukai diri sendiri.

Ia melihat luka sayatan di pergelangan tangan tema-temannya. Beberapa bahkan mengunggahnya di media sosial.

Ong mengira, hal ini dilakukan karena teman-temannya terinspirasi dari sebuah video musik populer. Video itu menampilkan seorang gadis remaja dan perjuangannya dengan kehidupan sekolah, teman, dan orangtua yang membuatnya patah arah sehingga melukai diri dengan cara tersebut.

Namun, sebuah percakapan baru-baru ini dengan seorang pria berumur 69 tahun yang sebagian matanya tak berfungsi menunjukkan kepada Ong sisi yang berbeda dari masalah ini.

Pria lanjut usia yang hanya menyebut namanya sebagai Mr Wong itu tidak memiliki masalah yang sama dengan gadis muda di video musik itu. Ketakutan yang menguasainya adalah kematian sendirian di flat satu kamar tidurnya, membuatnya tetap terjaga di malam hari.

Dia telah diberi resep satu setengah dosis pil tidur setiap hari. Ketika dosis yang ditentukan tidak berhasil, dia mulai meminum lebih banyak pil. Ini berlangsung selama berminggu-minggu. Suatu malam, dalam upaya untuk mengakhiri hidupnya, dia menelan sekitar 50 tablet.

Sayangnya, kasus Mr Wong tidak jarang terjadi. “Orang di atas usia 60 biasanya melukai diri sendiri dengan dua cara,” kata konsultan senior dan kepala Departemen Psikiatri Geriatri di Institut Kesehatan Mental Dr Yao Fengyuan mengutip Channel News Asia, Selasa (18/10/2022).

2 Cara yang Dimaksud

Dua cara yang dimaksud oleh Fengyuan adalah menyayat dan overdosis karena lansia cenderung memiliki lebih banyak obat-obatan ketimbang anak muda.

“Salah satunya dengan memotong sendiri. Yang lainnya adalah dengan overdosis. Kami kira itu karena mereka memiliki lebih banyak obat dibandingkan dengan kaum muda,” katanya.

Ketika Ong berkunjung ke rumah Mr Wong, ia melihat pil disimpan dalam wadah transparan dan ditempatkan di berbagai area di seluruh flat satu kamar tidur.

“Itu mengingatkan saya pada apartemen kakek-nenek saya, yang memiliki troli tiga tingkat yang penuh dengan obat-obatan,” kata Ong.

Ong pun berpikir, obat memang diperlukan oleh pasien lanjut usia, tapi di sisi lain akses pada obat selama berbulan-bulan juga berisiko bagi peminumnya.

Mr Wong, misalnya, sebagian mata tak dapat melihat dan kesulitan bergerak. Menurutnya, dia ingin melarikan diri dari kekhawatiran terisolasi dan sekarat sendirian.

Kekhawatiran semacam itu merupakan pemicu potensial bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun untuk melukai diri sendiri, kata pengamat.

Butuh Teman

Namun, memiliki seseorang untuk diajak bicara secara langsung telah memberi Mr Wong garis terang dalam hidup. Selama enam tahun terakhir, pekerja sosial dari organisasi nirlaba O'Joy telah mengunjunginya setiap dua minggu.

Mr Wong pun terbuka dengan cerita kehidupannya. Termasuk soal kehidupan cintanya dan masa kecilnya yang bermasalah.

“Bagi orang seperti Mr Wong, terutama yang tinggal sendiri, sepertinya yang mereka cari hanyalah teman untuk membicarakan masalah mereka. Memiliki hubungan yang baik dengan mereka secara tatap muka dapat meruntuhkan lebih banyak hambatan daripada suara yang tidak dikenal di telepon,” ujar Ong.

Topik melukai diri sendiri di antara lansia anehnya sulit dipahami, lanjutnya. Gambar yang jelas sulit ditangkap karena tidak ada data resmi tentang ini. Sulit untuk menemukan informasi tentang hal yang tidak terjadi pada kaum muda.

“Tentu saja, ada kemungkinan bahwa menyakiti diri sendiri dalam kelompok usia ini mungkin tidak menjadi masalah di mana-mana. Tetapi seiring bertambahnya usia populasi Singapura, saya pikir ini adalah sesuatu yang layak untuk dicermati.”

Isu Lukai Diri di Indonesia

Kasus melukai diri sendiri juga ada di berbagai negara termasuk Indonesia. Baru-baru ini, timbul tanya soal pengobatan kasus melukai diri dapat ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau tidak.

Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti memberi tanggapan soal tindakan melukai diri sendiri yang berkaitan dengan kesehatan mental. Menurutnya, hal ini perlu kajian lebih lanjut.

“Saya kira perlu satu kajian, perlu kita kaji lagi. Memang jadi perdebatan, yang jelas itu kalau di dalam asuransi, orang yang melukai diri sendiri seperti melakukan olahraga berisiko tinggi seperti cantole itu memang tidak dijamin (BPJS), termasuk yang bunuh diri,” ujar Ghufron saat ditemui di Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (12/10/2022).

Hanya saja, lanjutnya, sebagian orang menganggap bahwa orang yang melukai diri sendiri justru karena mereka sakit. Jika tidak sakit, maka mereka tidak akan melakukan tindakan tersebut.

“Nah maka ini perlu penelitian, pada dasarnya kalau memang itu adalah orang sakit dan jika secara kemampuan dana BPJS cukup ya kenapa tidak (ditanggung BPJS) tapi ini perlu penelitian dulu, perlu pengkajian dulu. Enggak boleh langsung diputuskan gitu.”

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa tindakan melukai diri sendiri akibat gangguan jiwa perlu memperoleh tanggungan biaya perawatan BPJS Kesehatan. Namun, hingga saat ini belum semua perawatan pasien akibat gangguan kejiwaan bisa ditanggung BPJS Kesehatan seperti disampaikan Direktur Kesehatan Jiwa (Keswa) Kementerian Kesehatan RI Vensya Sihotang di Jakarta beberapa waktu lalu.

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

https://www.channelnewsasia.com/commentary/self-harm-elderly-overdose-lonely-attention-conversation-mental-health-2994426

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya