Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada seorang pun yang suka dibohongi. Namun faktanya, setiap orang pasti pernah berbohong—dengan alasan yang bervariasi. Meski seseorang tidak dapat membaca isi hati orang lain dan mengetahui kebenaran yang disembunyikan dalam hatinya, terdapat beberapa tanda yang menunjukkan seseorang berbohong.
Lima tanda seseorang mengatakan kebohongan menurut situs Mind Body Green yaitu:
Baca Juga
1. Bahasa Tubuh
Advertisement
Bahasa tubuh telah dianggap sebagai cara untuk menemukan pembohong sejak lama, menurut psikoterapis Babita Spinelli, L.P. Bahasa tubuh yang terlihat ketika seseorang mengatakan kebohongan termasuk:
-Gelisah
-Menyentuh rambut atau wajah
-Menyilangkan lengan
-Menghindari menatap mata lawan bicaranya.
Isyarat bahasa tubuh semacam ini menyampaikan ketidaknyamanan, yang tentu saja dapat timbul dari kebohongan—meski bukan berarti semua orang yang melakukannya sedang mengatakan kebohongan. Penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh tertentu tidak selalu menunjukkan kebohongan.
Dengan demikian, ini tidak dapat dijadikan tolak ukur apakah seseorang berbohong atau tidak. Gerakan mata, misalnya, dapat dengan mudah berarti seseorang sedang berpikir atau memproses informasi yang diterima, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Directions in Psychological Science.
Selain itu, terdapat berbagai alasan lain yang menyebabkan seseorang mungkin merasa tidak nyaman secara fisik yang tidak ada hubungannya dengan kejujuran yang diungkapkan.
2. Menghindari Pertanyaan, Percakapan, atau Diri Anda Sepenuhnya
Spinelli mengatakan bahwa ketika seorang pembohong dikonfrontasi, ia mungkin menghindari pertanyaan atau bahkan melakukan gaslighting untuk membuat Anda percaya versi ceritanya yang terdistorsi.
Seperti yang dikatakan terapis pernikahan dan keluarga berlisensi Shane Birkel, LMFT, "Apa yang saya perhatikan dengan orang-orang tertentu (ketika berbohong) adalah dia akan menghindari pertanyaan atau membuatnya benar-benar kabur."
Semakin sedikit detail yang ada, semakin kecil kemungkinan Anda dapat mengecek faktanya.
3. Gaya Bicara
Meskipun bahasa tubuh tidak dapat dijadikan tolak ukur yang akurat untuk menemukan pembohong, memperhatikan ucapan seseorang dapat memberi Anda wawasan yang lebih baik.
Menurut satu studi tahun 2011 yang diterbitkan dalam jurnal Discourse Processes, para peneliti menemukan bahwa orang yang berbohong lebih cenderung menggunakan beberapa gaya bicara tertentu, misalnya:
-Jumlah kata yang lebih banyak
-Kata ganti orang ketiga
-Angka
-Kata kasar atau kutukan.
Orang yang berbohong untuk menyembunyikan kebenaran, di sisi lain, lebih cenderung menggunakan lebih sedikit kata secara umum, dan terutama "kata-kata sebab akibat," atau kata-kata yang menghubungkan peristiwa bersama, menurut penelitian tersebut.
4. Melebih-lebihkan
Sementara seseorang yang berbohong mungkin membuat hal-hal terlihat tidak jelas, di sisi lain, ada juga kasus melebih-lebihkan.
Penelitian tahun 2011 mencatat bahwa orang yang langsung berbohong mungkin memang menggunakan kata-kata yang berlebihan. Namun, belum jelas apakah itu untuk meningkatkan versi ceritanya atau hanya karena gugup.
Perlu diingat bahwa ini tidak selalu terjadi, terutama jika pembohong yang bersangkutan memilih untuk berbohong dengan menyembunyikan kebenaran.
Advertisement
5. Kesalahan Tanpa Henti
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah seseorang berbohong adalah dengan menangkap kesalahan kontinuitas dalam runtutan cerita yang dilontarkannya.
Ini paling mudah dikenali jika orang tersebut melebih-lebihkan dan menambahkan banyak detail yang tidak perlu (misalnya angka, seperti yang dikatakan penelitian si atas bahwa orang yang berbohong cenderung melakukannya) dalam rangkaian ceritanya.
Perhatikan apakah terdapat hal-hal tidak masuk akal atau tidak nyambung yang muncul dalam versi ceritanya. Jika iya, maka kemungkinan Anda dibohongi.
Setelah yakin bahwa Anda sedang dibohongi, maka muncul pertanyaan tentang bagaimana menanganinya.
Birkel mengatakan terserah Anda mau bagaimana menangani kebohongan itu. Pertimbangkan seberapa penting konteks sebenarnya, apa konsekuensinya jika perilaku itu tidak dicek kebenarannya dan dibiarkan berlalu begitu saja, serta apa yang Anda pahami tentang orang tersebut, tambahnya.
"Yang terbaik adalah berhenti sejenak dan merenungkan alasannya," tambah Spinelli. Selain itu, penting untuk mengetahui batasan Anda.
Ungkapkan Kecurigaan dengan Lembut
Jika Anda memutuskan ingin mengkonfrontasinya Spinelli mengatakan penting untuk melakukannya dengan lembut, karena kemungkinan besar hal ini akan membuat orang tersebut marah.
"Anda mungkin ingin memulainya dengan, 'Saya perhatikan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam cerita yang Anda katakan. Apakah Anda yakin bahwa apa yang diceritakan benar-benar maksud Anda?'" jelasnya.
Anda juga dapat memberitahukannya bahwa Anda ingin melakukan percakapan empat mata. "Dengarkan dia terlebih dahulu dan cari tahu tujuannya tanpa mengkritik tetapi dengan rasa ingin tahu," katanya.
"Kemudian, Anda dapat memutuskan setelah itu apa yang ingin dilakukan dengan situasi ini—pertahankan hubungan, tetapkan batasan, dan/atau bagikan apa yang Anda harapkan kedepannya."
Berbicara tentang move on, menurut Birkel, di sinilah penting bagi Anda untuk menghormati batasan sendiri dan mengetahui kapan harus melepaskan diri—baik dari percakapan atau orang tersebut sepenuhnya. Jika orang tersebut tidak mau mengakui kebenaran, itu masalahnya, bukan Anda, tuturnya.
Dan jika dia telah mengaku berbohong, Anda dapat menawarkan beberapa solusi atau harapan tentang bagaimana Anda ingin hal-hal di masa depan dihadapi. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Mari kita buat rencana tentang bagaimana menghindari masalah komunikasi semacam ini di masa depan," sarannya.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement