Banyak Makan tapi Berat Badan Anak Turun, Waspada Diabetes pada Si Kecil

Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dana Nur Prihadi menjelaskan soal diabetes pada anak. Termasuk soal diabetes tipe 1.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Mar 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2023, 13:00 WIB
Kenali Alasan Anak Tidak Mau Makan dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi anak banyak makan tapi tetap kurus. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dana Nur Prihadi diabetes pada anak tipe satu seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Sehingga diagnosis diabetes pada umumnya terlewatkan di awal.

Dana mengungkapkan, salah satu hal yang mesti dicurigai orangtua ketika anak makan banyak tapi berat badan malah turun. Lalu, ada mengompol pada anak padahal sebelumnya tidak.

“Orangtua mesti curiga jika anak mengalami penurunan berat badan padahal di saat yang sama si anak lebih banyak minum dan lebih banyak makan. Tiba-tiba mengompol di malam hari padahal sebelumnya tidak."

"Umumnya inilah gejala diabetes tipe 1 pada anak-anak. Segera cek gula darah dan konsultasikan ke dokter,” kata Dana dalam konferensi pers bersama Ngobras di Jakarta Selatan, Rabu 8 Maret 2023.

Dana menambahkan, anak diabetes tetap bisa melakukan aktivitas dan mencapai cita-citanya. Jika kontrol metaboliknya bagus, tumbuh kembang anak diabetes akan sebaik anak sehat.

Kontrol metabolik meliputi pengukuran kadar HbA1C setiap tiga bulan sekali. Perlu pula diupayakan agar kadar gula darah senormal mungkin.

Menurut beberapa penelitian, penyebab utama diabetes tipe satu adalah infeksi saat kehamilan dan infeksi berulang di dua tahun pertama kehidupan.

Faktor pola makan juga pernah diteliti, dalam hal ini soal konsumsi susu sapi. Namun, ternyata pengaruhnya terhadap kejadian diabetes tipe 1 tidak signifikan atau sangat kecil pengaruhnya.

Dana Nur Prihadi
Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dana Nur Prihadi menjelaskan soal diabetes pada anak, Jakarta Selatan (8/3/2023). Foto: Ade Nasihudin.

Data IDAI

Data IDAI menunjukan, pasien diabetes anak umumnya berusia 10 sampai 14 tahun dengan jumlah sekitar 46 persen dari total angka yang dilaporkan.

Diabetes tipe 1 terjadi karena kadar insulin yang rendah akibat kerusakan sel beta pankreas. Pengidap penyakit ini harus mendapatkan suntik insulin secara rutin untuk mencegah komplikasi.

Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh kelenjar pankreas yang tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin pada tubuh, sehingga insulin tidak berfungsi dengan optimal.

Skrining Berkala

siti nadia tarmizi
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers Ngobras di Jakarta Selatan, Rabu (8/3/2023). Foto: Ade Nasihudin.

Lonjakan kasus diabetes tipe dua pada anak dinilai memprihatinkan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah telah melakukan upaya pencegahan. Salah satunya dengan menekankan pentingnya skrining secara berkala sehingga jika ditemukan gejala penyakit tertentu dapat segera ditangani.

Para orangtua dianjurkan menjaga kesehatan selama kehamilan dengan rutin memeriksakan kandungan ke dokter atau bidan. Serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang karena ini turut berpengaruh pada kesehatan janin sehingga risiko infeksi bisa ditekan.

“Perhatikan kesehatan anak kita dimulai dari pola asuh orangtua yang sehat. Jadi orangtua memiliki peran sentral dalam membentuk anak-anak yang tumbuh sehat sehingga bisa terhindari dari risiko penyakit, termasuk diabetes ini,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi dalam kesempatan yang sama.

Berisiko Timbulkan Komplikasi

Diabetes bukan penyakit menular, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Seperti pada saraf, mata, dan juga gangguan pada tumbuh kembang anak, lanjut Nadia.

Berbeda dengan diabetes tipe 1 yang tidak bisa dicegah, kejadian diabetes tipe 2 pada anak dapat dicegah atau ditunda dengan pola makan seimbang dan olahraga yang teratur.

Kegemukan, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, konsumsi minuman manis yang berlebihan, menjadi pemicu tidak terkontrolnya kadar gula darah.

Program pemerintah untuk mengatasi balita obesitas dilakukan dengan memonitor perkembangannya dengan menimbang badan sebulan sekali.

“Pemerintah juga melakukan penyediaan antropometri standar di Puskesmas dan Kartu Pantau Berat Badan,” ujar Nadia.

infografis journal
Infografis Gaya Hidup Berdampak pada Diabetes Usia Muda?. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya