Cakupan Imunisasi Campak Rubella di Papua Tengah Rendah, Siapa Biang Keroknya?

Imunisasi campak rubella di Papua Tengah terpengaruh adanya ancaman keamanan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 14 Mar 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 12:00 WIB
Ini Ternyata Dalang dari Penyebab Rendahnya Imunisasi Campak Rubella di Papua Tengah Rendah
Ini Ternyata Dalang dari Penyebab Rendahnya Imunisasi Campak Rubella di Papua Tengah Rendah (unsplash.com/Ivan Diaz)

Liputan6.com, Jakarta - Imunisasi Campak Rubella (Measles Rubella/MR) di Provinsi Papua Tengah terbilang rendah, salah satu faktornya ada ancaman keamanan. Ancaman keamanan yang dimaksud berupa gangguan dari kelompok kriminal bersenjata, yang mana Papua termasuk daerah rawan konflik.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Siti Nadia Tarmizi, membenarkan bahwa ancaman keamanan berpengaruh terhadap cakupan imunisasi campak rubella yang rendah di Papua Tengah.

Informasi di atas sebagaimana laporan yang dihimpun Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes. 

"Alasan dari kabupaten yang cakupan imunisasi campak rubellanya rendah, satu di antaranya, ancaman keamanan dan keselamatan akibat kelompok kriminal bersenjata," kata Nadia saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat, ditulis Selasa, 14 Maret 2023.

Penyebab Lain Rendahnya Cakupan Imunsasi Campak Rubella di Papua Tengah

Tak hanya dari sisi keamanan dan keselamatan yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat, alasan lain yang juga terlihat seperti halnya di daerah pelosok berkaitan dengan tenaga kesehatan (nakes) dan dukungan operasional yang kurang. Terlebih lagi, daerah-daerah pegunungan sulit ditembus.

"Alasan rendahnya imunisasi di Papua Tengah juga karena kurangnya jumlah tenaga kesehatan berkualitas yang tersedia. Kemudian kurangnya biaya operasional untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit diakses," kata Nadia.

Imunisasi MR di Papua Tengah

Pada pernyataan resmi Sabtu (4/3/2023), Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu menyebut bahwa kenaikan kasus campak di Provinsi Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR untuk anak-anak di tahun 2022.

Pada tahun 2022, Kemenkes menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) termasuk di dalamnya menggencarkan imunisasi campak rubella. Setiap daerah berupaya menaikkan cakupan imunisasi lengkap.

Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi MR 1 di Papua Tengah untuk usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun hanya 64,1 persen, kemudian turun menjadi 48,6 persen pada imunisasi MR 2 yang merupakan imunisasi lanjutan.

Ancaman Keamanan di Daerah Pegunungan Penyebab Rendahnya Cakupan Imunisasi Campak Rubella di Papua Tengah

Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus
Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Rendahnya cakupan imunisasi di Papua Tengah terutama terjadi di wilayah pegunungan dengan di kelilingi hutan, bukit-bukit, dan gunung-gunung. Kondisi geografis ini pun menyulitkan dokter dan tenaga kesehatan melakukan imunisasi ke sana.

"Di beberapa wilayah Papua Tengah memang rendah (cakupan imunisasi), khususnya daerah pegunungan dengan akses yang sulit dan adanya ancaman keamanan," kata Nadia.

Sementara di wilayah perkotaan, lanjut Nadia, cakupan imunisasi terbilang cukup baik. Hal ini juga didukung dengan akses ke fasilitas kesehatan (faskes) yang dapat dijangkau oleh masyarakat. 

"Di wilayah perkotaan seperti Nabire dan Mimika juga Kabupaten Paniai, cakupan imunisasi campak rubella baik pada bayi maupun baduta (anak usia bawah dua tahun atau umur nol sampai 24 bulan) cukup tinggi," ujarnya.

Berikut Data Cakupan Imunisasi MR pada Bayi di Papua Tengah

Adapun cakupan imunisasi MR yang menyasar bayi di Papua Tengah, menurut data Kemenkes sampai Desember 2022 selama tiga tahun terakhir, sebagai berikut: (dalam persen)

Tahun 2020

  1. Nabire 73,4
  2. Paniai 116,8
  3. Puncak Jaya 11,0
  4. Mimika 68,8
  5. Puncak 109,8
  6. Dogiyai 13,2
  7. Intan Jaya 30,9
  8. Deiyai 20,2

Tahun 2021

  1. Nabire 84,4
  2. Paniai 98,3
  3. Puncak Jaya 10,4
  4. Mimika 72,3
  5. Puncak 35,6
  6. Dogiyai 14,6
  7. Intan Jaya 33,0
  8. Deiyai 7,2

Tahun 2022

  1. Nabire 100,1
  2. Paniai 67,8
  3. Puncak Jaya 24,7
  4. Mimika 87,6
  5. Puncak 51,7
  6. Dogiyai 11,4
  7. Intan Jaya 14,9
  8. Deiyai 10,9

Cakupan Imunisasi MR pada Bayi Dua Tahun

Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus
Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Selanjutnya, cakupan imunisasi MR yang menyasar baduta di Papua Tengah, sebagaimana data Kemenkes sampai Desember 2022 selama tiga tahun terakhir, sebagai berikut: (dalam persen)

Tahun 2020

  1. Nabire 35,8
  2. Paniai 93,1
  3. Puncak Jaya 2,4
  4. Mimika 31,2
  5. Puncak 57,6
  6. Dogiyai 6,7
  7. Intan Jaya 6,6
  8. Deiyai 7,4

Tahun 2021

  1. Nabire 30,4
  2. Paniai 55,6
  3. Puncak Jaya 2,1
  4. Mimika 38,2
  5. Puncak 17,8
  6. Dogiyai 6,1
  7. Intan Jaya 6,5
  8. Deiyai nol (zero)

Tahun 2022

  1. Nabire 63,3
  2. Paniai 53,7
  3. Puncak Jaya 18,8
  4. Mimika 69,8
  5. Puncak 47,1
  6. Dogiyai 7,8
  7. Intan Jaya 3,4
  8. Deiyai 3,2  

 

Status Imunisasi Lengkap Sebagian Besar di Papua Tengah Zero

Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus
Salah satu cara mencegah agar Campak dan Difteri tidak menjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah dengan membawa anak untuk Imunisasi Campak Rubella atau vaksinasi seperti pemberian vaksin Difteri Tetanus (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Temuan Kemenkes di Papua Tengah, Dirjen Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, ada daerah dengan cakupan imunisasi lengkap, termasuk campak rubella yang nol (zero). Ia tak menyebut secara pasti, daerah mana yang dimaksud.

"Temuan kami di lapangan, 87 persen Kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar 0 (zero)," katanya.

Penyebab Risiko Penularan Campak Rubella Kian Besar

Kondisi di atas menjadikan Papua Tengah masuk dalam kategori berisiko untuk penularan campak rubella. Atas kejadian ini, Kemenkes telah melakukan berbagai langkah antisipatif, di antaranya melakukan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan.

Kemudian meningkatkan surveilans aktif, meningkatkan cakupan imunisasi, dan memenuhi kelengkapan fasyankes untuk persiapan penanganan kasus campak.

Maxi mengingatkan bahwa imunisasi MR masih menjadi cara yang ampuh untuk mencegah dua penyakit sekaligus yakni campak dan rubella.

Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi MR.

Infografis Ragam Tanggapan Pesawat Susi Air Dibakar dan Dugaan Penyanderaan KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Pesawat Susi Air Dibakar dan Dugaan Penyanderaan KKB Papua. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya