Usai Muncul Kasus Difteri, Imunisasi di Garut Kini Naik Pesat

Kasus difteri yang muncul di Garut, Jawa Barat pada Februari lalu adalah akibat belum optimalnya capaian imunisasi pada anak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 21 Mar 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 10:30 WIB
Ekspresi Anak-Anak Saat Kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
Ilustrasi anak mendapatkan imunisasi difteri untuk mencegah kejadian difteri seperti di Garut, Jawa Barat. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kasus difteri yang muncul di Garut, Jawa Barat pada Februari kemarin muncul karena belum optimalnya capaian imunisasi pada anak. Belajar dari kejadian tersebut, masyarakat di sana kini sadar pentingnya imunisasi selain juga upaya pemerintah dengan melakukan Outbreak Response Immunization (ORI). 

“Imunisasi di Garut naik," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr Rohadi Hendra Setya Wibawa.

Pria yang karib disapa Hadi ini bahkan menuturkan wilayah yang tadinya memiliki angka imunisasi rendah langsung alami peningkatan jumlah anak saat ORI.

"Bahkan ada satu wilayah yang tadinya enggak mau diimunisasi ternyata kemarin saat kita lakukan Outbreak Response Immunization (ORI) di kecamatan itu banyak sekali pesertanya. Karena mereka tahu kasusnya ada di ‘kantong’ yang menolak imunisasi kan,” lanjut Hadi saat ditemui dalam acara Novo Nordisk di Jakarta Selatan, Senin 20 Maret 2023.

Sosok Figur 

Kenaikan minat orangtua mengajak imunisasi salah satunya juga dipengaruhi oleh daya tarik penyelenggaraan imunisasi. Pelaksanaan ORI di Garut salah satunya dihadiri Atalia Praratya, istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

“Kebetulan pada saat kita lakukan ORI di satu wilayah, Ibu Atalia istrinya Pak Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) hadir, jadi masyarakat pun berbondong-bondong untuk mengimunisasi anak," kata Hadi. 

Menurutnya, kehadiran sosok yang dipanggil Si Cinta itu memiliki peran luar biasa mengajak masyarakat untuk diimunisasi.

"Jadi mungkin peran kepala daerah untuk mengajak masyarakat di-imunisasi itu sangat luar biasa,” ujar Hadi.

 

ORI Difteri hingga Jelang Ramadhan

Rohadi Hendra Setya Wibawa
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. Rohadi Hendra Setya Wibawa menyampaikan soal difteri di Garut dan temuan kasus polio di Purwakarta, Jawa Barat saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (20/3/2023). Foto: (Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Sejauh ini, penanganan difteri masih dilakukan dengan imunisasi lanjutan yang rencananya digelar hingga mendekati Ramadhan.

“Difteri masih kita coba lakukan ORI atau imunisasi lanjutan sampai nanti mendekati bulan puasa. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tetap mengejar ke sekolah-sekolah yang belum tercapai imunisasinya,” ujar Hadi.

Ia pun mengimbau untuk semua masyarakat terutama yang memiliki anak untuk tetap menjalankan imunisasi. Tidak hanya untuk melindungi dari difteri tapi juga penyakit lainnya seperti polio.

“Jadi harapannya masyarakat yang punya anak ya tetap imunisasi harus lengkap. Dari kasus-kasus kemarin, baik polio maupun difteri itu masalahnya karena imunisasi tidak lengkap. Ya karena mungkin kemarin ada COVID-19, Posyandu banyak yang tutup juga, imunisasi juga terhenti,” jelas Hadi.

Polio Purwakarta

Hadi pun menyampaikan soal kasus polio yang baru-baru ini ditemukan di Purwakarta.

Menurutnya, kasus polio ini ditemukan pada anak umur empat tahun. Sejak usia dua, anak ini mengalami gangguan perkembangan.

“Anak itu usianya empat tahun, dari usia dua tahun itu ada gangguan perkembangan kata orangtuanya. Harusnya kan dua tahun sudah bisa jalan, jadi keluhan orangtuanya itu kenapa dua tahun belum bisa jalan.”

Kasus polio ini ditemukan dari hasil sekuensing yang dilakukan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Hadi menemukan, kuman penyebab polio itu sudah berada pada tubuh anak sejak usianya satu tahun.

“Gejalanya sudah ada di umur dua tahun tapi karena ketidakpahaman keluarga jadi dianggapnya hal biasa, gangguan perkembangan saja. Di umur empat tahun muncul lah gejala yang lebih berat,” tambah Hadi.

Akibat polio yang disandang, kini anak tersebut mengalami kelemahan otot kaki. 

Pengambilan Sampel Tinja

Setelah hasil temuan ini diumumkan, pihak Hadi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan pengambilan sampel di area sekitar tempat tinggal anak tersebut.

“Awalnya 30 sampel yang kita ambil, (setelah temuan kasus) jadi kita ambil 200 sampel dari tinja di area sekitar karena penularan (polio) kan biasanya dari tinja,” ujar Hadi.

Asal Penularan Polio

Sejauh ini, Hadi belum mengetahui asal muasal penularan polio tersebut. Yang pasti, tipe polio yang ditemukan tidak sama dengan yang sebelumnya terjadi di Aceh.

“Itu belum tahu juga, karena hasil sekuensing ini menunjukkan bahwa tipenya beda dengan yang di Aceh. Jadi kita juga enggak tahu dari mana, masih dilakukan penelitian lah.”

Dalam rangka mitigasi atau pencegahan terjadinya kasus polio yang lain, pihak Hadi berencana melakukan pekan imunisasi nasional di empat kabupaten/kota terdekat.

“Ini pekan imunisasi nasional tapi tidak nasional, hanya di wilayah kabupaten/kota, itu mungkin pencegahannya,” pungkasnya.

 

Infografis Indonesia Dilanda Difteri
Infografis Indonesia Dilanda Difteri
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya