Musim Kemarau 2025 akan Datang, Waspada dan Antisipasi Dampaknya

BMKG memprediksi musim kemarau 2025 akan dimulai Mei mendatang, dengan puncaknya pada Juni-Agustus; berbagai sektor diimbau waspada dan siapkan langkah antisipatif.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono Diperbarui 15 Mar 2025, 12:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2025, 12:00 WIB
Ilustrasi musim kemarau, panas
Ilustrasi musim kemarau, panas. (Photo by Brett Sayles: https://www.pexels.com/photo/landscape-photograph-of-skies-912364/)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau 2025 yang diprediksi akan dimulai pada Mei mendatang. Untuk puncaknya diperkirakan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025, sehingga memerlukan antisipasi dini dari berbagai sektor untuk meminimalisir dampak buruknya bagi masyarakat dan perekonomian nasional.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Peringatan dini ini bertujuan agar masyarakat dan berbagai sektor dapat melakukan langkah-langkah antisipatif, mulai dari pengelolaan sumber daya air hingga pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). BMKG telah melakukan analisis data iklim dan cuaca secara menyeluruh untuk menghasilkan prediksi ini, mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi musim kemarau.

Analisis BMKG menunjukkan variasi curah hujan di berbagai wilayah. Beberapa wilayah diprediksi mengalami curah hujan sangat tinggi pada April, sementara pada Juni-Juli sebagian besar wilayah diprediksi mengalami curah hujan rendah-menengah. Namun, potensi curah hujan tinggi masih ada di beberapa wilayah tertentu, terutama di bagian timur Indonesia. Perbedaan ini menuntut antisipasi yang terdiferensiasi di setiap daerah.

Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.

Caranya mudah:

* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse

* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”

* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”

* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya

 

Antisipasi Musim Kemarau di Berbagai Sektor

Antisipasi dini terhadap musim kemarau 2025 sangat krusial. BMKG memprediksi variasi curah hujan yang signifikan di berbagai wilayah Indonesia. Pada bulan April, beberapa wilayah seperti sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua Tengah, dan Papua Selatan diprediksi mengalami curah hujan sangat tinggi, di atas 500 mm/bulan. Kondisi ini berbeda dengan Mei, di mana curah hujan umumnya rendah-menengah.

Memasuki Juni dan Juli, sebagian besar zona musim di Indonesia diprediksi mengalami curah hujan rendah-menengah. Namun, potensi curah hujan tinggi masih ada di beberapa wilayah seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah bagian timur, Maluku, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan. BMKG memprediksi Juli akan memasuki musim kemarau monsunal di beberapa wilayah, dengan peningkatan intensitas dan perluasan wilayah terdampak.

Peningkatan potensi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) juga diprediksi terjadi pada periode Juli-Agustus, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan bagian selatan. Sumatera Selatan diprediksi memiliki wilayah dengan kelas risiko paling luas, sementara Riau masih berisiko tinggi.

Wilayah Nusa Tenggara, sebagian kecil Jawa, dan Papua bagian selatan juga diproyeksikan rawan karhutla pada Agustus. Semua kebutuhan untuk operasi modifikasi cuaca dan langkah pencegahan lainnya sedang dipersiapkan secara matang.

Upaya Mitigasi Bencana Karhutla

BMKG dan Kementerian Kehutanan telah menggelar diskusi terkait pencegahan dini karhutla. Salah satu poin penting yang dibahas adalah upaya mitigasi bencana karhutla melalui berbagai strategi, termasuk teknologi modifikasi cuaca.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan untuk mencegah karhutla.

"Operasi modifikasi cuaca di provinsi-provinsi rawan karhutla sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi potensi karhutla selama musim kemarau tahun ini," ujar Harsoyo.

BMKG telah melakukan analisis klimatologi untuk memprediksi puncak musim kemarau 2025, yang diperkirakan berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus. BMKG juga telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi potensi karhutla, termasuk membentuk tim gabungan dengan berbagai instansi terkait. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah karhutla yang menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan perekonomian Indonesia.

BMKG memprediksi bahwa musim kemarau 2025 akan dimulai sesuai dengan periode normal di 207 zona musim (30 persen). Namun, 204 zona musim (29 persen) diprediksi akan mengalami permulaan musim kemarau yang lebih mundur dari biasanya. Ini menunjukkan kompleksitas dan variasi dampak musim kemarau di Indonesia.

Prediksi Cuaca Sumatera Utara

Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan mengumumkan prediksi cuaca untuk Sumatera Utara selama bulan Ramadhan 1446 Hijriah. Menurut Kepala BBMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, Sumatera Utara diperkirakan akan memasuki musim kemarau pertama pada bulan Maret 2025. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi selama dua bulan, yaitu Maret dan April 2025.

BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau 2025. Antisipasi dini dan kolaborasi antar instansi sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif musim kemarau terhadap masyarakat dan perekonomian Indonesia. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengikuti arahan dari pemerintah daerah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya