Wamenkes Dante: Jika Tak Ada Kenaikan Kasus COVID Arcturus, Mungkin Endemi Agustus 2023

Jika tidak ada kenaikan kasus karena COVID Arcturus, mungkin Indonesia bisa masuk endemi sekitar Agustus 2023.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Mei 2023, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2023, 21:00 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan jika tidak ada kenaikan kasus karena COVID Arcturus, mungkin Indonesia bisa masuk endemi sekitar Agustus 2023. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, jika tidak ada kenaikan kasus COVID-19 karena COVID Arcturus, kemungkinan Indonesia bisa masuk endemi sekitar Agustus 2023. Namun, dengan masuknya subvarian Omicron ini, maka perlu dilakukan monitoring lagi.

Monitoring yang dilakukan untuk memantau sejauh mana persebaran varian Arcturus di Tanah Air. Apalagi belakangan ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia sedang naik, baik kasus harian maupun kasus aktif.

"Strategi mengatasi pandemi ini, kalau tidak ada peningkatan kasus Arcturus, mungkin kita bisa masuk kira-kira setara dengan endemi itu sekitar Agustus," ungkap Dante dalam diskusi 'Menghadapi Tantangan Kenaikan Kasus COVID-19 Pasca Mudik Lebaran' pada Rabu, 3 Mei 2023.

"Tetapi dengan adanya fenomena Arcturus baru ini, kami terus lakukan monitoring dan melakukan advokasi kepada masyarakat."

Tergantung Masyarakat untuk Menjaga Diri

Keberhasilan penanganan pandemi maupun menekan persebaran varian baru Corona juga tergantung dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat untuk tidak tertular dan menularkan virus kepada sesamaa.

"Karena berhasil atau tidaknya penghentian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sekarang ini juga tergantung pada kemampuan masyarakat melakukan identifikasi untuk menjaga diri agar tidak tertular COVID dan melakukan pemeriksaan," terang Dante.

Perhatikan Gejala COVID yang Muncul

Menurut Dante Saksono Harbuwono, masyarakat perlu memerhatikan gejala COVID yang timbul. Jika muncul gejala seperti flu, dapat melakukan pemeriksaan mandiri sehingga bila terinfeksi Corona, penanganan lebih dini bisa dilakukan. 

"Yang paling penting memang gejala tidak terlalu berat, tetapi kalau dilakukan pemeriksaan yang lebih dini, kemudian dilakukan pengobatan lebih baik secara lebih dini, maka tidak menularkan virus ke orang lain dan tidak menimbulkan transmisi varian varian baru," jelasnya.

Terjadi Penularan, Karakter Virus Corona Berubah

Selanjutnya, terkait varian baru akan muncul, lanjut Dante, apabila terjadi penularan virus Corona dari satu orang ke orang lain.

"Ini karena virusnya memang karakternya berubah," katanya.

Kemenkes juga sudah membuat strategi penanganan pandemi lain dengan menggunakan tes mandiri, genom sekuensing, ketersediaan anti-virus, edukasi publik dan berbagai hal lain.

"Ya sudah kami terus lakukan walaupun angkanya (kasus COVID-19) tidak terlalu besar, tapi sekarang sudah mulai agak sedikit meningkat," pungkas Dante.

23 Sekuens COVID Arcturus

COVID-19
Ilustrasi sudah ada 23 sekuens COVID Arcturus sampai per 2 Mei 2023. | unsplash.com/@adamsky1973

Persebaran COVID Arcturus atau yang dikenal dengan XBB.1.16 sampai per 2 Mei 2023 sudah ada 23 sekuens yang terdeteksi di Indonesia.

"Untuk XBB.1.16 mulai ada di Indonesia itu per 10 Maret 2023 di Surabaya dan kasusnya sudah 23 kasus yang berhasil di sekuensing dengan genom sekuensing," Dante Saksono Harbuwono memaparkan.

Punya Fenomena Immune Escape

Yang paling diperhatikan, kata Wamenkes Dante adalah varian XBB.1.16 Arcturus mempunyai karakteristik fenomena immune escape atau bisa lolos dari perlindungan imun yang sudah terbentuk.

"Varian ini mempunyai model immune escape atau indikasi yang menunjukkan bahwa dia bisa melewati orang-orang dan menularkan kepada orang-orang yang sudah dilakukan vaksinasi. Ini kita sebut sebagai fenomena immune escape," terangnya.

Selanjutnya, varian Arcturus diklaim tingkat penulara lebih tinggi dibandingkan dengan Omicron. Namun, tidak menimbulkan keparahan tinggi.

"Jadi lebih menular dibandingkan dengan Omicron, tetapi keparahannya tidak berbeda dengan Omicron, tidak menimbulkan angka keparahan seperti pada varian Delta," sambung Dante.

Waspadai Tempat Kerumunan

Kasus aktif COVID-19 di Indonesia memang sedang mengalami peningkatan, terlebih lagi masyarakat baru saja selesai libur Lebaran 2023. Berdasarkan Laporan Harian COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia per 2 Mei 2023, kasus aktif meningkat dalam dua minggu terakhir, dari 8.566 kasus menjadi 12.728 kasus.

Menyusul peningkatan ini, Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati dan waspada terhadap ancaman penularan COVID-19. Salah satunya, mewaspadai tempat-tempat kerumunan.

“Kuncinya protokol kesehatan, dengan disiplin menerapkan panduan tersebut diharapkan dapat meminimalisir risiko penularan COVID-19, terutama di tempat-tempat yang tingkat kerumunannya tinggi,” kata Syahril melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 2 Mei 2023.

Utamakan Pakai Masker Saat Berada di Kerumunan

Upaya pencegahan paling efektif yang bisa dilakukan masyarakat adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan. Utamanya, memakai masker saat sakit dan saat berada di kerumunan.

Masyarakat juga diimbau untuk selalu memerhatikan kesehatan dan daya tahan tubuh, patuh dan disiplin mematuhi aturan pemerintah serta saling mengingatkan sesama untuk disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Infografis Waspada Varian Covid-19 Arcturus Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Waspada Varian Covid-19 Arcturus Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya