Liputan6.com, Jakarta - Gagal mengelola amarah dapat menyebabkan berbagai masalah. Mulai dari melakukan kekerasan secara emosional dengan perkataan yang buruk hingga melakukan kekerasan fisik.
Meskipun kemarahan itu sendiri bukanlah penyakit mental, dalam beberapa kasus, kemarahan dapat dikaitkan dengan gangguan mood dan kondisi kesehatan mental lainnya.
Baca Juga
Strategi Mengelola Amarah
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa perilaku kognitif efektif untuk mengelola amarah. Intervensi ini melibatkan perubahan cara berpikir dan berperilaku.Â
Advertisement
Metode terbaik untuk mengelola amarah adalah dengan membuat rencana pengendalian pengelolaan amarah.Â
Berikut ini adalah strategi mengelola amarah seperti dikutip dari Verywell Mind, Kamis (16/11/2023).
1. Identifikasi Pemicu
Jika seseorang terbiasa kehilangan kesabaran, perhatikan hal-hal yang memicu kemarahan. Apakah itu antrean panjang, kemacetan lalu lintas, komentar pedas, atau rasa lelah yang berlebihan.
Meskipun seseorang tidak boleh menyalahkan orang lain, memahami hal-hal yang memicu kemarahan dapat membantu membuat rencana yang tepat.
Â
2. Kenali Tanda Peringatan
Pikirkan tentang tanda-tanda peringatan fisik dari kemarahan yang dialami. Mungkin jantung akan berdetak lebih cepat atau wajah yang terasa panas. Atau, mungkin mulai mengepalkan tangan.Â
Dengan mengenali tanda-tanda peringatan atau red flag, seseorang memiliki kesempatan untuk segera mengambil tindakan dan mencegah diri melakukan atau mengatakan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah lebih besar akibat kemarahan tersebut.
Â
3. Pertimbangkan Kemarahan Tersebut Bermanfaat atau Tidak
Sebelum bertindak untuk menenangkan diri, tanyakan pada diri sendiri apakah kemarahan tersebut adalah teman atau musuh. Jika seseorang menyaksikan hak orang lain dilanggar atau sedang berada dalam situasi yang tidak sehat, kemarahan tersebut mungkin bisa membantu.
Dalam kasus ini, seseorang mungkin melanjutkan dengan mengubah situasi, bukan mengubah keadaan emosi.
Terkadang, kemarahan merupakan tanda peringatan bahwa ada hal lain yang perlu diubah. Seperti hubungan yang penuh kekerasan emosional atau persahabatan yang toksik.
Menjadi marah mungkin memberi seseorang keberanian untuk mengambil sikap atau melakukan perubahan.
4. Menjauh dari Pemicu
Mencoba memenangkan perdebatan atau bertahan dalam situasi yang tidak sehat hanya akan memicu kemarahan. Salah satu latihan manajemen amarah terbaik adalah menjauhkan diri dari situasi tersebut jika bisa.
Menjauh dari situasi pemicu bisa menjadi cara terbaik untuk mengendalikan amarah. Saat percakapan memanas, istirahatlah.
Â
Advertisement
5. Bicarakan Melalui Perasaan
Jika ada seseorang yang memberikan efek menenangkan, membicarakan suatu masalah atau mengungkapkan perasaan kepada orang tersebut mungkin bisa membantu. Namun, penting untuk diperhatikan bahwa hal itu dapat menjadi bumerang.
Mengeluh tentang bos, menjelaskan semua alasan tidak menyukai seseorang, atau menggerutu tentang semua ketidakadilan yang dirasakan dapat menambah bahan bakar ke dalam api.Â
Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah seseorang harus melampiaskan amarah agar merasa lebih baik.
Jika seseorang akan berbicara dengan seorang teman, pastikan untuk berupaya mencari solusi atau meredam amarah, bukan sekadar melampiaskannya.
Â
6. Lakukan Olahraga Cepat
Kemarahan memberi aliran energi. Salah satu latihan pengelolaan amarah yang terbaik adalah dengan berolahraga dan melakukan aktivitas fisik. Baik itu berjalan-jalan cepat atau pergi ke gym, berolahraga dapat menghilangkan ketegangan ekstra.
Olahraga teratur juga membantu melakukan dekompresi. Aktivitas aerobik mengurangi stres, yang mungkin membantu meningkatkan toleransi terhadap frustrasi.
Selain itu, olahraga memungkinkan seseorang menjernihkan pikiran.Â
Advertisement