Dorong Pengembangan Jamu dan Obat Herbal, Sido Muncul dan Unsoed Gelar Simposium Nasional ke-50

Menggandeng Universitas Jenderal Soedirman, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar simposium nasional ke-50 bertajuk "Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat".

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 15 Des 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional
Ilustrasi membuat minuman, jamu tradisional. (Photo by Katherine Hanlon on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai upaya sosialisasi penggunaan, pengembangan, serta pemanfaatan obat herbal, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk menggelar simposium nasional ke-50 bertajuk "Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat".

Penyelenggaraan simposium pun tak lepas dari momentum jamu yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat berharap simposium nasional tersebut nantinya akan dapat mengantarkan jamu dan obat herbal menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan semakin dikenal secara internasional.

"Kami berharap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang jamu atau herbal bisa terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha dan masyarakat dengan saintifikasi jamu berbasis penelitian, dan pelayanan kesehatan," ujar Irwan di Purwokerto, Kamis (14/12).

"Dengan begitu impian jamu, obat herbal menjadi tuan rumah di negeri sendiri akan terwujud," harapnya.

Pada simposium yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto itu, Irwan juga menekankan pentingnya peran dokter dalam pengembangan obat herbal.

"Peran dokter dalam pengembangan obat herbal ke depannya sangatlah signifikan. Dokter harus memahami secara saintifik khasiat dan kandungan obat herbal, seperti misalnya kunyit," ungkapnya.

Menurutnya harus ada bukti ilmiah mengenai khasiat dari obat-obat herbal.

"Kalau universitas, akademisi, dan dunia kedokteran masuk, maka semuanya akan beres. Harus ada bukti saintifik mengenai khasiat obat-obat herbal. Kalau saya sebagai produsen obat herbal tugasnya adalah memproduksi obat herbal berstandar dan melakukan uji toksisitas supaya aman," ujarnya.

Irwan juga menekankan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki peran yang tak kalah penting dalam mengawal produksi jamu. Salah satunya dalam mengawal uji toksisitas terkait keamanan produk. 

 

Ada Puluhan Ribu Tanaman Herbal yang Belum Digali Manfaatnya

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara FK Unsoed dengan Sido Muncul mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat dan Ketua LPPM Unsoed Prof Dr Elly Tugiyanti, M.P.

Mewakili Rektor Unsoed, Elly Tugiyanti mengatakan masih banyak potensi tanaman herbal Indonesia yang belum digali. Oleh karenanya kolaborasi atnara Unsoed dan Sido Muncul diharapkan bisa mendorong semakin banyaknya obat-obatan ehrbal yang dapat mengatasi penyakit sesuai karakteristik di Tanah Air.

"Ada 27 ribu tanaman herbal dan yang sudah tergali kurang lebih ada 1 ribu. Berarti ada sekitar 26 ribu tanaman herbal belum tergali manfaatnya," ungkap Elly.

Menurutnya, senyawa dalam tanaman herbal yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sehingga Indonesia tak perlu lagi bergantung pada bahan impor untuk obat kimia," jelasnya.

 

Komitmen Unsoed

Sementara itu, Dekan FK Unsoed dr Rudi Prohatno memastikan pihaknya berkomitmen meningkatkan edukasi obat herbal atau jamu pada masyarakat melalui para mahasiswa. Hal tersebut sesuai visi misi Unsoed yang diharapkan ada peningkatan kapasitas kekuatan pedesaan.

"Kita memiliki potensi sumber daya tanaman obat yang kaya, juga banyak orang pintar. Yang dibutuhkan adalah pengakuan. Sehingga ke depan terus ada pengembangan," ujar Rudi.

Dihadiri oleh 250 peserta dari kalangan tenaga kesehatan, dokter, dan apoteker, simposium dilakukan secara hybrid, luring dan daring.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya