Sarapan Pagi Itu Jam Berapa, Bolehkah Melewatkannya?

Pakar gizi menyebut, baiknya sarapan dilakukan sebelum beraktivitas fisik atau belajar. Lalu, sarapan pagi itu jam berapa?

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 10 Jun 2024, 06:38 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 06:35 WIB
Ilustrasi sarapan, makan pagi
Ilustrasi sarapan, makan pagi. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Sarapan pagi memberi tubuh energi guna menjalani aktivitas sehari-hari. Pakar gizi menyebut, baiknya sarapan dilakukan sebelum beraktivitas fisik atau belajar.

Lalu sarapan pagi itu jam berapa sebaiknya?

Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor Prof Hardinsyah menyebut, umumnya anak belajar di sekolah pukul 07.00 dan pekerja mulai beraktivitias pada pukul 08.00. Artinya mereka harus segera mengonsumsi sarapan yang mengandung karbohidrat, vitamin, serat dan protein sebelum jam tersebut.

"Jika petani mulai bekerja pukul 06.00, ya sebelum ke sawah sudah makan," jelas Hardinsyah beberapa waktu lalu.

Sementara itu, ahli gizi dan naturopati Rhian Stephenson mengatakan, waktu sarapan pagi yang ideal yakni memberi jarak minimal 12 jam antara makan malam dan sarapan pagi.

"Aturan praktis yang baik adalah memberi jarak minimal 12 jam antara makan malam dan sarapan," kata Rhian Stephenson, dilansir Glamour.

Lebih lanjut dia menjelaskan, "Jadi, jika Anda selesai makan malam pada pukul 07.30 malam, idealnya makan pagi sekitar jam 07.30 pagi."

Menurutnya, jeda waktu tersebut berkaitan dengan ritme sirkadian tubuh. Triliunan bakteri dalam saluran pencernaan yang secara kolektif disebut mikrobioma usus, juga bekerja mengikuti ritme sirkadian.

"Jadi, penting untuk memberikan waktu yang cukup bagi mikrobioma agar beristirahat dan memperbaiki diri," jelasnya mengenai waktu makan pagi.

Memberi jeda yang lebih panjang antara waktu makan dengan waktu makan berikutnya bisa memberi hasil yang lebih baik dalam hal kesehatan usus dan metabolisme tubuh.

 

Sarapan Pagi Itu Jam Berapa?

Meski sudah disebutkan bahwa sarapan merupakan waktu makan terpenting dalam sehari karena menjadi landasan nutrisi dan metabolisme, American Journal of Clinical Nutrition mencatat, seperempat warga masyarakat melewatkan makan pagi.

Ada banyak alasan orang melewatkan sarapan bergizi, diantaranya termasuk jadwal kegiatan yang padat serta kurangnya akses terhadap sarapan bernutrisi.

Namun para ahli mengatakan, jika memulai hari dengan kadar gula darah yang rendah, seseorang akan menghadapi gejala seperti kelelahan, kabut otak, serta reaktivitas emosional.

Dilansir New York Times, idealnya, jadwal tidur dan makan kita harus mencerminkan jam alam.

“Memulai hari Anda pada jam 6 pagi dan mengakhiri aktivitas pada jam 10 malam. selaras dengan ritme sirkadian alami tubuh,” Dr. Naheed Ali baru-baru ini mengatakan kepada GB News Inggris.

“Memasukkan pendekatan ini ke dalam waktu makan dapat lebih meningkatkan kemampuan tubuh untuk membakar lemak perut. Sarapan idealnya dikonsumsi dalam waktu satu jam setelah bangun tidur, sekitar jam 7 pagi, untuk meningkatkan metabolisme.”

Salah satu alasan mengapa beberapa orang melewatkan sarapan karena ghrelin yang juga dikenal sebagai hormon lapar tidak terlalu terasa hingga hari telah siang.

 

Apa Itu Pentingnya Sarapan Pagi?

Emily Cooper, direktur medis Cooper Center for Metabolism di Seattle, mengatakan kepada HuffPost, sarapan pagi, meskipun Anda tidak merasa lapar, dan meskipun tidak sepenuhnya sehat, sangatlah penting.

“Jika Anda tidak mendapat cukup makan di pagi hari, kadar ghrelin akan meningkat di kemudian hari,” jelasnya, Kamis. “Tubuh Anda sedang mencoba untuk mengganti semua hal yang Anda lewatkan.”

Bagi Cooper, tidak adanya sarapan menyebabkan keputusan diet yang putus asa di kemudian hari, serangkaian pilihan buruk yang dapat menyebabkan obesitas.

Beberapa orang yang melakukan intermitten fasting atau puasa intermiten umumnya melewatkan waktu sarapan. Penelitian seputar penerapan pola makan ini masih beragam.

Para pendukung puasa intermiten mengatakan, pola tersebut membantu seseorang mengurangi peradangan menurunkan berat badan dan mengatur bioma usus mereka sekaligus mengurangi risiko penyakit utama, termasuk diabetes.

Namun sebuah penelitian di bulan Maret menyatakan bahwa mereka yang membatasi makan hanya selama delapan jam setiap hari memiliki risiko 91% lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung.

Cooper adalah salah satu profesional yang menentang puasa intermiten. Baginya hal itu tidak sesuai dengan metabolisme.

 

Makanan Apa yang Bagus untuk Sarapan Pagi?

Sementara itu, beberapa dokter berpendapat bahwa apa yang dikonsumsi lebih penting ketimbang kapan waktu mengonsumsinya.

Salah satu pendiri McCance Center for Brain Health Dr Jonathan Rosand yang juga profesor neurologi di Harvard Medical School menegaskan, pola makan kaya sayuran, sayuran berdaun hijau, dan makanan kaya omega 3 adalah kunci mencegah depresi, stroke dan demensia.

Rekomendasi menu sarapan Rosand sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pola makan Mediterania mendukung kognisi yang sehat seiring bertambahnya usia.

Sedangkan menurut ahli nutrisi Edie Horstman, sarapan yang ideal bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga kaya akan nutrisi yang dapat meningkatkan energi dan fokus, seperti dilansir Camillastyles, . Hindari makanan yang hanya memberikan energi sesaat. Sebagai gantinya, pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak sehat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya