Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Microsoft Bill Gates mengatakan dalam blog-nya bahwa perubahan iklim banyak disebabkan oleh pencemaran dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Menanggapi hal ini, pakar kesehatan lingkungan Dicky Budiman mengatakan bahwa penyebab perubahan iklim tak hanya berasal dari sebagian negara tapi semua negara termasuk negara maju.
Baca Juga
“Kalau disebut siapa negara yang berkontribusi pada rusaknya planet bumi ya sebenarnya semua negara termasuk negara maju. Jadi tidak bisa asal tunjuk, misalnya Bill Gates di Amerika menunjuk negara seperti Indonesia,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Selasa (25/6/2024).
Advertisement
Negara-negara maju, tambah Dicky, memiliki sejarah panjang penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi dan berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.
“Kemudian, negara maju ini konsumerismenya tinggi, tingkat konsumsinya tinggi. Ini menyebabkan peningkatan produksi limbah juga penggunaan sumber daya.”
Tak hanya itu, negara maju juga terlibat dalam eksportasi polusi dengan pemindahan industri yang mencemari negara berkembang.
“Atau dia (negara maju) punya uang, dia punya pabrik tekstil di negara miskin atau negara berkembang dan negara maju terima jadi. Ini juga berkontribusi pada perburukan situasi (iklim). Meski di sisi lain mereka juga ada peran positifnya misalnya dengan teknologi bersih dan teknologi ramah lingkungan,” papar Dicky.
Kecepatan Perlindungan dan Perusakan Alam Tidak Berimbang
Meski demikian, Dicky tak memungkiri bahwa Indonesia memang berperan dalam menyumbang pencemaran lingkungan.
“Peran negatifnya deforestasi, penebangan hutan untuk pertanian, pembukaan lahan untuk perkebunan, polusi industri, peningkatan emisi dari sektor industri, dan transportasi yang berkembang pesat, pengelolaan limbah yang sangat minim.”
Hal-hal ini pada akhirnya mencemari lingkungan. Meski begitu, Indonesia juga berperan melakukan hal positif untuk kebaikan lingkungan.
“Misalnya, pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga surya dan biomassa walaupun ini masih terbilang kecil. Ada juga konservasi keanekaragaman hayati yang kini mulai digagas.”
“Tapi kecepatan perlindungan dengan perusakan tidak berimbang dan ini yang harus segera direspons,” ujar Dicky.
Advertisement
Pernyataan Bill Gates Soal Indonesia
Sebelumnya, pernyataan Bill Gates soal Indonesia yang sumbang emisi besar berawal dari pembicaraan tentang minyak nabati dan kelapa sawit.
Menurutnya, lemak hewani maupun nabati dapat menjadi masalah bagi perubahan iklim. Pelaku terburuknya adalah pegiat perkebunan kelapa sawit.
Persoalan minyak sawit bukan terletak pada bagaimana manusia menggunakannya, tapi bagaimana cara mendapatkannya. Hal ini karena pohon kelapa sawit, jenis pohon palem asli Afrika Tengah dan Barat, tidak tumbuh di mana saja.
Pohon kelapa sawit hanya akan tumbuh dengan baik dalam jarak lima hingga sepuluh derajat dari garis khatulistiwa. Hal ini telah menyebabkan deforestasi hutan hujan di wilayah khatulistiwa di seluruh dunia dengan tebang dan bakar, yang kemudian diubah menjadi perkebunan kelapa sawit.
Proses ini berdampak buruk bagi keanekaragaman hayati dan membahayakan seluruh ekosistem. Hal ini juga merupakan dampak buruk bagi perubahan iklim.
Sumbang 1,4 Persen Emisi Global
Dia menambahkan, pembakaran yang terjadi dalam pembakaran hutan melepaskan berton-ton gas rumah kaca ke atmosfer, dan ketika lahan basah yang ada di dalamnya dihancurkan, karbon yang mereka simpan juga ikut terlepas.
“Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4 persen emisi global—lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia,” kata Bill Gates dalam gatesnotes.com, 13 Februari 2024
Sayangnya, minyak sawit sulit digantikan. Harganya murah, tidak berbau, dan berlimpah. Meskipun sebagian besar minyak nabati berbentuk cair pada suhu kamar, minyak sawit berbentuk semi padat, kental, dan mudah dioleskan.
Karena berfungsi sebagai pengawet alami, umur simpannya sangat lama. (Ini sebenarnya meningkatkan titik leleh es krim.) Ini juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama, itulah sebabnya minyak ini sangat serbaguna.
Jika lemak hewani adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik.
Advertisement