Telat Ganti Popok Anak Bisa Picu Infeksi Saluran Kemih, Sebaiknya Salin Setiap Berapa Jam?

Penelitian menyebut bahwa semakin jarang orangtua mengganti popok, maka risiko infeksi saluran kemih pada anak semakin tinggi

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Agu 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2024, 16:00 WIB
Telat Ganti Popok Anak Bisa Picu Infeksi Saluran Kemih, Sebaiknya Salin Setiap Berapa Jam?
Telat Ganti Popok Anak Bisa Picu Infeksi Saluran Kemih, Sebaiknya Salin Setiap Berapa Jam? (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Munculnya beragam jenis popok bayi kian membuat orangtua leluasa untuk menunda penggantiannya. Padahal, telat mengganti popok dapat meningkatkan risiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak.

“Sekarang, popok itu banyak sekali jenisnya, mulai dari yang superdry (kering), super menyerap, tentu dengan keadaan yang superdry gitu memang orangtua malas mengganti karena terasa masih kering,” kata dokter spesialis anak Ina Zarlina dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (6/8/2024).

Dia menambahkan, penelitian menyebut bahwa semakin jarang orangtua mengganti popok, maka risiko infeksi pada anak semakin tinggi.

“Ada penelitian kalau enggak salah di Jepang, semakin jarang mengganti popok itu memang risiko infeksinya meningkat,” ujar Ina.

Dokter lulusan Universitas Padjadjaran (Unpad) itu pun menyarankan agar orangtua rajin mengganti popok anak setiap empat jam sekali.

“Jadi disarankan kalau memang anak masih full pakai popok itu tiap empat jam sekali diganti walaupun sepertinya masih kering. Karena bisa saja ada kontaminasi pada anak-anak perempuan terutama karena saluran kemihnya pendek dibanding anak laki-laki,” jelas Ina.

Infeksi yang dapat ditimbulkan akibat jarang ganti popok anak adalah infeksi saluran kemih bawah atau sistitis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengenal Infeksi Saluran Kemih

Ina Zarlina
Dokter spesialis anak Ina Zarlina dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (6/8/2024).

Sebelumnya Ina menjelaskan, Infeksi Saluran Kemih atau ISK adalah adanya bakteri yang berkembang biak di saluran kemih. Infeksi ini menyebabkan invasi ke jaringan dan menyebabkan inflamasi atau peradangan.

Infeksi saluran kemih ini bisa dibedakan menjadi infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah. Infeksi saluran kemih atas (pyelonofritis) adalah infeksi yang melibatkan parenkim ginjal yang menyebabkan gejala sistemik dan lokal.

Sementara, infeksi saluran kemih bawah (sistitis) adalah infeksi terbatas pada saluran kemih bagian bawah yaitu di kandung kemih. Gejalanya biasanya seperti bolak-balik buang air kecil, nyeri, buang air kecil tidak lampias atau tidak keluar semua.


Tak Mudah Dikenali Meski Sering Dijumpai

Lebih lanjut Ina menjelaskan, infeksi saluran kemih atau ISK adalah penyakit infeksi yang sering dijumpai pada bayi ada anak terutama usia di bawah tiga tahun.

Meski sering dijumpai, tapi penyakit ini tidak mudah dikenali, begitu pula diagnosisnya.

“Memang kesulitannya itu, gejalanya mirip-mirip. Kadang-kadang bisa saja penyakit lain menyebabkan gejala yang mirip infeksi saluran kemih.”

Sementara, untuk diagnosis pastinya dapat dilakukan pemeriksaan urine yang benar.

“Kalau pengambilan sampel urinenya salah, dokter bisa saja mengobati yang tidak tepat. Jadi, pemeriksaan diagnostiknya adalah pemeriksaan kultur urine. Dengan kultur urine yang benar kita bisa mendiagnosis infeksi saluran kemih jika ditemukan kuman tertentu.”


Apa Pemeriksaan Hanya Bisa Dilakukan di Laboratorium?

Pemeriksaan kultur urine untuk mendiagnosis kasus ISK hanya bisa dilakukan di laboratorium, lanjut Ina.

“Apakah hanya lewat lab? Betul, hanya lewat laboratorium. Karena pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik yang perlu dilakukan di laboratorium.”

Sementara pada anak yang sudah besar, maka pemeriksaan klinis mungkin dilakukan. Pasalnya, anak-anak ini sudah bisa berbicara dan menyampaikan keluhan.

“Anak besar sudah bisa verbal, sudah bisa komunikasi, misalnya nyeri berkemih, anyang-anyangan, pinggang sakit, bolak-balik ke WC. Nah itu bisa suspek dia mengalami ISK, walau untuk pastinya memang tetap harus pemeriksaan urine dan kultur urine,” kata Ina

Kemungkinan terjadinya ISK pada anak di bawah dua tahun adalah 3 sampai 5 persen. ISK terkadang menjadi petunjuk adanya suatu kelainan struktur atau fungsi dari sistem saluran kemih. Prevalensi ISK pada anak perempuan di bawah satu tahun adalah 7 persen, sementara pada anak laki-laki adalah 3 persen.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya