Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu merasa perlu BAB (buang air besar) segera setelah makan? Apakah ini hal yang wajar atau justru tanda adanya masalah pencernaan? Berikut penjelasan mengenai fenomena ini dan apakah ini hal yang normal atau perlu perhatian lebih lanjut.
Kenapa Setelah Makan Buang Air Besar?
Fenomena buang air besar setelah makan seringkali dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai refleks gastrokolik. Ini adalah reaksi alami tubuh yang terjadi setiap kali kamu makan.
Baca Juga
Ketika makanan masuk ke perut, tubuh kamu langsung merespons dengan melepaskan hormon dan memerintahkan usus besar untuk berkontraksi. Kontraksi ini mendorong makanan melalui saluran pencernaan dan akhirnya keluar dari tubuh.
Advertisement
Refleks gastrokolik ini memungkinkan perut kamu untuk menampung lebih banyak makanan, dan efeknya bisa bervariasi dari ringan hingga cukup kuat. Setiap orang bisa merasakannya dengan cara yang berbeda.
Buang Air Besar Setelah Makan Apakah Normal?
Sebenarnya, buang air besar setelah makan adalah hal yang normal dan tidak selalu menunjukkan adanya masalah pencernaan. Menurut Medical News Today, makanan memerlukan waktu sekitar 1-2 hari untuk sepenuhnya diproses dalam saluran pencernaan.
Jadi, jika Anda merasa perlu BAB setelah makan, kemungkinan besar makanan yang keluar adalah dari hari sebelumnya atau sebelumnya lagi.
Cynthia Taylor Chavoustie dari Healthline menjelaskan bahwa proses makanan untuk melewati sistem pencernaan bisa memakan waktu antara 10 hingga 73 jam, dengan rata-rata waktu pencernaan sekitar 28,7 jam.
Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh juga mempengaruhi proses ini.
Kapan Harus Khawatir?
Biasanya, jika kamu rutin buang air besar setelah setiap makan dan tinja kamu tampak normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, jika kamu mengalami gejala tambahan seperti nyeri perut, diare, atau tinja yang tidak biasa, itu bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius.
Cara Mengelola Refleks Gastrokolik
Jika kamu ingin mengurangi frekuensi buang air besar setelah makan, berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
- Catat Pola Makan Sehari-Hari: Perhatikan kapan dan setelah makan apa refleks gastrokolik kamu muncul. Catat makanan yang membuat kamu sering ke toilet.
- Hindari Makanan Pemicu: Jika kamu menemukan pola tertentu antara makanan dan refleks tersebut, coba hindari makanan yang sering menjadi pemicu, seperti makanan berlemak, susu, atau makanan berserat tinggi.
- Kelola Stres: Stres bisa memperburuk refleks gastrokolik. Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau olahraga dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitasnya.
Advertisement
Apa yang Menyebabkan Sering Buang Air Besar?
Apakah kamu sering merasa terganggu karena harus bolak-balik ke toilet? Mungkin kamu bertanya-tanya 'Kenapa ya saya sering buang air besar?'. Jangan khawatir, karena kamu tidak sendirian!
Sering buang air besar (BAB) bisa menjadi tanda dari berbagai masalah kesehatan. Simak apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya, seperti dikutip dari Mayo Clinic dan NIH.
1. Gaya Hidup
Apakah kamu baru saja menyantap makanan kaya serat dengan biji-bijian utuh dan sayuran? Ini bisa jadi penyebabnya, loh. Makanan kaya serat membantu pencernaan, yang bisa membuat kamu lebih sering ke toilet.
2. Gejala Penyakit Ringan
Kadang-kadang, sering buang air besar bisa jadi tanda penyakit ringan yang tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, tetap pantau jika gejala ini berlanjut.
3. Stres yang Mengganggu
Stres bukan hanya membuat pikiran kamu kacau, tapi juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan. Beberapa orang mengalami sering buang air besar ketika stres, sementara yang lain malah mengalami sembelit.
4. Alergi atau Intoleransi Makanan
Jika tubuh Anda tidak cocok dengan makanan tertentu seperti susu, fruktosa, atau sukrosa, bisa mengakibatkan diare kronis. Memperhatikan apa yang kamu makan bisa membantu mengidentifikasi masalah ini.
Advertisement
5. Tiroid yang Terlalu Aktif
Hipertiroidisme, ketika tiroid bekerja terlalu cepat, dapat membuat kamu lebih sering buang air besar dan mengalami diare. Ini perlu ditangani dengan perhatian medis.
6. Efek Samping Obat
Beberapa obat, terutama antibiotik, dapat mengganggu pencernaan dan menyebabkan frekuensi buang air besar yang meningkat.
Jika sering buang air besar kamu tidak disertai gejala lain seperti sakit perut, diare parah, atau demam, umumnya tidak perlu khawatir. Namun, jika gejala ini mengganggu aktivitas kamu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan yang lebih serius.