Dinas Kesehatan Kota Semarang meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) meskipun saat ini sudah memasuki musim kemarau.
"Memang terjadi penurunan kasus DBD memasuki musim kemarau ini," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Semarang dr Mada Gautama di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Rabu (21/8/2013).
   Â
Menurut dia, pada musim kemarau angka kasus DBD memang cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan musim hujan, sebab genangan-genangan air tidak sebanyak saat kondisi curah hujan tinggi.
   Â
Ia menyebutkan sepanjang Agustus 2013 baru ada laporan sekitar 67 kasus DBD di Kota Semarang, sedangkan biasanya mencapai 150 kasus pada bulan yang sama tahun-tahun sebelumnya sehingga cenderung menurun.
   Â
"Dari catatan kami, pada Juli 2013 lalu jumlah penderita DBD mencapai 109 kasus. Kalau melihat trennya mungkin menurun memasuki kemarau ini, tetapi masyarakat tetap tidak boleh lengah," katanya.
   Â
Sebab, kata dia, jumlah penderita DBD sepanjang 2013, hingga 16 Agustus tercatat 1.609 kasus, cenderung naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya 914 kasus.
   Â
Ia menjelaskan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi vektor penyakit DBD memang tergolong "nyamuk rumahan" yang lebih senang berkembang biak di air bersih, bukan air kotor yang ada di saluran air.
   Â
"Ini yang perlu diwaspadai. Di rumah kan banyak tempat-tempat penampung air, seperti vas bunga, kemudian saluran pembuangan lemari es. Tempat-tempat ini disenangi nyamuk itu," katanya.
   Â
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing untuk mengurangi peluang nyamuk berkembang biak dan menularkan DBD.
   Â
"Ya rajin cek air di vas bunga, di tempat pembuangan air lemari es, dan sebagainya. Bersihkan secara rutin. Kalau ada barang-barang tak terpakai dan berpotensi menampung air segera kubur," katanya.
   Â
Sepanjang musim kemarau, pihaknya tetap menggiatkan sosialisasi untuk mengingatkan masyarakat terhadap pentingnya gerakan PSN dalam menanggulangi penyebaran penyakit DBD.
   Â
"Masyarakat juga harus segera melapor kalau menemukan kasus DBD. Kalau memang perlu pengasapan (fogging) yang kami semprot. Jika belum perlu cukup kami lakukan program abatesasi," kata Mada.
(Abd)
"Memang terjadi penurunan kasus DBD memasuki musim kemarau ini," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Semarang dr Mada Gautama di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Rabu (21/8/2013).
   Â
Menurut dia, pada musim kemarau angka kasus DBD memang cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan musim hujan, sebab genangan-genangan air tidak sebanyak saat kondisi curah hujan tinggi.
   Â
Ia menyebutkan sepanjang Agustus 2013 baru ada laporan sekitar 67 kasus DBD di Kota Semarang, sedangkan biasanya mencapai 150 kasus pada bulan yang sama tahun-tahun sebelumnya sehingga cenderung menurun.
   Â
"Dari catatan kami, pada Juli 2013 lalu jumlah penderita DBD mencapai 109 kasus. Kalau melihat trennya mungkin menurun memasuki kemarau ini, tetapi masyarakat tetap tidak boleh lengah," katanya.
   Â
Sebab, kata dia, jumlah penderita DBD sepanjang 2013, hingga 16 Agustus tercatat 1.609 kasus, cenderung naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya 914 kasus.
   Â
Ia menjelaskan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi vektor penyakit DBD memang tergolong "nyamuk rumahan" yang lebih senang berkembang biak di air bersih, bukan air kotor yang ada di saluran air.
   Â
"Ini yang perlu diwaspadai. Di rumah kan banyak tempat-tempat penampung air, seperti vas bunga, kemudian saluran pembuangan lemari es. Tempat-tempat ini disenangi nyamuk itu," katanya.
   Â
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing untuk mengurangi peluang nyamuk berkembang biak dan menularkan DBD.
   Â
"Ya rajin cek air di vas bunga, di tempat pembuangan air lemari es, dan sebagainya. Bersihkan secara rutin. Kalau ada barang-barang tak terpakai dan berpotensi menampung air segera kubur," katanya.
   Â
Sepanjang musim kemarau, pihaknya tetap menggiatkan sosialisasi untuk mengingatkan masyarakat terhadap pentingnya gerakan PSN dalam menanggulangi penyebaran penyakit DBD.
   Â
"Masyarakat juga harus segera melapor kalau menemukan kasus DBD. Kalau memang perlu pengasapan (fogging) yang kami semprot. Jika belum perlu cukup kami lakukan program abatesasi," kata Mada.
(Abd)