Mengirimkan pesan singkat, baik lewat layanan SMS atau surat elektronik, seringkali terjadi di malam hari. Bila hanya sekali membalasnya itu tidak masalah, tapi bila keseringan, hati-hati, masalah tidur mengintai Anda!
Tidak sedikit orang dengan bangganya mengklaim tidak bisa hidup tanpa ponsel pintarnya. Bahkan ada yang mengatakan, hidup akan terasa hambar bila barang elektronik itu jauh dari kehidupannya. Padahal, bila terlalu sering berdekatan pun, akan berdampak sangat buruk bagi kehidupan.
Para peneliti di Amerika Serikat menemukan, bahwa orang yang terlalu banyak mengirimkan pesan singkat akan mengalami masalah dengan tidur. Peneliti percaya, ini semua disebabkan karena orang tersebut dipaksa untuk terus menanggapi pesan yang masuk tersebut.
Terlepas dari kapan waktunya, terkadang di antara kita juga suka terbangun karena adanya pesan singkat yang masuk ke dalam ponsel kita.
Karla Murdock di Washington Lee University menemukan, bahwa mahasiswa tingkat wala yang mengirimkan pesan banyak mengalami tidur yang kurang baik, terlepas dari tingkat stres yang dialaminya.
Karla meminta kepada mahasiswanya, untuk menjawab pertanyaan yang dinilai baik, dan masalah tidur terhadap emosional para muridnya.
Untuk menilai kualitas tidur para mahasiswanya, Karla menggunakan Pittsburgh Sleep Qaulity Index. Ini merupakan instrumen yang digunakan secara luas, yang dapat mengukur berbagai aspek kualitas tidur seperti halnya durasi tidur, jumlah dan waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pulsa, jumlah dan waktu benar-benar menghabiskan tidur di tempat tidur, gangguan di malam hari, dan rasa kantuk di siang hari.
Ia mencatat, bahwa temuan ini memperkuat bukti sebelumnya, yang menunjukkan ke hubungan langsung antara penggunaan ponsel dan kurang tidur pada remaja, dan dewasa muda. Penelitian ini juga menemukan, bahwa pesan singkat sering dikaitkan dengan kelebihan stres.
"Temuan korelasi memberikan adanya indikasi awal, bahwa pesan teks bisa menjadi masalah selama masa stres. Meskipun spekulatif, dapat dikatakan bahwa pesan teks adalah modus unik untuk mengatasi stres interpersonal dalam hubungan dekat," kata Dr. Karla Murdock, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (1/10/2013)
Karla menyarankan, bahasa yang umumnya digunakan dalam SMS selalu disingkat, tidak dapat digunakan untuk membahas isu-isu sensitif. Untuk itu, ubahlah kebiasan menyingkat-nyingkat kata dalam ber-SMS.
(Adt/Igw)
Tidak sedikit orang dengan bangganya mengklaim tidak bisa hidup tanpa ponsel pintarnya. Bahkan ada yang mengatakan, hidup akan terasa hambar bila barang elektronik itu jauh dari kehidupannya. Padahal, bila terlalu sering berdekatan pun, akan berdampak sangat buruk bagi kehidupan.
Para peneliti di Amerika Serikat menemukan, bahwa orang yang terlalu banyak mengirimkan pesan singkat akan mengalami masalah dengan tidur. Peneliti percaya, ini semua disebabkan karena orang tersebut dipaksa untuk terus menanggapi pesan yang masuk tersebut.
Terlepas dari kapan waktunya, terkadang di antara kita juga suka terbangun karena adanya pesan singkat yang masuk ke dalam ponsel kita.
Karla Murdock di Washington Lee University menemukan, bahwa mahasiswa tingkat wala yang mengirimkan pesan banyak mengalami tidur yang kurang baik, terlepas dari tingkat stres yang dialaminya.
Karla meminta kepada mahasiswanya, untuk menjawab pertanyaan yang dinilai baik, dan masalah tidur terhadap emosional para muridnya.
Untuk menilai kualitas tidur para mahasiswanya, Karla menggunakan Pittsburgh Sleep Qaulity Index. Ini merupakan instrumen yang digunakan secara luas, yang dapat mengukur berbagai aspek kualitas tidur seperti halnya durasi tidur, jumlah dan waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur pulsa, jumlah dan waktu benar-benar menghabiskan tidur di tempat tidur, gangguan di malam hari, dan rasa kantuk di siang hari.
Ia mencatat, bahwa temuan ini memperkuat bukti sebelumnya, yang menunjukkan ke hubungan langsung antara penggunaan ponsel dan kurang tidur pada remaja, dan dewasa muda. Penelitian ini juga menemukan, bahwa pesan singkat sering dikaitkan dengan kelebihan stres.
"Temuan korelasi memberikan adanya indikasi awal, bahwa pesan teks bisa menjadi masalah selama masa stres. Meskipun spekulatif, dapat dikatakan bahwa pesan teks adalah modus unik untuk mengatasi stres interpersonal dalam hubungan dekat," kata Dr. Karla Murdock, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (1/10/2013)
Karla menyarankan, bahasa yang umumnya digunakan dalam SMS selalu disingkat, tidak dapat digunakan untuk membahas isu-isu sensitif. Untuk itu, ubahlah kebiasan menyingkat-nyingkat kata dalam ber-SMS.
(Adt/Igw)