4 Macam Sudut Pandang dalam Cerita dan Contohnya yang Perlu Diketahui

Macam sudut pandang dalam cerita terdiri dari sudut pandang orang pertama, kedua, ketiga, dan campuran.

oleh Laudia Tysara diperbarui 09 Jul 2021, 11:45 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2021, 11:45 WIB
Cara Meresensi Buku Non Fiksi
Ilustrasi Buku. Credit: pexels.com/Alena

Liputan6.com, Jakarta Mengenai macam sudut pandang dalam cerita yang umum digunakan ada empat. Mulai dari macam sudut pandang orang pertama, kedua, ketiga, dan campuran. Keempat macam sudut pandang ini memiliki fungsi dan membuat pembawaan cerita berbeda.

Pendapat Sardjono, sudut pandang menunjukkan cara di mana cerita dikisahkan atau mode prespektif didefinisikan serta dikisahkan dengan menghadirkan kepada pembaca tindakan, sikap, karakter, serta peristiwa yang membentuk narasi sebuah cerita.

Macam sudut pandang adalah arah pandang seorang pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita menjadi lebih hidup dan bisa sampai dengan baik kepada pembaca atau pendengarnya. Bila disederhanakan, macam sudut pandang dalam cerita adalah cara penulis menempatkan dirinya ketika membawakan cerita.

Berikut Liputan6.com ulas macam sudut pandang dalam cerita dan contohnya dari berbagai sumber, Jumat (9/7/2021).

Macam Sudut Pandang dalam Cerita yang Orang Pertama

Contoh Buku Non Fiksi
Ilustrasi Buku. Credit: pexels.com/Annelis

Macam sudut pandang dalam cerita yang pertama adalah sudut pandang orang pertama. Biasanya, macam sudut pandang ini menggunakan kata ganti "saya" atau "aku" atau juga "kami". Sederhananya, saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda seakan-akan menjadi tokoh dalam cerita tersebut.

Selain itu, penulis yang membuat cerita juga masuk ke dalam tokoh sentral. Bisa dikatakan, semua yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, serta kejadian tokoh "aku" lakukan akan digambarkan melalui cerita tersebut. Sehingga, ia akan menjadi pusat kesadaran dari sebuah cerita.

Contoh macam sudut pandang dalam cerita yang orang pertama:

Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah)

Macam Sudut Pandang dalam Cerita yang Orang Kedua

Lazimnya, sebuah karya sastra menggunakan macam sudut pandang dalam cerita persona pertama dan ketiga. Secara faktual, macam sudut pandang dalam cerita orang kedua hanya sekedar sebagai selingan. Bisa dikatakan, macam sudut pandang dalam cerita orang kedua menggunakan gaya "kau" sebagai variasi cara memandang tokoh aku dan dia.

Pemahaman lain dari macam sudut pandang dalam cerita orang kedua, narator berbicara kepada ANDA. Ini tidak terlalu umum dalam fiksi, kecuali narator mencoba berbicara dengan pembaca secara pribadi. Macam sudut pandang dalam cerita orang kedua sebagian besar terlihat dalam puisi, pidato, penulisan instruksional, dan artikel persuasif.

Contoh macam sudut pandang dalam cerita yang orang kedua:

Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. (Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank)

Macam Sudut Pandang dalam Cerita yang Orang Ketiga

Ambiguitas Gramatikal
Ilustrasi Membaca Buku. Credit: pexels.com/RFStudio

Selain menggunakan macam sudut pandang dalam cerita orang pertama dan kedua, penulis juga bisa menggunakan macam sudut pandang dalam cerita orang ketiga saat menulis cerita. Adapun teknik macam sudut pandang dalam cerita orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti "dia", "ia", atau nama tokoh dalam bentuk jamak "mereka".

Perbedaan penggunaan macam sudut pandang dalam cerita orang pertama dan ketiga terletak pada kebebasan peran di dalam cerita. Di mana macam sudut pandang dalam cerita orang pertama, penulis bisa menjadi sosok dirinya di dalam cerita, tetapi hal ini tidak berlaku untuk sudut pandang orang ketiga.

Jika narator adalah karakter dalam cerita, maka pembaca akan membaca apa yang dia amati ketika cerita itu terungkap. Narator ini memiliki tiga kemungkinan perspektif dari macam sudut pandang dalam cerita orang ketiga.

1. Terbatas - Pada macam sudut pandang dalam cerita orang ketiga terbatas, narator hanya melihat apa yang ada di depannya, penonton peristiwa ketika mereka terbuka dan tidak dapat membaca pikiran karakter lain.

2. Mahatahu - Seorang narator mahatahu melihat semua, sama seperti dewa yang tahu semua jenis. Dia melihat apa yang dilakukan masing-masing karakter dan dapat melihat ke dalam pikiran masing-masing karakter. Macam sudut pandang dalam cerita ini biasa terjadi pada karakter eksternal, yang berdiri di atas, menonton aksi di bawah ini (bayangkan seseorang dengan bola kristal, mengintip ke dalam).

3. Mahatahu Terbatas - Macam sudut pandang dalam cerita orang ketiga yang mahatahu terbatas hanya dapat melihat ke dalam pikiran satu karakter. Dia mungkin melihat peristiwa lain terjadi, tetapi hanya tahu alasan tindakan satu karakter dalam cerita.

Contoh macam sudut pandang dalam cerita yang orang ketiga:

“Ibrahim?!” “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…” Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. (Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah)

Macam Sudut Pandang dalam Cerita yang Campuran

Macam sudut pandang dalam cerita lainnya adalah sudut pandang campuran. Pada sudut pandang campuran, penulis bisa menggabungkan antara macam sudut pandang dalam cerita pertama dan ketiga. Salah satu ciri dari macam sudut pandang dalam cerita ini adalah penulis bisa masuk ke dalam cerita (bukan sebagai tokoh utama) dan ada saatnya berada di luar cerita menjadi orang biasa.

Contoh macam sudut pandang dalam cerita yang campuran:

Kami adalah sebuah keluarga sederhana, tetapi perasaan kami memiliki satu sama lain. Dan itu merupakan ketahanan yang kuat bagi kami.

Namaku adalah Bejo, aku adalah bagian kecil dari keluarga sederhana itu. Meskipun terkadang merasa sulit menerima kehidupan ini, karena kadang kala aku merasa ingin hidup seperti mereka.

Seperti keluarga Toni yang selalu hidup dengan kecukupan yang lebih. Bahkan Toni tak perlu lagi bekerja karena dia merasa tercukupi oleh kemewahan yang ada.

Tetapi aku merasa berbeda, aku pun tidak ingin menjadi seperti Toni yang selalu mengandalkan harta keluarganya. Aku dan keluargaku diajari untuk hidup bersyukur dengan apa yang kami miliki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya