Bacaan Niat Sahur Puasa Ganti atau Bayar Utang Beserta Tata Caranya

Bacaan niat sahur puasa ganti sama dengan bacaan niat puasa qada Ramadhan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 28 Mar 2023, 15:24 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa. (Photo by RODNAE Productions from Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Puasa Ramadhan adalah wajib bagi umat muslim yang berakal dan sudah baligh, maka bagi mereka yang meninggalkan wajib menggantinya atau qada di waktu lain. Para ulama sepakat, niat ibadah lebih penting daripada amalan yang akan dilakukan itu sendiri.

Bagaimana bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang Ramadhan?

Dari mazhab Syafii disepakati bahwa makan sahur adalah sudah dianggap sebagai niat sahur puasa ganti terutama apabila sudah diikuti dengan bacaan niat puasa ganti atau bayar utang puasa Ramadhan.

Bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang yang sering disebut qada puasa Ramadhan tidak jauh berbeda dengan bacaan niat sahur puasa Ramadhan, hanya pada kalimat niat puasa Ramadhan diganti dengan qada atau ganti atau bayar utang puasa Ramadhan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang lengkap tata caranya, Selasa (19/4/2022).

Bacaan Niat Sahur Puasa Ganti atau Bayar Utang

Bacaan Niat Puasa Ganti (Qadha)
Ilustrasi Membaca Doa Credit: freepik.com

Mengganti atau bayar utang puasa Ramadhan adalah wajib bagi golongan orang yang boleh meninggalkan dan mampu untuk menggantinya dengan puasa di hari lain.

Bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang yang sering disebut qada puasa Ramadhan tidak jauh berbeda dengan bacaan niat sahur puasa Ramadhan, hanya pada kalimat puasa Ramadhan diganti dengan qada puasa Ramadhan.

Bagaimana bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang Ramadhan itu?

Dari mazhab Syafii disepakati bahwa makan sahur adalah sudah dianggap sebagai niat sahur puasa ganti terutama apabila sudah diikuti dengan bacaan niat puasa ganti atau bayar utang puasa Ramadhan.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:

"Sahurlah kalian semua. Sesungguhnya sahur itu mengandung keberkahan" (HR. Bukhari No. 1923).

Ini berarti bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang menurut mazhab Syafii adalah sama dengan bacaan niat puasa ganti atau bayar utang.

Bagaimana bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang versi Arab, latin, dan artinya tersebut?

Bacaan Niat Sahur Puasa Ganti Bahasa Arab:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan Niat Sahur Puasa Ganti Latin:

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Arti Bacaan Sahur Puasa Ganti:

“Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Selain membaca bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang, agar keberkahan sahur bisa lebih lengkap didapatkan maka baca doa sahur puasa juga. Para ulama Nadhlatul Ulama (NU) yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, sepakat ada dua versi doa sahur yang dianjurkan dibaca.

Doa Sahur Puasa Pertama:

Yarhamullahul mutasahhirin

Artinya: "Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya bagi mereka yang bersahur."

Doa Sahur Puasa Kedua:

Bismillaahi awalahu wa aakhirahu

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah menyebut nama Allah Ta’ala. Dan jika ia lupa, hendaklah ia membaca ‘Bismillaahi awalahu wa aakhirahu.’” (HR. Trimidzi dan Abu Dawud)

 

Tata Cara Ganti atau Bayar Utang Puasa Ramadhan

Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa
Ilustrasi Muslim, puasa, buka puasa. (Photo by mentatdgt from Pexels)

Apabila sudah memahami bacaan niat puasa ganti atau bayar utang, selanjutnya ketahui tata cara yang benar.

Ini penjelasan tata cara ganti atau bayar utang puasa Ramadhan bagian memahami waktu pelaksanaan, jumlah yang harus dibayarkan, dan menggabungkannya yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber.

1. Waktu Pelaksanaan Ganti atau Bayar Utang Puasa Ramadhan

Cara qadha puasa Ramadhan atau ganti puasa Ramadhan boleh dilakukan kapan saja. Perlu dijadikan catatan, makruh hukumnya jika mendahulukan puasa sunah daripada puasa qadha. Cara qadha puasa Ramadhan dengan mendahulukan puasa sunnah di sini, misalnya puasa Senin dan Kamis. Lalu puasa Syawal, Ayyamul Bidh, Tasu'a, Asyura, Daun, dan lainnya.

Dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam Ash-Shiyam dinukilkan oleh penulisnya bahwa Imam Abu Hanifah berkata, "kewajiban meng-qadha puasa Ramadhan adalah kewajiban yang lapang waktunya tanpa ada batasan tertentu, walaupun sudah masuk Ramadhan berikutnya."

Pelaksanaan cara qadha puasa Ramadhan adalah secara berurutan atau tidak dapat dilihat dari beberapa pendapat berikut.

Pendapat pertama, cara qadha puasa Ramadhan menyatakan puasa qadha harus dilaksanakan secara berurutan karena puasa yang ditinggalkan juga berurutan. Namun belum ada hadits yang shahih tentang pendapat ini.

Pendapat kedua, cara qadha puasa Ramadhan menyatakan pelaksanaan qadha puasa tidak harus dilakukan secara berurutan. Tidak ada satupun dalil yang menyatakan bahwa puasa qadha harus dilaksanakan secara berurutan.

"Qadha (puasa) Ramadhan itu, jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya berurutan." (HR. Daruquthni)

2. Jumlah Ganti atau Bayar Utang Puasa Ramadhan

Berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 184, cara qadha puasa Ramadhan atau ganti puasa Ramadhan berdasarkan jumlahnya, wajib mengganti puasa sebanyak hari yang telah ditinggalkan. Misalnya, seorang muslim tidak bisa puasa Ramadhan selama 7 hari.

Maka cara qadha puasa Ramadhan wajib menggantinya dengan jumlah sama, yakni 7 hari. Begitu pula cara qadha puasa Ramadhan dengan total jumlah lainnya. Untuk yang lupa dengan jumlah puasa yang ditinggalkan, maka cara qadha puasa Ramadhan ambil jalan tengahnya.

Menentukan jumlah hari yang paling maksimum. Contohnya jika seseorang lupa apakah ia harus mengqadha puasa sebanyak 5 atau 6 hari. Maka sebaiknya ia memilih yang keenam. Karena lebih dalam berpuasa lebih baik daripada kurang.

3. Menggabungkan dengan Puasa Sunnah

Cara qadha puasa Ramadhan atau ganti puasa Ramadhan bisa dilakukan dengan menggabungkan dengan puasa lain. Menggabungkan puasa qadha dan puasa lain (sunnah) sah hukumnya.

Beruntung, maka seseorang bisa mendapatkan pahala dari masing-masing puasa itu (wajib dan sunnah). Cara qadha puasa Ramadhan ini dijelaskan oleh Syeikh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Fathul Mu'in.

"Dan dikecualikan dengan pensyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardu, yaitu puasa sunah, maka sah berpuasa sunah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama."

Pendapat cara qadha puasa Ramadhan dengan menggabungkan ini dikuatkan oleh Syeikh Abubakar bin Syatha dalam I'anatuth Thalibin, sesuai dengan penjelasan para ulama Nahdlatul 'Ulama.

"Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa' dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunah mutlak."

Golongan Orang yang Wajib Mengganti atau Bayar Utang Puasa Ramadhan

Ilustrasi Islami, muslim, puasa
Ilustrasi Islami, muslim, puasa. (Photo by Hasan Almasi on Unsplash)

Apabila sudah memahami bacaan niat sahur puasa ganti atau bayar utang Ramadhan lengkap tata caranya, simak siapa saja golongan orang yang wajib membayarnya.

Ini penjelasan golongan orang yang wajib mengganti atau bayar puasa Ramadhan yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:

1. Hamil dan Menyusui

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, "Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menghilangkan pada musafir separuh shalat. Allah SWT pun menghilangkan puasa pada musafir, wanita hamil, dan wanita menyusui."

Cara qadha puasa Ramadhan bagi ibu hamil ada ketentuannya. Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa, Allah meringankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari.

Sementara satu golongan yang dilarang untuk berpuasa adalah wanita dalam keadaan haid dan nifas. Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis Riwayat Bukhari, "Bukankah ketika haid, wanita itu tidak shalat dan juga tidak puasa. Inilah kekurangan agamanya."

Wanita yang haid dan nifas dilarang berpuasa selama masa haid dan nifas tersebut. Namun, mereka tetap harus mengganti puasa di kemudian hari.

2. Orang Sakit

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 185, "Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain."

Orang sakit yang diizinkan tidak berpuasa adalah orang sakit yang apabila menjalankan puasa, dapat memperparah kondisi yang bersangkutan. Meski tidak berpuasa, namun orang tersebut harus membayar puasanya tersebut.

3. Musafir

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadis riwayat Muslim, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar melihat orang yang berdesak-desakan. Lalu ada seseorang yang diberi naungan.

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Siapa ini?" Orang-orang pun mengatakan, "Ini adalah orang yang sedang berpuasa." Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah suatu yang baik seseorang berpuasa ketika dia bersafar."

Jadi, apabila seseorang yang melakukan perjalanan jauh saat berpuasa diizinkan untuk tidak berpuasa apabila kondisinya berat dan menyulitkan. Namun, orang tersebut wajib mengganti puasanya di kemudian hari.

4. Lansia

Orang tua yang tidak mampu menjalankan puasa diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah yaitu dengan memberi makan fakir miskin setiap kali orang tersebut tidak berpuasa.

Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 184, "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin."

Cara qadha puasa Ramadhan bagi lansia tidak diwajibkan. Sebagai gantinya, orang lanjut usia bisa membayar fidyah. Adapun ukuran satu fidyah adalah setengah sho', kurma atau gandum atau beras, yaitu sebesar 1,5 kg beras.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya