3 Tahap Gejala HIV/AIDS, Penyebab, dan Cara Mencegahnya

Gejala HIV/AIDS sulit untuk disadari karena ciri-cirinya mirip dengan infeksi virus biasa.

oleh Husnul Abdi diperbarui 25 Agu 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS
Ilustrasi HIV/AIDS. (Foto oleh Anna Shvets dari Pexels)

Liputan6.com, Jakarta Gejala HIV/AIDS perlu dikenali oleh setiap orang. Pasalnya, sampai sekarang obat atau metode penanganan penyakit belum ditemukan. Namun, perkembangan penyakit dapat diperlambat dengan menjalani pengobatan tertentu sehingga penderita dapat menjalani hidup dengan normal.

Virus HIV dapat menyerang sistem kekebalan tubuh, yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sementara itu, AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah tahap akhir dari infeksi HIV, yaitu ketika kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah tidak ada lagi. Dengan pendeteksian dan penanganan dini, penderita HIV bisa terhindar dari AIDS.

Gejala HIV/AIDS sulit untuk disadari karena ciri-cirinya mirip dengan infeksi virus biasa. Gejala HIV/AIDS juga biasanya berlangsung secara lambat, hingga sering kali terlambat untuk dideteksi. HIV dapat ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti pada cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI.

Namun, HIV tidak dapat tersebar melalui keringat atau urine karena HIV tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. Penularan HIV bisa terjadi melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi, hubungan seks bebas tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik bersama, hingga alat pembuat tato. HIV juga dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan menyusui. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (25/8/2022) tentang gejala HIV.

Gejala HIV/AIDS Tahap Pertama

Ilustrasi penyakit HIV AIDS
Ilustrasi penyakit HIV AIDS. (Photo by jcomp on Freepik)

Seseorang yang terinfeksi HIV pertama kali disebut juga dengan infeksi HIV akut, atau sindrom retrovirus akut. Gejala HIV/AIDS akan muncul 2-6 minggu setelah terpapar virus. Gejala HIV/AIDS yang paling awal ini sulit dibedakan dengan infeksi virus biasa. Hal ini karena antibodi sudah mulai melawan HIV. Pada masa ini terjadi viremia, ketika kadar virus dalam darah penderitanya sangat tinggi sehingga dapat dengan mudah menularkannya pada orang lain. Jadi, diperlukan pemeriksaan medis untuk memastikan infeksi virus yang sesungguhnya.

Berikut beberapa gejala HIV/AIDS pertama yang harus kamu waspadai:

- Demam. Hampir seluruh kasus infeksi HIV tahap awal mengalami gejala ini. Suhu saat demam pun bervariasi mulai dari ringan sampai tinggi hingga 40 derajat Celsisus

- Nyeri tenggorokan. Pasien infeksi HIV awal dapat mengeluhkan nyeri tenggorokan, terutama saat menelan. Pada pemeriksaan, sering kali tenggorokan juga tampak merah.

- Nyeri otot dan sendi. Sebagaimana infeksi virus lainnya, mereka yang mengalami infeksi HIV juga akan merasakan nyeri sendi dan otot. Penderitanya biasa mengeluh pegal linu, mudah lelah, dan badan terasa lemas.

- Sakit kepala. Infeksi HIV awal juga menyebabkan penderitanya mengalami sakit kepala. Keluhan ini dapat juga disertai keluhan nyeri di belakang mata, mata terasa pegal, dan perih.

- Ruam kemerahan di kulit. Pada masa awal infeksi, dapat muncul ruam kemerahan di kulit terutama bagian punggung, dada, dan perut. Ruam tersebut umumnya tidak terasa gatal.

- Pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi HIV membuat kelenjar getah bening membesar sehingga terasa seperti ada benjolan, terutama di bagian leher dan ketiak. Sebenarnya hal ini adalah bentuk respons tubuh terhadap infeksi.

Gejala HIV/AIDS Tahap Kedua

Pada tahap kedua, penderita tidak mengalami gejala HIV/AIDS apapun dalam jangka waktu yang lama. Pengidap HIV pada tahap ini akan merasa sehat dan baik-baik saja, bahkan tahap ini dapat berlangsung hingga 10 tahun bahkan lebih. Hal ini yang dapat mengecoh penderita sehingga bisa saja penderita telah menularkan HIV melalui aktivitas berisikonya. Namun, di dalam tubuhnya, virus telah menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. Di sinilah HIV secara perlahan melumpuhkan sistem daya tahan tubuh penderita, dengan membunuh sel darah putih yang dinamakan CD 4 T cells.

Gejala HIV/AIDS Tahap Ketiga

[Bintang] Ilustrasi Sakit Batuk
Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto:NetDoctor)

Setelah HIV berhasil melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, kadar CD 4 T cells sudah menurun dan dapat berada di bawah nilai normal yaitu 200. Pada tahap inilah pengidap dapat didiagnosa menderita AIDS. Penyakit AIDS ini kemudian akan membuat penderita sangat rentan terserang penyakit mematikan seperti kanker, TB, dan pneumonia. Berikut beberapa gejala HIV/AIDS yang pelu kamu waspadai:

- Demam lebih dari sepuluh hari

- Merasa lelah setiap saat

- Sulit bernapas

- Diare parah

- Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan alat vital

- Muncul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang

- Hilang nafsu makan sehingga berat badan turun drastis

Penyebab HIV

ilustrasi obat HIV suntik
ilustrasi obat HIV suntik. Image by PublicDomainPictures from Pixabay

Setelah memahami gejala HIV/AIDS, kamu tentunya perlu mengenali penyebabnya. Penyebab HIV di Indonesia umumnya terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular.

Semua orang berisiko terinfeksi HIV. Namun, beberapa penyebab HIV antara lain:

- Hubungan seks tanpa kondom, baik sesama jenis kelamin maupun heteroseksual.

- Sering membuat tato atau melakukan tindik, dengan alat yang tidak steril.

- Berhubungan seksual dengan pasangan yang memiliki penyakit kelamin

- Suntikan Narkoba

- Berhubungan seksual dengan pengguna narkotika.

Pencegahan HIV

Ilustrasi HIV/Aids (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi HIV/Aids (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun demikian, infeksi dapat dicegah. Berikut beberapa cara mencegah HIV:

- Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks.

- Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

- Beri tahu pasangan bila kamu positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

- Diskusikan kembali dengan dokter bila kamu didiagnosis positif HIV dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

- Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

 

Pengobatan HIV

Walaupun obat HIV belum ada, namun pengobatan yang memperlambat perkembangan penyakit bisa dilakukan. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Hal ini tentunya dengan mengenali gejala HIV/AIDS yang telah disebutkan sebelumnya,

Ada berbagai macam jenis obat HIV yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus. Apabila seseorang merasa atau mencurigai dirinya dalam rentang waktu 3x24 jam baru terinfeksi virus, dapat mengonsumsi obat anti HIV yang bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP). Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang bertujuan mencegah daripada mengobati.

PEP harus segera dimulai, maksimal tiga hari setelah terpapar terhadap virus. Pengobatan memakai PEP berlangsung selama sebulan. Tidak ada jaminan bahwa pengobatan HIV akan berhasil. Pengobatan HIV baru bisa berhasil jika pengidap mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya