Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri stunting pada anak wajib diketahui oleh para orang tua. Stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Baca Juga
Advertisement
Anak-anak dapat dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badan menurut usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Ciri-ciri stunting pada anak yang utama adalah terhambatnya pertumbuhan fisik dan kognitif anak.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, ciri-ciri stunting pada anak dapat terlihat setelah anak berusia dua tahun. Anak yang mengalami stunting kemungkinan juga memiliki sistem kekebalan, fungsi otak, dan perkembangan organ yang lebih buruk.
Untuk mencegahnya, para orang tua wajib mengetahui ciri-ciri stunting pada anak. Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai ciri-ciri stunting pada anak beserta penyebab dan cara mengatasinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (24/10/2022).
Penyebab Stunting pada Anak
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, stunting dapat terjadi pada awal kehidupan anak yang berawal 1000 hari pertama sejak pembuahan sampai usia dua tahun. Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain karena nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik, keadaan perekonomian yang tidak baik, hingga kebersihan lingkungan yang buruk sehingga anak sering terkena infeksi.
Advertisement
Ciri-Ciri Stunting pada Anak
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri stunting pada anak yang wajib diketahui oleh para orang tua, antara lain:
1. anak memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari anak-anak seusianya.
2. anak rentan sakit dan mengalami masalah kesehatan baik masalah ringan hingga masalah berat. Anak yang stunting akan lebih sering mengalami demam, diare dan sejenisnya.
3. penurunan kemampuan kognitif. Dalam beberapa kasus anak stunting juga erat kaitannya dengan IQ yang rendah dan perkembangan kognitif yang lambat.
4. pada beberapa kasus, anak stunting justru lebih mudah gemuk jika dibandingkan dengan anak normal lainnya. Anak stunting rentan mengalami pertumbuhan ke samping, bukan ke atas.
5. wajah anak stunting juga terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya. Meski lebih muda, ia masih seperti anak kecil di bawah usia seharusnya.
6. beberapa anak menjadi lebih pendiam.
7. anak stunting juga mengalami keterlambatan pertumbuhan gigi.
8. pada anak perempuan, stunting juga menyebabkan menstruasi yang terlambat datang.
9. memasuki usia 8-10 tahun, anak stunting cenderung tidak aktif dan jarang melakukan eye contact.
Cara Mengatasi Stunting pada Anak
Penanganan stunting dapat meliputi pengobatan terhadap penyakit yang menyerang tubuh penderita, perbaikan nutrisi, pemberian suplemen, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat. Berikut adalah tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter, antara lain:
1. Mengobati penyakit yang mendasarinya, misalnya memberikan obat-obatan antituberkulosis bila anak menderita TBC.
2. Memberikan nutrisi tambahan, seperti makanan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori.
3. Memberikan suplemen, seperti vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan yodium.
4. Menyarankan keluarga dari penderita untuk memperbaiki sanitasi dan menerapkan perilaku hidup bersih serta sehat (PHBS), guna mencapai keluarga yang sehat.
Advertisement
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Dikutip dari laman Promkes Kemkes, berikut ini terdapat beberapa cara mencegah stunting pada anak yang bisa dilakukan para orang tua adalah:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Memberikan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang masih rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si kecil secara berkala ke posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganan dari stunting.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting pada anak. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.