Liputan6.com, Jakarta Lie detector alias tes poligraf adalah alat yang dapat merekam sejumlah respons tubuh yang berbeda. Alat ini dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang berkata jujur atau tidak. Tes poligraf tidak mengukur penipuan atau kebohongan secara langsung, melainkan kemungkinan tanda-tanda bahwa seseorang bisa menipu pewawancara.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Cara kerja lie detector umumnya mengukur hal-hal seperti tekanan darah, perubahan pernapasan seseorang, dan keringat di telapak tangan. Cara kerja lie detector cukup mudah, karena tersedia sensor yang dipasang pada individu yang sedang mengikuti tes.
Selama mengikuti tes, poligraf dapat melihat grafik dan dapat melihat apakah tanda-tanda vital berubah secara signifikan pada salah satu pertanyaan. Secara umum, perubahan yang signifikan akan menunjukkan bahwa orang tersebut sedang berbohong. Oleh sebab itu, seorang pemeriksa yang terlatih menggunakan poligraf, akan mendeteksi kebohongan dengan akurasi tinggi.Â
Berbohong adalah aktivitas yang membuat stres, dan cara tubuh orang sedang berbohong akan bereaksi sama. Saat Anda terlibat dalam narasi palsu atau kebohongan, maka pernapasan dan detak jantung akan meningkat, bahkan mungkin mulai berkeringat. Berikut ini cara kerja lie detector yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/12/2022).
Â
Mengenal Lie Detector
Sebelum mengetahui cara kerja lie detector, maka Anda perlu mengenal apa itu lie detector atau pendeteksi kebohongan. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan polisi, dan terkadang seseorang yang melamar pekerjaan harus menjalani tes poligraf (misalnya, pekerjaan pemerintah tertentu dengan FBI atau CIA memerlukan tes poligraf). Tujuan dari pendeteksi kebohongan adalah untuk melihat apakah orang tersebut mengatakan yang sebenarnya atau berbohong saat menjawab pertanyaan tertentu.
Saat seseorang menjalani tes poligraf, maka terdapat empat hingga enam sensor dipasang padanya. Poligraf adalah mesin di mana beberapa ("poli") sinyal dari sensor direkam pada satu strip kertas bergerak ("grafik").
Umumnya sensor biasanya merekam:
- Tingkat pernapasan seseorang
- Denyut nadi orang tersebut
- Tekanan darah orang tersebut
- Keringat orang tersebut
- Terkadang poligraf juga merekam hal-hal seperti gerakan lengan dan kaki.
Saat tes poligraf dimulai maka penanya akan mengajukan tiga atau empat pertanyaan secara sederhana, untuk menetapkan norma sinyal orang tersebut. Kemudian pertanyaan sebenarnya yang diuji oleh poligraf ditanyakan, selama interogasi dan semua sinyal orang tersebut direkam pada kertas bergerak.
Â
Â
Â
Advertisement
Sejarah Lie Detector
 Nama ilmiah alat pendeteksi kebohongan berasal dari dua akar bahasa Yunani. "Graph" berarti "tulisan" dan "poly" berarti "banyak". Oleh karena itu, poligraf adalah ukuran dari berbagai fungsi fisiologis secara bersamaan menjadi satu catatan tertulis. Namun hari ini, kemungkinan besar catatan itu ada di komputer daripada di atas kertas.
Lie detector alias tes poligraf seperti yang dikenal saat ini sekarang sudah berusia hampir 100 tahun. Alat deteksi kebohongan ini didahului oleh perangkat lain, yang hanya mengukur satu indikator tubuh pada satu waktu. Contohnya termasuk perangkat Italia tahun 1904 untuk mengukur laju napas dan konsep Amerika yang ditinggalkan untuk mengukur tekanan darah seseorang. Terdapat teori di balik mesin pendeteksi kebohongan, bahwa penipuan menyebabkan tekanan fisik pada tubuh. Ketika seseorang sedang stres, sistem saraf simpatik menghasilkan respons spesifik dan dapat diprediksi dalam tubuh.
Melansir dari laman bigthink, pada tahun 1921 seorang petugas polisi dan ahli fisiologi yang berbasis di California John A. Larson menciptakan lie detector yang secara bersamaan, bisa mengukur perubahan terus menerus dalam tekanan darah, detak jantung, dan laju pernapasan untuk membantu mendeteksi penipuan. Tujuh tahun sebelumnya, pada tahun 1914, seorang psikolog Italia (Vittorio Benussi) menerbitkan temuan tentang "gejala pernapasan dari kebohongan," dan pada tahun 1915, seorang psikolog dan pengacara Amerika (William M. Marston) menemukan tes tekanan darah untuk deteksi penipuan.
Menurut American Polygraph Association (sebagian besar terdiri dari pemeriksa poligraf), perkiraan akurasi poligraf bisa mencapai 87 persen. Artinya, dalam 87 dari 100 kasus, poligraf akan dapat mendeteksi jika seseorang mengatakan yang sebenarnya. Jika orang tersebut berbohong tetapi tidak memiliki gejala stres untuk berbohong, mereka akan lulus ujian. Demikian pula, orang yang tidak bersalah dapat gagal dalam tes karena cemas untuk memulainya dan karena itu memancarkan peningkatan detak jantung, pernapasan, dan tekanan darah yang dapat dideteksi.
Cara Kerja Lie Detector
Lie detector juga dikenal sebagai tes poligraf, yang kerap digunakan untuk menyelidiki penipuan pada seseorang. Alat ini memang dirancang untuk menentukan apakah seseorang berbohong atau tidak. Poligraf merupakan salah satu instrumen yang merekam respons fisiologis individu terhadap serangkaian pertanyaan terstruktur. Biasanya tes poligraf ini digunakan untuk investigasi yang khusus untuk peristiwa tertentu (seperti dalam investigasi kejahatan), pemeriksaan karyawan, atau pemeriksaan pra-kerja.
Cara kerja lie detector alias tes poligraf ini, memiliki sensor yang dipasang pada individu yang sedang mengikuti tes. Adapun jumlah sensor berkisar dari empat hingga enam, tergantung pada jenis mesin. Sensor biasanya merekam laju pernapasan, denyut nadi (denyut jantung), tekanan darah, dan keringat seseorang. Untuk pengukuran area ini disebut respons fisiologis, dan laju pernapasan biasanya diukur dengan pneumograf di mana terdapat kumparan yang melilit dada seseorang yang mengukur frekuensi dan intensitas pernapasan seseorang.Â
Cara kerja lie detector dimulai dengan data yang dikumpulkan selama tes poligraf, akan direkam menggunakan instrumen analog. Data akan dicetak pada selembar kertas yang bergerak dengan beberapa pena, yang kemudian gerakannya berfungsi untuk melaporkan data. Karena proses ini, rekaman respons individu selama tes poligraf sebenarnya disebut bagan poligraf. Sebagian besar tes poligraf saat ini menggunakan sistem pencatatan terkomputerisasi untuk mengumpulkan data.
Pemeriksaan poligraf memiliki fase yang berbeda, yang terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
- Fase pretest di mana semua dokumen yang dibutuhkan untuk mengelola tes selesai. Pemeriksa juga menjelaskan proses tes poligraf dan menjawab setiap pertanyaan yang mungkin dimiliki individu yang mengikuti tes. Soal-soal yang akan digunakan untuk ujian sesungguhnya juga ditinjau selama fase ini untuk memastikan pemahaman tentang soal-soal sebenarnya.
- Fase pengumpulan grafik, di mana terdapat pengumpulan bagan dari penguji yang memberikan pertanyaan dan mengumpulkan sejumlah bagan poligraf. Jumlah pertanyaan yang diajukan dan bagan yang dikumpulkan bervariasi menurut kasus.
- Tahap terakhir adalah tahap analisis data, di mana informasi yang dikumpulkan melalui pertanyaan ditinjau dan dianalisis. Pemeriksa pada titik ini membuat keputusan, apakah ada penipuan atau tidak. Pada saat ini, penguji akan memberikan kesempatan kepada individu yang diuji untuk menjelaskan tanggapan mereka terhadap beberapa pertanyaan bila diperlukan.
Â
Advertisement