Liputan6.com, Jakarta Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim atau biasa dikenal juga dengan Syarifuddin. Sunan Drajat sendiri merupakan salah satu sunan dari sembilan sunan Wali Songo. Untuk itu, nama asli Sunan Drajat adalah sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Dengan mengetahui nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim, maka anda akan lebih mengenal kisahnya dalam sejarah Islam. Sunan Drajat sendiri merupakan putra dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari Sunan Bonang dan Sunan Kudus.
Advertisement
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai nama asli Sunan Drajat dan kisah singkatnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (19/5/2023).
Advertisement
Nama Asli Sunan Drajat Adalah
Dalam buku Sejarah Wali Songo (2019) oleh Zulham Farobi, nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qosim atau biasa dikenal juga dengan Raden Syarifuddin. Ada yang menjelaskan bahwa nama asli Sunan Drajat adalah Qasim bin Muhammad Ali Rahmatullah bin Ibrahim Assamaraqandy.
Di antara para wali, barangkali Sunan Drajat yang memiliki nama paling banyak. Nama-nama lain Sunan Drajat yang dapat ditemui dalam berbagai naskah kuno adaah Masaikh Munaf, Syarifuddin, Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Maryapada, Raden Imam, dan bernama juga Maulana Hasyim.
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari Sunan Bonang dan Sunan Kudus.
Sunan Drajat menghabiskan masa mudanya untuk belajar agama Islam dengan ayahnya, Sunan Ampel di Ampel Denta, Surabaya. Sunan Drajat mempelajari agama Islam seperti halnya yang dilakukan Sunan Bonang. Sunan Drajat mendapatkan pengetahuan Islam bukan hanya dari ayahnya, namun juga dari muslim-muslim yang datang ke Pulau Jawa.
Setelah menguasai ajaran Islam, ia menyebarkan agama Islam di Desa Drajat sebagai tanah perdikan di Kecamatan Paciran. Di sana ia mendirikan pesantren Dalem Duwur. Tempat ini diberikan oleh Kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 Masehi.
Advertisement
Kisah Singkat Sunan Drajat
Nama asli Sunan Drajat adalah Raden SyariÂfuddin atau Raden Qosim putra dari Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Sejak muda, ia mengahabiskan waktunya untuk belajar agama Islam dengan ayahnya, Sunan Ampel di Ampel Denta, Surabaya. Sunan Drajat mempelajari agama Islam seperti halnya yang dilakukan oleh Sunan Bonang. Sunan Drajat mendapatkan pengetahuan Islam bukan hanya dari ayahnya, namun juga dari muslim-muslim yang datang ke Pulau Jawa. Sunan Drajat juga banyak belajar dari ulama-ulama yang datang bersama kapal-kapal dagang. Kemudian ia mulai membuka diri terhadap pengetahuan Islam yang semakin luas dan mendalam.
Sunan Drajat pertama kali melakukan dakwah di daerah Gresik. la melakukan dakwah dengan menelusuri pantai utara Jawa. Sepanjang jalan, Sunan Drajat bertemu dengan masyarakat penganut Hindu-Buddha. Ia melakukan dakwah secara langsung, tidak seperti Sunan Bonang yang menggunakan media dakwah yang berasal dari kesenian setempat. Sunan Drajat berdakwah sampai ke daerah Lamongan.
Setelah itu, Sunan Drajat membangun pusat pembelajaran Islam, seperti pesantren yang diberi nama Santri Dalem Duwur di Paciran, Lamongan. Ia memberikan tempat bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal dan bagi mereka anak yatim piatu.
Di Gresik, Sunan Drajat mendarat pertama kali di sebuah daerah yang bernama Jelak, Banjarwati, di akhir abad ke 15 M. Kemudian tinggal di Jelak dan membangun sebuah musala yang dijadikan sebagai tempat untuk ibadah.
Bahkan tidak hanya untuk keperluan ibadah, musala tersebut juga digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan seperti dakwah atau yang lainnya. Semakin banyaknya orang yang memeluk agama Islam, musala tersebut kemudian menjadi semacam pesantren yang dijadikan tempat untuk mendidik dan mengajarkan Islam kepada masyarakat.
Desa tersebut kemudian semakin ramai didatangi oleh orang-orang, bahkan yang dari luar Gresik. Mereka ingin belajar Islam kepada Sunan Drajat. Terlebih setelah mendengar bahwa Sunan Drajat adalah saudara dari Sunan Bonang yang terkenal mahir menembang dan memainkan alat musik. Lama-kelamaan desa tersebut menjadi sebuah desa yang besar karena bertambahnya jumlah bangunan dan penghuni yang ada di sana. Nama desa tersebut pun berubah menjadi Banjaranyar.
Sunan Drajat melanjutkan memperluas perjalanan dakwahnya sampai ke daerah selatan. Ia meninggalkan pesisir pantai utara dan tiba di sebuah desa yang bernama Drajat. Di desa tersebut, Sunan Drajat kembali melakukan dakwah guna mengajak masyarakat Jawa, yang saat itu masih memeluk keyakinan Hindu-Buddha.
Sunan Drajat lalu bertolak menuju Lamongan, karena kota Lamongan dianggap strategis untuk menjalankan penyebaran ajaran Islam. Lamongan saat itu dikuasai oleh Sultan Demak. Sunan Drajat memilih tempat di atas perbukitan karena dinilai aman dari banjir.
Di sana, Sunan Drajat melakukan pembukaan lahan untuk dijadikan sebagai pusat dakwah ajaran Islam. Setelah itu, ia membangun pemukiman bersama para murid-muridnya untuk dijadikan pemukiman orang-orang yang mau mempelajari Islam.
Bukit tersebut dinamai Dalem Duwur. Di Dalem Duwur tersebutlah Sunan Drajat mendirikan sebuah masjid. Masjid itu kemudian dijadikan sebagai tempat untuk melaksanakan segala ibadah dan sekaligus untuk melakukan dakwah ajaran Islam kepada murid-muridnya serta masyarakat yang baru saja memeluk agama Islam.
Setelah lama berdakwah mengajarkan agama Islam. Sunan Drajat meninggal pada abad ke-16 M. Ia dimakamkan di Lamongan Jawa Timur. Untuk peninggalan-peninggalannya seperti masjid, dan barang-barang lainnya disimpan sebagai saksi sejarah muncul serta berkembangnya Islam di Jawa Timur, khususnya di kota Gresik dan kota Lamongan.
Media Dakwah Sunan Drajat
Sunan Drajat dapat mengumpulkan banyak orang untuk berguru dengannya hanya dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut karena cara dakwah yang disukai masyarakat. Media gamelan digunakan oleh Sunan Drajat sebagai cara dakwah. Melalui media tersebut, ia dapat mengumpulkan masyarakat dengan mudah dan cepat. Setelah berkumpul, kemudian para masyarakat yang datang diberi ceramah tentang ajaran agama Islam.
Sunan Drajat kemudian menciptakan tembang macapat, yaitu pangkur untuk menarik perhatian banyak orang. Tembang tersebut dinyanyikan dengan iringan gamelan agar lebih menarik dan disukai orang.
Advertisement