Penyebab Hipertensi pada Ibu Hamil dan Bahayanya Bagi Janin

Hipertensi bisa berbahaya bagi janin dan ibu.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 11 Jun 2023, 19:50 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2023, 19:50 WIB
Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Hipertensi selama kehamilan merupakan kondisi yang tak boleh diabaikan begitu saja. Seorang wanita dapat mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi kapan saja selama kehamilan.

Memiliki hipertensi selama kehamilan membutuhkan pemantauan ketat. Pengobatan sesuai anjuran dokter sangat diperlukan untuk kondisi ini.

Jika tidak diobati, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius bagi ibu, bayinya, atau keduanya. Obesitas selama kehamilan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi bayi seperti cacat lahir, prematur, hingga keguguran.

Hipertensi selama kehamilan bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini bervariasi mulai dari bawaan hingga gaya hidup tidak sehat. Berikut penyebab hipertensi selama kehamilan dan bahayanya bagi ibu dan janin, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (10/2/2020).


Penyebab hipertensi saat hamil

Ilustrasi Wanita Hamil (iStockphoto)
Ilustrasi Wanita Hamil (iStockphoto)

Jenis kehamilan

Wanita yang mengalami kehamilan pertama lebih cenderung berisiko memiliki tekanan darah tinggi. Untungnya, ada kemungkinan lebih rendah terkait tekanan darah tinggi pada kehamilan berikutnya.

Mengandung bayi kembar juga dapat membuat wanita lebih mungkin terserang hipertensi. Ini karena tubuh bekerja lebih keras untuk memberi makan lebih dari satu bayi.

Usia

Usia juga bisa menjadi faktor penyebab darah tinggi pada ibu hamil. Wanita hamil di atas usia 35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi selama kehamilan. Tekanan darah dapat meningkat secara stabil seiring bertambahnya usia karena arteri menjadi kaku dan menyempit karena penumpukan plak.


Penyebab hipertensi saat hamil

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Obesitas

Obesitas selama kehamilan dapat memiliki dampak besar pada kesehatan ibu dan bayi. Obesitas juga dikaitkan dengan risiko penyebab hipertensi yang lebih tinggi. Semakin berat seseorang, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan.

Ketika volume darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, demikian tekanan pada dinding arteri juga turut meningkat. Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan darah seseorang ke dinding pembuluh darah. Tekanan ini tergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras jantung harus bekerja. Saat mengalami obesitas, jantung menjadi lebih keras bekerja.

Kondisi Bawaan

Memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil juga menjadi risiko terbesar hipertensi saat kehamilan. Ini dapat disebut sebagai hipertensi kronis, dan biasanya diobati dengan obat tekanan darah. Kondisi ini juga bisa terjadi sebelum 20 minggu kehamilan.


Penyebab hipertensi saat hamil

Ilustrasi ibu hamil bisa mendaftarkan janin dalam JKN-KIS dari BPJS Kesehatan (iStock)
Penyebab hipertensi saat hamil (iStock)

Kolesterol tinggi

Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi juga sangat berhubungan. Ketika arteri menjadi mengeras dan menyempit dengan plak kolesterol dan kalsium (aterosklerosis), jantung harus berusaha lebih keras untuk memompa darah melaluinya. Akibatnya, tekanan darah menjadi tinggi tidak normal. Kolesterol tinggi bisa disebabkan karena pola makan yang tidak sehat.

Gaya hidup

Pilihan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Kelebihan berat badan atau obesitas, atau tidak tetap aktif adalah faktor risiko utama untuk tekanan darah tinggi.

Seiring waktu, pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk dapat berdampak buruk pada tubuh. Pilihan gaya hidup dapat menyebabkan masalah berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko hipertensi.


Bahaya hipertensi bagi janin

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Pertumbuhan bayi yang lambat

Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, bayi akan menerima lebih sedikit oksigen dan lebih sedikit nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin lambat, berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur. Prematuritas dapat menyebabkan masalah pernapasan, peningkatan risiko infeksi dan komplikasi lain untuk bayi.

Preeclampsia

Preeklamsia terjadi ketika hipertensi berkembang setelah 20 minggu kehamilan, dan dikaitkan dengan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, termasuk ginjal, hati, darah atau otak. Preeklampsia yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal untuk ibu dan bayi, termasuk perkembangan kejang (eklampsia).


Bahaya hipertensi bagi janin

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Solusio plasenta

Preeklampsia meningkatkan risiko kondisi ini di mana plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum bayi lahir. Solusio yang parah dapat menyebabkan pendarahan hebat, yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi.

Bayi lahir prematur

Terkadang persalinan dini diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa ketika ibu memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.


Bahaya hipertensi bagi ibu

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Sindrom HELLP

HELLP adalah akronim yang merupakan singkatan dari hemolisis, elevated liver enzymes (peningkatan enzim hati), dan platelet count (jumlah trombosit yang rendah). Kondisi ini parah dan mengancam jiwa, dan bisa menjadi komplikasi preeklampsia.

Gejala yang terkait dengan HELLP meliput mual, muntah, sakit kepala, dan sakit perut bagian atas. Karena sindrom HELLP dapat sangat merusak sistem organ yang vital bagi kehidupan, perawatan medis darurat sangat diperlukan.

Cedera pada organ ibu

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan cedera pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan organ utama lainnya pada ibu. Dalam kasus yang parah, kondisi ini bisa mengancam jiwa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya