NASA Peringatkan Kiamat Internet pada 2025 Akibat Badai Matahari, Begini Dampaknya

Adanya badai matahari super sebabkan gangguan elektromagnetik bumi.

oleh Novita Ayuningtyas diperbarui 04 Jul 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 19:00 WIB
Badai Matahari 2012
Badai Matahari 2012 (NASA)

Liputan6.com, Jakarta Di zaman yang serba modern saat ini, adanya internet tentu sangat membantu banyak masyarakat. Terlebih, dengan adanya internet melakukan sebuah komunikasi hingga menyebarkan sebuah informasi juga semakin dipermudah.

Namun, pernahkah kamu membayangkan jika tiba-tiba internet tak bisa lagi digunakan? Bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama hingga dalam hitungan bulan.

Meski tampak tak nyata, rupanya adanya gangguan internet selama berbulan telah diperdiksi. Hal ini terjadi dikarenakan adanya sebuah badai matahari super yang menyebabkan gangguan pada medan magnet bumi.

Dilansir Liputan6.com dari USA TODAY, Selasa (4/7/2023), badai matahari super tersebut diprediksi akan mengakibatkan internet apocalypse atau kiamat internet. Kemungkinan adanya kiamat internet sendiri telah dipaparkan oleh Sangeetha Abdu Jyothi, irvine sekaligus pakar ilmu komputer dari University of California menyimpulkan abhwa adanya kemungkinan gangguan internet berkepanjangan karena badai matahari.

Adanya kemungkinan Badai Matahari Super

Badai Matahari
Badai Matahari ( NASA/SDO/Goddard)

Matahari diketahui kerap melepaskan partikel magnetik setiap beberapa waktu. Partikel magnetik tersebut disebut sebagai solar wind atau angin surya. Efek dari adanya angin surya ini ialah munculnya aurora di daerah dekat dengan kutub utara dan selatan. Namun, suatu waktu partikel ini bisa mengancam.

Menurut NASA, angin surya diciptakan oleh ekspansi luar pertikel bermuatan dari korona Matahari di atmosfer terluar. Meski lebih padat dibandingan angin di Bumi, namun angin ini jauh lebih cepat dan bisa bertiup dengan kecepatan satu hingga dua juta mil per jam. Angin yang dihasilkan badai Matahari ini dapat berdampak ke Bumi hingga mampu melepaskan partikel matahari dan radiasi elektromagnetik.

Meski begitu, kemungkinan badai yang memicu pemadaman internet sangat kecil, menurut sebuah penelitian dari dua tahun lalu. Tapi ancamannya masih tidak bisa diremehkan.

Penyebab Kiamat Internet

Tampilan situs Kominfu (Tangkapan layar)
Tampilan situs Kominfu yang menghitung mundur kiamat internet Indonesia (Tangkapan layar)

Ilmuwan di NASA diketahui masih berusaha untuk mencegah adanya dampak dari badai matahari. Bahkan, dilansir Liputan6.com dari DC News Snow, Selasa (4/7/2023), kekhawatiran akan adanya kiamat internet sendiri diketahui karena adanya artikel NASA yang merinci mengenai badai matahari yang kuat terjadi pad 2025 mendatang hingga menimbulkan efek pada telekomunikasi, setelit serta jaringan listrik.

“Selain itu, risiko badai geomagnetik dan dampak buruk pada masyarakat kita saat ini meningkat saat kita mendekati 'maksimum matahari' berikutnya — puncak dalam siklus aktivitas 11 tahun Matahari — yang diperkirakan akan tiba sekitar tahun 2025,” ujar Vanessa Thomas, salah satu ilmuwan di NASA Goddard Space Flight Center di Maryland.

Sebuah laporan dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) juga menyebutkan jika siklus matahari menjadi aktif pada tingkat yang lebih cepat dibanding perkiraan para ilmuwan.

Manfaatkan AI

The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)
The Space Launch System adalah roket baru untuk era baru eksplorasi bulan (NASA)

Baru-baru ini, NASA menciptakan model komputer baru yang menggabungkan kecerdasan buatan dan data satelit. Teknologi tersebut diharapkan dapat membunyikan alarm untuk cuaca luar angka yang berbahaya seperti sirene tornado kosmik.

Teknologi ini disebut dapat memprediksi di mana badai matahari akan datang dan menyerang bumi dengan peringatan 30 menit. Waktu tersebut menjadi begitu vital digunakan untuk mempersiapkan dan mencegah dampak para pada jaringan listrik dan infrastruktur penting lainnya.

Tim peneliti internasional di Frontier Development Lab — sebuah pusat kemitraan blic-swasta yang mencakup NASA, Survei Geologi AS, dan Departemen Energi AS — telah menggunakan kecerdasan buatan untuk mencari hubungan antara angin matahari dan gangguan geomagnetik yang mendatangkan malapetaka pada teknologi.

"Suatu hari nanti akan ada sirene badai matahari yang membunyikan alarm di pembangkit listrik dan pusat kendali satelit di seluruh dunia," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya