Doa Nabi Yusuf untuk Jodoh dan Cara Memilih Pasangan Menurut Islam

Selain memperbaiki kualitas diri dan memperluas jaringan, meminta pertolongan kepada Allah SWT dengan membaca doa Nabi yusuf untuk jodoh juga tak kalah penting.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 05 Jul 2023, 14:40 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 14:40 WIB
Ilustrasi muslim memanjatkan doa
Ilustrasi muslim memanjatkan doa. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Selain memperbaiki kualitas diri dan memperluas jaringan, meminta pertolongan kepada Allah SWT dengan membaca doa Nabi Yusuf untuk jodoh juga tak kalah penting. Sebab, jodoh tidak sesederhana lawan jenis yang menghendaki diri kita, tapi juga harus memiliki sejumlah kualitas yang dapat membuat kita semakin dekat kepada Allah SWT.

Sulitnya dalam menemukan jodoh juga dipengaruhi oleh kriteria yang kita tetapkan sendiri, yang kadang tidak sesuai dengan kualitas diri. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memohon kepada Allah SWT dengan mengamalkan doa Nabi Yusuf untuk jodoh.

Sebab jika dilihat dari terjemahannya, doa Nabi Yusuf untuk jodoh mengandung makna tentang memperbaiki kualitas diri yang akan membuat orang lain kagum dan mencintai diri kita. Selain itu, dalam doa Nabi Yufus untuk jodoh juga mengandung makna tentang permohonan agar terhindar dari tipu daya setan yang menjerumuskann ke jurang kemaksiatan.

Lalu bagaimana bacaan doa Nabi Yusuf untuk jodoh dan cara mengamalkannya? Berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (5/7/2023).

Doa Nabi Yusuf untuk Jodoh agar Dicintai

Tidak bisa dipungkiri bahwa paras yang cantik dan tampan merupakan salah satu kualitas yang dilihat dari seseorang. Inilah kesan pertama yang dilihat orang lain dari diri kita sebelum melihat kualitas yang lainnya seperti akhlak, harta, nasab, dan sebagainya.

Paras yang cantik atau tampan ini bisa dicapai dengan cara merawat dan menjaga kebersihan diri. Namun hal itu perlu didukung dengan doa Nabi Yusuf untuk jodoh, agar paras yang kita miliki dapat membuat orang lain kagum dan mencintai kita. Adapun bacaan doa Nabi Yusuf untuk jodoh adalah sebagai berikut,

الَّلهُمَّ جَئَلْنِى نُوْرُ يُوْسُفَ عَلَى وَجْهِي فَمَنْ رَ اَنِى يُحِبُّنِي مَحَبَّتَنْي

Allaahummaj‘alnii nuuru yusufa ala wajhii fa man ro aanii yuhibbunii mahabbatan.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah Nur cahaya Nabi Yusuf pada wajahku, dan bagi siapa yang melihat akan menjadi kagum serta memiliki cinta kasih kepadaku.”

Doa Nabi Yusuf agar Disempurnakan Akhlaknya

Ilustrasi membaca doa. (dok.freepik.com)
Ilustrasi membaca doa. (dok.freepik.com)

Paras yang tampan dan cantik bisa menimbulkan kesan pertama yang baik, namun itu bukan satu-satunya kualitas yang perlu dipertimbangkan ketika lawan jenis memilih jodoh. Kualitas berikutnya yang bisa jadi pertimbangan dalam memilih jodoh adalah dengan melihat kualitas akhlak atau karakternya.

Oleh karena itu, selain merawat diri agar paras menjadi lebih menarik di mata lawan jenis, penting juga untuk memperbaiki akhlak agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memohon kepada Allah SWT dengan membaca doa Nabi Yusuf untuk jodoh yang sesuai dengan kualitas akhlak yang kita miliki.

Doa ini merupakan doa yang dibaca Nabi Yusuf yang biasa dibaca ketika bercermin.

اَلَّلهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Allahumma kamaa hassanta khalqii fa hassin khuluqi

Artinya: "Ya Allah, sebagaimana Engkau telah ciptakan aku dengan baik, maka perbaikilah akhlakku."

Doa Nabi Yusuf agar Terhindar dari Kemaksiatan

Ilustrasi kata-kata, doa cepat sembut buat pacar
Ilustrasi kata-kata, doa cepat dipertemukan jodoh. (Photo by Milada Vigerova on Unsplash)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, paras atau penampilan fisik merupakan satu kualitas yang dilihat paling awal yang menciptakan kesan pertama, sebelum menilai kualitas lainnya. Akan tetapi, selain dapat memikat lawan jenis agar mencintai kita, ketampanan dan kecantikan yang kita miliki juga bisa menjadi ujian yang dapat menjerumuskan pada kemaksiatan seperti zina.

Oleh karena itu, selain membaca doa Nabi Yusuf untuk jodoh agar dapat memikat lawan jenis, penting juga bagi kita untuk membaca doa Nabi Yusuf agar terhindar dari kemaksiatan.

Doa ini mengisahkan bahwa beliau memilih dipenjara daripada berbuat kemaksiatan.

رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Rabbis sijnu ahabbu ilayya mimma yadh’unani ilaihi. Wa illa tashrif anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun minal jahilin.

Artinya: “Ya Tuhanku, penjara lebih aku senangi daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

Cara Memilih Jodoh Menurut Islam

jemaah haji panjatkan doa di Jabal Rahmah
Seorang jemaah haji asal Mesir berdoa di bukit berbatu yang dikenal sebagai Jabal Rahmah, di Dataran Arafah, saat menunaikan ibadah haji tahunan, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi, Selasa (27/6/2023). (AP Photo/Amr Nabil)

Mengamalkan doa Nabi Yusuf untuk jodoh tentu penting agar kita dapat dipertemukan dengan jodoh yang terbaik. Akan tetapi kita juga perlu memiliki pengetahuan tengan cara memilih jodoh sesuai yang diajarkan rasulullah SAW, sebgaimana telah dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Rasulullah SAW telah menyampaikan empat kriteria dalam memilih pasangan hidup. Ini termaktub dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Artinya: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal yaitu (1) karena hartanya, (2) keturunannya, (3) kecantikannya dan (4) agamanya. Maka pilihlah yang baik agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, dan Ibnu Majah)

Aspek Keuangan

Tidak dapat disangkal bahwa aspek keuangan merupakan faktor yang mendukung keberhasilan kehidupan pernikahan, meskipun bukan satu-satunya faktor penting. Menurut Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari, hadis ini mungkin menunjukkan adanya pertimbangan kafa'ah (kesesuaian kondisi antara calon suami dan calon istri) dalam hal keuangan.

Nasab atau Keturunan

Dalam memilih pasangan hidup, biasanya diperhatikan latar belakang keluarga atau keturunan. Misalnya, memilih pasangan dari keluarga anak ulama, bangsawan, pejabat, atau pengusaha. Namun, ini bukanlah kriteria utama.

Ibnu Hajar menyarankan agar lelaki terhormat yang memiliki latar belakang keluarga baik menikahi perempuan dengan latar belakang yang sama. Namun, jika perempuan tersebut memiliki agama yang kurang baik, lebih baik memilih perempuan yang agamanya baik. Prinsip ini berlaku dalam semua kriteria lainnya.

Penampilan Fisik

Ibnu Hajar juga menyatakan dalam Fath al-Bari bahwa hadits ini mendasari anjuran untuk menikahi pasangan yang memiliki keindahan fisik, asalkan agamanya juga baik. Jika ada dua perempuan, satu cantik tetapi agamanya kurang baik, dan yang lain kurang cantik tetapi agamanya baik, maka yang agamanya baik harus dipilih.

Jika keduanya sama dalam agama, maka yang cantik akan diutamakan. Namun, penting untuk diingat bahwa kecantikan fisik bukanlah patokan utama, karena itu bersifat relatif. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa kecantikan fisik harus diikuti oleh kecantikan akhlak atau hati yang baik. Inilah yang paling penting.

Agamanya

Ibnu Hajar menekankan bahwa bagi mereka yang beragama dan memiliki harga diri, agama harus menjadi orientasi utama dalam memandang segala hal, terutama dalam hubungan jangka panjang seperti pernikahan. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, juz 9, hal 135)

Imam Nawawi menambahkan bahwa makna sebenarnya dari hadits ini adalah bahwa Rasulullah SAW menggambarkan apa yang biasa dilakukan orang-orang, yaitu mereka biasanya mempertimbangkan keempat kriteria tersebut (bukan karena perintah Rasul), dan menurut mereka, yang terakhir adalah agama yang baik. Oleh karena itu, pilihlah pasangan yang memiliki agama yang baik agar kamu beruntung. (Abu Zakariya an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, juz 10, hal 51-52)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya