Liputan6.com, Jakarta Industri peternakan terus mencari inovasi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pemeliharaan hewan ternak. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah ayam tanpa bulu, sebuah jenis unggas yang diciptakan dengan pembiakan selektif untuk mengatasi masalah kepanasan yang umum terjadi pada ayam broiler komersial.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun ayam tanpa bulu menawarkan beberapa keuntungan, seperti konsumsi pakan yang lebih rendah dan kemampuan menahan suhu yang lebih tinggi, keberadaannya masih mengundang kontroversi di berbagai kalangan. Beberapa orang menganggap penampilan ayam tanpa bulu sebagai "tidak alami" atau bahkan "menjijikkan".
Sementara pihak yang lain, mengungkapkan berbagai keuntungan yang diklaim dapat didapatkan dengan adanya ayam tanpa bulu, seperti pertumbuhan yang lebih cepat dan kemudahan dalam pemeliharaannya. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa ayam tanpa bulu juga memiliki kelemahan yang signifikan.
Menuai pro dan kontra dari banyak pihak, berikut ini telah Liputan6.com rangkum kontroversi yang melingkupi pengembang biakan ayam tanpa bulu, dari odditycentral.com pada Minggu (9/7/2023).
Latar Belakang Ayam Tanpa Bulu dan Masalah Dibaliknya
Ayam tanpa bulu adalah jenis unggas yang diciptakan melalui pembiakan selektif untuk mengatasi masalah kepanasan yang umum terjadi pada ayam broiler komersial. Ayam broiler secara genetik cenderung makan lebih banyak dan menambah berat badan dengan sangat cepat, sehingga metabolisme tubuh mereka beroperasi pada suhu yang lebih tinggi daripada ras ayam lainnya. Meskipun ini membuat mereka cocok untuk industri daging yang terus berkembang, hal ini juga menciptakan masalah yang signifikan, yaitu kepanasan.
Memelihara ayam broiler di daerah beriklim panas memerlukan penggunaan pendingin yang mahal untuk menjaga suhu burung tetap stabil. Namun, untuk mengurangi ketergantungan pada pendingin dan menghemat energi, ide menciptakan ayam tanpa bulu muncul.
Ahli genetika dan pemuliaan unggas Israel, Avigdor Cahaner, dikreditkan sebagai orang yang menciptakan ayam tanpa bulu. Cahaner menyatakan bahwa dia hanya menggunakan pemuliaan selektif dengan menyilangkan ras ayam broiler dengan ras ayam biasa, bukan menggunakan modifikasi genetik yang tidak alami dan tidak etis.
Advertisement
Keuntungan dan Kontroversi Ayam Tanpa Bulu
Ayam tanpa bulu yang diciptakan oleh Avigdor Cahaner mendapat perhatian luas karena beberapa keuntungannya. Ayam ini memiliki konsumsi pakan yang lebih rendah, tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, kemampuan menahan suhu yang lebih tinggi tanpa menggunakan pendingin, dan kemudahan dalam memetik bulu. Namun, ayam tanpa bulu juga memiliki beberapa kelemahan yang memicu kontroversi.
Kurangnya bulu pada ayam ini membuat mereka lebih rentan terhadap parasit, serangan nyamuk, penyakit kulit, sengatan matahari, dan variasi suhu. Pejantan ayam tanpa bulu mengalami kesulitan dalam proses kawin karena tidak dapat menjaga keseimbangan saat mengepakkan sayap yang tidak berbulu.
Selain itu, penampilan "tidak alami" ayam tanpa bulu menjadi alasan utama mengapa ras ini tidak pernah benar-benar populer. Beberapa orang menyebutnya "menjijikkan" dan "contoh sains yang sakit". Ada juga kekhawatiran terkait kesejahteraan hewan, dengan klaim bahwa ayam biasa sudah cukup menderita dan tidak perlu menciptakan kekejian seperti ayam tanpa bulu yang bahkan lebih rentan terhadap penderitaan.
Tanggapan Konsumen
Sebuah studi yang dilakukan oleh Majalah Agriallis menyimpulkan bahwa tingkat penerimaan ayam tanpa bulu oleh konsumen tidak akan berhasil. Alasan di balik ketidakberhasilan ini adalah ketakutan terhadap penggunaan hormon, kekhawatiran terhadap hewan yang tidak biasa, dan kekhawatiran terhadap dampak kesehatan yang mungkin timbul.
Dalam beberapa dekade sejak diciptakan, ayam tanpa bulu tidak pernah benar-benar menjadi arus utama karena kurangnya penerimaan dari konsumen dan kontroversi yang melekat padanya. Meskipun ada keuntungan tertentu yang diklaim, kekhawatiran etis, kesejahteraan hewan, dan penampilan yang tidak alami menjadi faktor-faktor yang menghambat popularitas dan penerimaan ayam tanpa bulu di pasar.
Dengan demikian, meskipun ayam tanpa bulu menawarkan solusi potensial untuk masalah kepanasan pada ayam broiler, kekhawatiran dan kontroversi yang melekat padanya masih menjadi hambatan besar dalam mengadopsinya secara luas dalam industri peternakan dan konsumsi pangan.
Advertisement