Liputan6.com, Jakarta Al-Barra bin Malik Al-Anshari, seorang prajurit perang dari Madinah, dikenal dengan tubuhnya yang kurus kering. Namun, di medan pertempuran, ia menjadi sosok yang ditakuti oleh lawan-lawannya. Namanya tercatat dalam sejarah Islam sebagai ajudan pribadi Nabi Muhammad yang nekat dan pemberani.
Dia berasal dari Bani Khazraj, bagian dari Bani Azad, yang mengikuti seluruh peperangan setelah Perang Badar. Keberaniannya melegenda hingga Umar bin Khattab pernah memperingatkan para gubernur agar tidak mengangkatnya sebagai pemimpin pasukan. Peristiwa heroik yang melibatkan Al-Barra banyak terjadi di jazirah Arab pasca wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 Hijriah.
Di bawah komando Khalid bin Walid, Al-Barra menunjukkan keberaniannya dalam Perang Yamamah. Pertempuran ini berlangsung di wilayah Yamamah, melawan pasukan besar Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi palsu.
Advertisement
Keberanian Al-Barra bin Malik menjadi salah satu kunci kemenangan kaum Muslimin saat itu. Tak hanya di Yamamah, Al-Barra terus berjuang hingga akhirnya syahid di Perang Tustar, Persia. Berikut kisah Al-Barra bin Malik Al-Anshari dirangkum Liputan6.com, Kamis (20/3/2025).
Al-Barra bin Malik Prajurit Perang Dikenal Kurus
Rambut Al-Barra bin Malik selalu acak-acakan dan penampilannya tidak terawat. Tubuhnya kurus kering hingga tampak menyakitkan untuk dilihat. Namun, “dalam pertempuran satu tangan dia mengalahkan dan membunuh banyak lawan,” tulis dalam riwayat.
Ia tidak dipandang orang karena penampilannya yang lusuh. Tapi jika ia memohon kepada Allah, doanya tidak pernah tertolak. Hal ini dijelaskan seperti dikutip dari Ensiklopedia Stekom.ac.id:
Nabi bersabda: "banyak orang yang berambut kusut masai dan berdebu dan hanya memiliki dua pakaian lapuk hingga tidak diperhatikan orang sama sekali, namun seandainya ia memohon kutukan kepada Allah bagi mereka, pastilah akan diluluskannya. Dan diantara orang-orang itu ialah Al-Barra' bin Malik"
Keberaniannya sangat nekat hingga Umar bin Khattab memperingatkan gubernur-gubernur Islam. “Jangan tunjuk dia memimpin pasukan karena dia bisa membuat mereka semua terbunuh,” pesan Umar. Meskipun kurus, keberaniannya melampaui tubuhnya.
Advertisement
Biografi Al-Barra bin Malik Al-Anshari
Al-Barra bin Malik berasal dari Bani Khazraj, dari garis keturunan ayah dan ibu yang mulia. Ia adalah saudara kandung Anas bin Malik, pelayan setia Nabi. Ibunya bernama Ummu Sulaim binti Milhan, seorang wanita salihah dari Madinah.
Sejak muda, Al-Barra selalu membersamai Nabi Muhammad dalam setiap peperangan. Ia hadir dalam semua pertempuran setelah Badar, termasuk Baiat Ridwan. Keberaniannya sudah tertanam sejak masa dakwah awal di Madinah.
Ia dikenal memiliki suara yang merdu. Meski penampilannya tak menarik perhatian, hatinya penuh kekuatan. Al-Barra wafat di usia muda, namun kisah hidupnya dikenang hingga kini.
Al-Barra bin Malik di Perang Yamamah
Dikutip dari Alim.org, Perang Yamamah terjadi pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pasukan Muslim dipimpin Khalid bin Walid melawan ribuan pengikut Musailamah Al-Kadzdzab. Al-Barra berada di barisan terdepan bersama para pejuang terhebat.
Khalid bin Walid memerintahkan Al-Barra yang dijuluki ajidan pribadi Nabi ini maju dalam peperangan besar ini. “Giliranmu, wahai pemuda Anshar, untuk menghadapi mereka,” kata Khalid. Al-Barra mengobarkan semangat: “Yang ada hanyalah Allah, kemudian surga!”
Ia naik di atas perisai dan dilemparkan ke Taman Kematian. Di sana, ia membuka gerbang sambil melawan banyak musuh dengan luka parah. Kaum Muslim menyerbu masuk dan menewaskan Musaylamah.
Advertisement
Al-Barra bin Malik Al-Anshari Syahid di Perang Tustar
Setelah pulih dari luka-luka Perang Yamamah, Al-Barra belum puas. Ia mencari kesyahidan di medan perang Persia. Perang besar berikutnya terjadi di Tustar, benteng kuat yang sulit ditaklukkan.
Orang Persia menggunakan rantai besi dengan kait membara untuk menyiksa lawan. Anas bin Malik terkena kait tersebut dan diseret ke atas benteng. Al-Barra meloncat ke tembok, meraih rantai, dan melepaskan saudaranya meski tangannya terbakar.
Ia akhirnya gugur dalam pertempuran itu. Al-Barra telah memohon kepada Allah untuk mati syahid. Doanya terkabul, dan ia wafat pada tahun 20 Hijriah di Perang Tustar.
