6 Keunggulan Ideologi Terbuka Dibandingkan dengan Ideologi Tertutup adalah Sebagai Berikut

Ideologi terbuka dianggap lebih unggul dibandingkan dengan ideologi tertutup.

oleh Laudia Tysara diperbarui 25 Jul 2023, 15:35 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2023, 15:35 WIB
Kirab Pancasila Tahun 2023
Warga membawa lambang Garuda Pancasila saat Kirab Pancasila pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (28/5/2023). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ideologi terbuka adalah suatu sistem pandangan atau ajaran yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan ideologi tertutup. Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjelaskan bahwa ideologi berasal dari kata "idea," yang berarti gagasan, konsep, dan pengertian dasar, serta "logos," yang berarti ilmu pengetahuan. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.

Ada dua jenis ideologi, yaitu ideologi terbuka dan tertutup. Ideologi terbuka dianggap lebih unggul dibandingkan dengan ideologi tertutup. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP menjelaskan ideologi terbuka, seperti Pancasila, hadir sebagai ideologi negara Indonesia yang bersifat terbuka dalam prosesnya melalui proses musyawarah dari berbagai golongan masyarakat. Sebaliknya, ideologi tertutup tidak ada musyawarah, tetapi segala kebijakan di tangan para elite.

Paling mencolok dari keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah masyarakat yang berlandaskan ideologi terbuka dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Ketika gagasan-gagasan baru bermunculan, mereka dapat dengan cepat diadopsi dan diterapkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup, Selasa (25/7/2023).

 

1. Lebih reformatif, dinamis, dan terbuka

FOTO: Peringatan Hari Kesaktian Pancasila
PERINGATAN HARI KESAKTIAN PANCASILA: Sejumlah Pramuka mengabadikan patung tujuh pahlawan revolusi di Monumen Pancasila Sakti (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah dapat dipahami dari analisis yang disajikan dalam Jurnal Office (Vol. 2, No.2, 2016) oleh A. Aco Agus. Menurut peneliti ini, ideologi terbuka, seperti Pancasila, menampilkan sifat yang reformatif, dinamis, dan terbuka. Artinya, Pancasila sebagai contoh ideologi terbuka memiliki kemampuan untuk terus berubah dan beradaptasi dengan tuntutan perkembangan zaman.

Tidak terikat pada norma-norma yang kaku, ideologi terbuka mampu mengatasi dinamika masyarakat yang sering mengalami perubahan. Ini menjadi suatu keunggulan signifikan karena dalam realitas sosial yang selalu bergerak dan berkembang, ideologi terbuka mampu memberikan panduan dan arah yang relevan bagi masyarakat.

Sebaliknya, ideologi tertutup menunjukkan ciri kaku yang tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Sistem ideologi ini cenderung terpaku pada ajaran-ajaran yang telah ditetapkan lama dan tidak memberikan ruang bagi perubahan atau penyesuaian dengan perubahan sosial dan tuntutan masyarakat. Dalam jangka panjang, ideologi tertutup ini bisa kehilangan relevansinya dan menimbulkan konflik sosial karena ketidakmampuannya mengakomodasi perubahan zaman dan aspirasi rakyat yang berubah.

2. Nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan

Keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah bahwa nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan berasal dari dalam diri bangsa itu sendiri. Pandji Setijo, dalam buku berjudul Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa (2006), menekankan bahwa ideologi terbuka, seperti Pancasila, mencakup kekayaan rohani, moral, dan budaya yang hidup dan tumbuh dalam masyarakatnya. Ini menandakan bahwa ideologi terbuka lahir dari akar budaya dan kearifan lokal masyarakatnya.

Konsep-konsep ideologi yang diadopsi berasal dari proses musyawarah dan kesepakatan dari berbagai kelompok dan elemen masyarakat, yang mencerminkan keberagaman dan pluralisme yang ada.

Sementara itu, ideologi tertutup cenderung menentukan nilai dan ajarannya dari pokok pikiran serta keinginan kaum elite atau kelompok tertentu. Ajaran ini sering kali diimposisikan dari luar tanpa mempertimbangkan aspirasi dan keanekaragaman masyarakat. Dalam ideologi tertutup, keputusan dan kebijakan dibuat oleh sekelompok elit tanpa melibatkan partisipasi luas masyarakat, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan alienasi dan ketidaksesuaian dengan nilai-nilai lokal.

Keterbukaan ideologi terbuka terhadap aspek rohani, moral, dan budaya masyarakatnya sendiri memberikan landasan yang kokoh dan memungkinkan integrasi yang lebih baik dalam membangun persatuan dan kesatuan dalam suatu negara. Sementara itu, ideologi tertutup yang ditentukan oleh kepentingan kelompok tertentu cenderung menimbulkan ketidakharmonisan dan perpecahan dalam masyarakat.

3. Bertanggungjawab bersama, tidak menuntut kesetiaan total

Salah satu keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah, seperti Pancasila, adalah kemampuannya untuk menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab. Sifat inklusif ideologi terbuka mendorong adanya partisipasi aktif dari seluruh warga negara dalam proses pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan. Di dalam ideologi terbuka, berbagai pandangan dan aspirasi masyarakat diakomodasi dan didengarkan, sehingga mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dalam membangun bangsa.

Sebaliknya, pada negara dengan ideologi tertutup, seringkali rakyat dituntut untuk memiliki kesetiaan total pada ideologi secara mutlak dan konkret. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam kebebasan berpendapat dan berpartisipasi aktif dalam pembuatan kebijakan. Kehadiran sistem yang otoriter dan otoritas yang kuat dari negara seringkali membatasi ruang gerak masyarakat untuk menyuarakan aspirasi dan kritik terhadap kebijakan yang ada.

 

 

4. Keterbukaan dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan

Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Pelajar Melakukan Tapak Tilas Peristiwa G30S
Sejumlah siswa berfoto bersama di depan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Minggu (1/10). Bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila, sejumlah pelajar mengadakan napak tilas ke monumen Kesaktian Pancasila. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah membawa implikasi penting dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu keuntungan yang signifikan dari ideologi terbuka, seperti yang tercermin dalam Pancasila, adalah kemampuannya untuk memfasilitasi perkembangan dan inovasi dalam berbagai bidang kehidupan. Keterbukaan dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi munculnya gagasan-gagasan baru yang relevan dengan perkembangan zaman.

Masyarakat yang berlandaskan ideologi terbuka dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Ketika gagasan-gagasan baru bermunculan, mereka dapat dengan cepat diadopsi dan diterapkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Di sisi lain, ideologi tertutup, seperti yang diungkapkan oleh Maimun dalam Jurnal Meredam Ideologi Radikal di Indonesia melalui Praktik Keteladanan Nilai Pancasila (2015), cenderung membatasi kreativitas dan inovasi. Sistem yang mengutamakan otoritas dan kontrol dapat menjadi hambatan bagi munculnya gagasan-gagasan segar dan revolusioner.

Keterbatasan dalam membuka diri terhadap pandangan-pandangan alternatif menyebabkan ideologi tertutup terjebak dalam cara-cara lama yang mungkin tidak lagi efektif atau relevan dalam menghadapi tantangan masa kini. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan stagnasi dan kurangnya daya saing dalam masyarakat yang menganut ideologi tertutup.

5. Mendorong inklusivitas dan toleransi terhadap perbedaan

Selanjutnya, keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah mendorong inklusivitas dan toleransi terhadap perbedaan. Dalam ideologi terbuka, pluralisme diakui sebagai sesuatu yang berharga dan dihargai sebagai bagian integral dari identitas bangsa. Perbedaan suku, agama, budaya, dan pandangan politik dipandang sebagai aset yang memperkaya kekayaan bangsa.

Hal ini menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu merasa dihormati dan diakui keberadaannya. Dalam masyarakat yang berlandaskan ideologi terbuka, potensi kolaborasi dan harmoni antarberbagai kelompok masyarakat dapat dioptimalkan.

Sebaliknya, dalam ideologi tertutup, perbedaan seringkali dianggap sebagai ancaman dan bisa menyebabkan konflik sosial. Ketidaksamaan pandangan atau identitas yang berbeda dapat menyebabkan penguatan sentimen sektarian atau fanatisme yang berpotensi mengancam stabilitas dan persatuan masyarakat. Dalam kondisi ekstrim, hal ini dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik antargolongan yang dapat menghambat pembangunan dan kemajuan nasional.

6. Adanya musyawarah dan dialog antarberbagai golongan masyarakat

Keunggulan ideologi terbuka dibandingkan dengan ideologi tertutup adalah memberikan kesempatan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Adanya musyawarah dan dialog antarberbagai golongan masyarakat dalam sistem ideologi terbuka memperkuat demokrasi dan mendorong pemerintahan yang lebih responsif terhadap aspirasi rakyat.

Dalam ideologi terbuka, partisipasi aktif masyarakat menjadi elemen penting untuk mencapai konsensus dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan publik. Hal ini memberikan kesempatan bagi seluruh warga negara untuk berkontribusi dalam menentukan arah kebijakan yang diambil oleh negara.

Sebaliknya, dikutip dari buku berjudul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh Edi Rohani, M.Pd.I., ideologi tertutup cenderung memberi wewenang yang lebih besar pada penguasa tanpa melibatkan partisipasi luas dari rakyat. Pengambilan keputusan yang terpusat dan otoriter dapat mengabaikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat luas.

Dalam kondisi semacam ini, rakyat tidak memiliki ruang untuk menyuarakan pandangan atau memberikan masukan dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi nasib mereka. Hal ini berpotensi menciptakan ketidakpuasan dan ketidakstabilan sosial.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya