Liputan6.com, Jakarta Kisah tentang Bahtera Nabi Nuh, yang terdapat dalam Al Quran dan Alkitab, telah menjadi bagian penting dari warisan budaya dan agama. Bahtera tersebut, yang dipercayai sebagai wahana yang menyelamatkan Nuh, keluarganya, dan berbagai jenis hewan selama banjir besar yang menghancurkan bumi, telah lama menjadi subjek perdebatan dan penelitian.
Baca Juga
Advertisement
Bagaimana mungkin sebuah kapal sedemikian besar dapat bertahan selama banjir epik tersebut, dan apakah bukti fisiknya dapat ditemukan di dunia nyata? Sebuah tim peneliti di Turki telah memulai proyek ambisius untuk mencari tahu apakah gundukan berbentuk perahu di Gunung Ararat mungkin menjadi lokasi sebenarnya dari Bahtera Nabi Nuh.Â
Berikut telah Liputan6.com rangkum dari Daily Mail, proses penelitian dan hasil awal yang mengejutkan, serta perdebatan yang berkaitan dengan temuan ini, pada Minggu (29/10/2023).
Awal Mula Penelitian
Pada tahun 2021, sebuah tim arkeolog dan ahli geologi memulai sebuah proyek ambisius di Turki dengan tujuan untuk meneliti dan mengungkapkan misteri gundukan berbentuk perahu yang konon menjadi tempat peristirahatan Bahtera Nabi Nuh. Proyek ini telah menjadi perbincangan hangat karena menarik perhatian masyarakat internasional.
Tim yang terdiri dari ahli dari Universitas Teknik Istanbul (Ä°TÃœ), Universitas Andrew, dan Universitas AÄŸrı Ä°brahim Çeçen (AİÇÜ) telah bekerja keras selama hampir satu tahun di lokasi yang terletak di distrik DoÄŸubayazıt di AÄŸrı, Turki.Â
Formasi geologi yang menjadi fokus penelitian ini adalah gunung tertinggi di Turki yang tingginya mencapai 16.500 kaki (5.029 Meter). Sejak penemuan formasi tersebut pada tahun 1956, masyarakat telah menyebutnya sebagai potensi lokasi Bahtera Nabi Nuh. Gunung ini bahkan memiliki tampilan seperti sebuah bahtera.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan sampel batuan dan tanah dari lokasi tersebut pada Desember 2022, yang selanjutnya akan dianalisis oleh laboratorium ITU. Tim peneliti berharap bahwa hasil analisis ini akan memberikan bukti yang lebih konkret mengenai usia dan aktivitas manusia di gundukan berbentuk perahu ini, yang diyakini berkaitan dengan kisah Alkitab tentang Banjir Besar.
Advertisement
Temuan dan Analisis Awal
Hasil analisis awal dari sampel batuan dan tanah yang dikumpulkan oleh tim peneliti menunjukkan bukti yang menarik. Sampel tersebut mengandung bahan tanah liat dan laut, serta jejak makanan laut. Menurut para peneliti, temuan ini mengindikasikan adanya aktivitas manusia di lokasi tersebut antara tahun 5500 hingga 3000 SM.Â
Kisaran waktu ini sejalan dengan perkiraan masa banjir besar dalam Alkitab, yang dinyatakan terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu. Penelitian ini memberikan harapan bahwa situs geologi ini mungkin adalah lokasi yang sebenarnya dari Bahtera Nabi Nuh. Namun, penelitian masih berlangsung, dan para peneliti menyadari bahwa diperlukan lebih banyak bukti dan analisis yang mendalam untuk memastikan keaslian temuan mereka.Â
Profesor Faruk Kaya dari Universitas Ağrı İbrahim Çeçen mengatakan bahwa hasil awal ini mengungkap aktivitas manusia dalam kurun waktu yang relevan dengan kisah banjir, tetapi masih memerlukan waktu yang lebih lama untuk memverifikasi keberadaan kapal itu dengan pasti.
Â
Â
Pertentangan Pendapat
Sementara temuan ini telah menarik perhatian dan harapan, perlu dicatat bahwa ada pendapat yang berbeda dalam komunitas ilmiah. Dr. Andrew Snelling, seorang kreasionis muda Bumi dengan gelar Ph.D. dari University of Sydney, sebelumnya berpendapat bahwa Gunung Ararat tidak bisa menjadi lokasi Bahtera karena menurutnya gunung tersebut baru terbentuk setelah air banjir surut.Â
Selain itu, sebagian besar sarjana dan arkeolog tidak menganggap cerita Bahtera Nabi Nuh sebagai kejadian harfiah dalam sejarah. Meskipun begitu, penelitian ini tetap menciptakan debat dan antusiasme di kalangan yang mempercayai kisah tersebut secara harfiah.Â
Dalam Al Quran dan Alkitab, cerita Bahtera Nabi Nuh adalah salah satu cerita penting yang menggambarkan peristiwa banjir besar sebagai tindakan Tuhan dalam membersihkan dunia dari kejahatan dan kerusakan manusia. Dengan penelitian yang sedang berlangsung, mungkin akan ada perkembangan lebih lanjut dalam upaya untuk memverifikasi atau menggugat kisah tersebut.
Advertisement