Liputan6.com, Jakarta Hadis Mutawatir merupakan salah satu jenis hadis dalam ajaran Islam. Secara bahasa, kata mutawatir berasal dari kata muttabi’ atau muttatabi’ yang artinya adalah datang berturut-turut dengan tidak ada jaraknya.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan menurut istilah, kata mutawatir adalah hadis tentang sesuatu yang disampaikan oleh sejumlah besar perawi. Perawi di sini merupakan orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.
Oleh karena itu, hadis Mutawatir ini banyak diimani dan dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat Islam. Hadis bisa dikatakan mutawatir apabila ditinjau dari segi kuantitas sahabat yang meriwayatkannya dari Nabi.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai hadis Mutawatir beserta ciri-ciri, jenis, dan contohnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (30/11/2023).
Mengenal Hadis Mutawatir
Dalam buku Al-Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Kelas X (2021) oleh H. Aminudin, menjelaskan bahwa secara bahasa, kata mutawatir berasal dari kata muttabi’ atau muttatabi’ yang artinya adalah datang berturut-turut dengan tidak ada jaraknya.
Sedangkan menurut istilah, kata mutawatir adalah hadis tentang sesuatu yang disampaikan oleh sejumlah besar perawi. Perawi di sini merupakan orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.
Sementara dalam buku Studi Hadits (2023) karya Dr. H. Kamaruddin, menjelaskan bahwa kata mutawatir artinya adalah hujan turun terus menerus. Dalam hal ini mutawatir mengandung pengertian sesuatu yang bersifat kontinyu baik secara berturut-turut maupun terus menerus tanpa adanya hal yang menyela yang menghalangi kontinuitas itu.
Pengertian etimologis ini, bila dikaitkan dengan hadis menunjukkan bahwa pada hadis Mutawatir itu antara periwayat yang satu dengan periwayat yang lain pada generasi sebelumnya terjadi hubungan yang berturut-turut, sehingga tidak terputus-putus dikarenakan jumlah pada masing-masing generasi cukup banyak.
Sedangkan menurut Mahmud Al-Tahhan, pengertian hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah besar orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Dalam meriwayatkan hadits, para perawi satu ini bersandar pada sesuatu yang bisa diketahui dengan panca indera, seperti pendengaran. Dengan begitu, perawi hadits mutawatir dikatakan mustahil untuk berbohong dalam periwayatannya.
Advertisement
Ciri-Ciri Hadis Mutawatir
Hadis Mutawatir memiliki ciri-ciri untuk membedakannya dengan jenis hadis yang lainnya. Berikut ciri-ciri hadis Mutawatir yang perlu anda kenali, yakni:
- Memiliki perawi yang banyak.
- Memiliki tingkat konsistensi yang tinggi dalam rincian antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, menunjukkan keabsahan informasi yang disampaikan.
- Tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.
- Jumlah banyak orang yang meriwayatkannya ini ada pada semua tingkatan sanadnya.
- Menurut adat mustahil bagi perawi bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.
- Sandaran hadis Mutawatir ini dilakukan dengan menggunakan panca indera, seperti pendengaran.
Syarat-Syarat Hadis Mutawatir
Dikutip dari laman Universitas Islam An Nur Lampung, terdapat beberapa syarat-syarat hadis Mutawatir yang bisa diketahui adalah:
- Hadis mutawatir harus di riwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang membawa keyakinan bahwa mereka itu tidak sepakat untuk berbohong.
- Bedasarkan tanggapan panca indra, yakni bahwa berita yang mereka sampaikan harus benar-benar merupakan hasil pendengaran atau penglihatan sendiri.
- Seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/tingkatan) pertama maupun thabaqat berikutnya.
Tiga syarat tersebut apabila salah satu tidak dipenuhi, maka disebut dengan hadis Ahad. Hadis Ahad adalah hadis yang tidak mencukupi syarat-syarat Mutawatir.
Advertisement
Jenis-Jenis dan Contoh Hadis Mutawatir
Para ulama menyebut bahwa hadis Mutawatir ini ada tiga jenis, antara lain sebagai berikut:
1. Hadis Mutawatir Lafdhi
Hadis Mutawatir Lafdhi adalah mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama. Contoh dari Hadis Mutawatir Lafdhi yang artinya:
“Rasulullah SAW, bersabda: 'Siapa yang sengaja berdusta terhadapku, maka hendaklah dia menduduki tempat duduknya dalam neraka'"(Hadis Riwayat Bukhari).
Hadis tersebut menurut keterangan Abu Bakar al-Bazzar, diriwayatkan oleh empat puluh orang sahabat, bahkan menurut keterangan ulama lain, ada enam puluh orang sahabat, Rasul yang meriwayatkan hadis itu dengan redaksi yang sama.
2. Hadis Mutawatir Maknawi
Hadis Mutawatir Maknawi adalah hadis mutawatir dengan makna umum yang sama, walaupun berbeda redaksinya dan berbeda perincian maknanya. Contoh dari Hadis Mutawatir Maknawi yang artinya:
“Rasulullah SAW pada waktu berdoa tidak mengangkat kedua tangannya begitu tinggi sehingga terlihat kedua ketiaknya yang putih, kecuali pada waktu berdoa memohon hujan”. (Hadis Riwayat Mutafaq’ Alaihi).
Potongan hadis tersebut diriwayatkan dari nabi shalallahu alaihi wasallam sekitar seratus hadits, namun pada kejadian yang berbeda beda. Contoh lainnya adalah hadis tentang adzab kubur, hadis tentang mengusap dua khuff, hadis tentang larangan isbal, dan lain sebagainya.
Diantara buku yang mengumpulkan Hadis Mutawatir adalah kitab Al Azhar Al mutanatsiroh fil Ahadits Al-Mutawatiroh karya imam Assuyuthi. Selain itu, juga ada kitab Nadzmul mutanatsir minal haditsil mutawatir. Karya Muhammad bin Ja’far Al Kattani.
3. Hadis Mutawatir ‘Amali
Hadis Mutawatir 'Amali adalah Hadis Mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah SAW, yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak, untuk kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya.
Contoh dari Hadis Mutawatir ‘Amali adalah hadis-hadis Nabi tentang waktu salat, tentang jumlah rakaat salat wajib, adanya salat ‘ied, adanya salat jenazah, dan sebagainya.
Hukum Hadis Mutawatir
Dalam buku yang berjudul Studi Hadis Digital (2022) karya Hatib Rahmawan, menjelaskan terkait hukum dari hadis Mutawatir adalah qath’i, maksudnya tidak perlu diragukan lagi periwayatannya, sebab tidak dimungkinkan terjadi kebohongan pada perawinya.
Hadis Mutawatir merupakan hadis yang memiliki lebih dari tiga jalur periwayatan di setiap tingkatan perawinya. Subhi as-Shalih menambahkan jumlah perawi yang banyak tersebut sejak awal hingga akhirnya. Baik hadis Mutawatir dan hadis yang lainnya merupakan perkataan, perbuatan maupun ketetapan Rasulullah SAW. Sehingga seluruhnya menunjukkan ilmu yang pasti dan diterima tanpa perlu dikaji kembali kondisi perawinya.
Advertisement