Liputan6.com, Jakarta Seorang penumpang kapal pesiar menjadi viral setelah mengaku digigit laba-laba serigala, yang kemudian disebut bertelur di jari kakinya. Nama penumpang tersebut adalah Colin Blake, yang pada saat itu sedang berkunjung ke Marseille, Prancis. Laporan mengenai insiden ini menuai perhatian luas, namun sejumlah ahli biologi evolusi meragukan kebenaran cerita tersebut.
Menurut laporan BBC Senin (27/11), Colin Blake mencari perawatan medis di kapal pesiar setelah jari kakinya membengkak dan berubah warna ungu pasca-kunjungan ke Marseille. Dia mengklaim staf medis memberitahunya bahwa noda seperti daun teh pada nanah mungkin adalah telur laba-laba yang masuk melalui gigitan.
Baca Juga
Empat minggu setelah gigitan tersebut, Blake mengklaim bahwa dokter menemukan benda asing di kakinya. Tak lama kemudian diidentifikasi sebagai seekor laba-laba yang sedang mencari jalan keluar, memakan jalan keluar dari jari kakinya
Advertisement
“Salah satu telur laba-laba belum keluar dan pasti sudah menetas,” kata Blake, menurut BBC, yang menambahkan bahwa laba-laba tersebut diidentifikasi sebagai laba-laba serigala Peru.
Dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (12/1/2023), terlihat gambar jempol kaki Blake yang bengkak dan berubah warna, yang diklaim disebabkan oleh gigitan laba-laba.
Keraguan Laba-Laba Bertelur di dalam Tubuh Manusia
Namun, ketika laporan tersebut disajikan kepada dua ahli biologi evolusi, Lena Grinsted dan Sara Goodacre, keduanya menyatakan keraguan dan kritik terhadap cerita yang disampaikan oleh Blake. Menurut Lena Grinsted, laba-laba tidak bertelur di organisme lain, termasuk manusia.
"Ceritanya benar-benar membuat saya gusar. Jadi, sangat tidak akurat," tambah Grinsted.
Sara Goodacre, seorang profesor biologi evolusi dan pencipta aplikasi identifikasi laba-laba "Spider in da House," juga memberikan pandangan serupa. Dia menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk khawatir mengenai kemungkinan laba-laba datang dan bertelur di tubuh manusia.
Goodacre menyatakan bahwa banyak cerita serupa yang kerap didengar, di mana gigitan laba-laba dilaporkan, namun luka tersebut kemudian merespons pengobatan antibiotik atau antijamur, hal yang tidak berhubungan dengan racun laba-laba.
Advertisement
Sengatan Laba-Laba Serigala Tak Berbahaya
Grinsted dan Goodacre juga mempertanyakan identifikasi laba-laba yang disebut sebagai "laba-laba serigala Peru." Mereka menyatakan bahwa identifikasi spesies yang tidak umum bisa sangat sulit bahkan bagi para ahli.
"Saya tidak tahu dari mana mereka mendapatkannya, sementara menambahkan bahwa laba-laba serigala, anggota keluarga Lycosidae, dapat ditemukan di Eropa, namun bisa secara medis tidak signifikan bagi manusia,” kata Lena Grinsted.
Dalam tanggapannya kepada Business Insider, BBC mengakui bahwa artikel tersebut tidak memenuhi standar editorial yang diharapkan. Mereka menyatakan bahwa laporan tersebut telah diubah untuk mengklarifikasi bahwa ini adalah klaim yang dibuat oleh pasien.
Selain itu, BBC menghubungi seorang ahli untuk mendapatkan pandangan mereka dan menambahkan informasi tersebut ke dalam artikel.