Liputan6.com, Jakarta Drama Natal merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang seringkali dipentaskan saat perayaan Natal tiba. Di dalam drama Natal, seringkali kita akan melihat kisah-kisah yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, serta pesan moral yang menyentuh hati. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menulis naskah drama Natal yang sesuai dengan tema tersebut.
Untuk itu, contoh drama natal yang singkat namun menggambarkan kehidupan sehari-hari bisa jadi pilihan untuk Anda. Berbagai topik yang menarik akan diangkat, mulai dari kisah tentang kebaikan hati, persaudaraan, hingga kejujuran dan kesetiaan.Â
Advertisement
Contoh drama natal ini kerap menampilkan berbagai topik yang menarik, seperti pentingnya kebersamaan di saat-saat spesial, arti sebenarnya dari Natal dan bagaimana pesan-pesan Natal, bisa mempererat hubungan antarmanusia. Dalam drama ini, penonton akan dapat merasakan kehangatan dan kebahagiaan, untuk mengaplikasikan setiap pesan-pesan Natal dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Dengan resolusi yang penuh makna, contoh drama Natal "Kelahiran Tuhan Yesus" bisa meninggalkan kesan mendalam bagi para penonton. Berikut ini naskah drama natal yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (19/12/2023).Â
Drama Natal Apakah Hidup Ini Adil?
Â
Narasi: Empat sahabat lama merenungkan perjalanan persahabatan mereka. Pertemuan mereka terhenti sejak bergabungnya teman baru, Nika.
Tiara: Eh, ga terasa ya kita berteman udah lama banget.
Tasya: Iya, dari kecil kita udah deket dan bahkan bertahan sampai sekarang.
Ela: Semoga kita tetap dekat seperti sekarang ya.
Fabie: Tentu dong, karena tanpa kalian aku hanyalah butiran debu.
Andrew: Eh, teletubbies, ya elah, berpelukan mulu.
Richard: Iya, ajak-ajak aku bisa kali.
Narasi: Kedatangan teman baru, Nika, membawa perubahan dalam dinamika persahabatan mereka.
Andrew: Katanya itu cewe cantik banget, anak gaul, orang kaya pula. Bakalan jadi target gue bro.
Richard: Lho itu deh kayaknya orangnya.
Nika: Permisi, boleh aku gabung?
Andrew dan Richard: Oh boleh banget, mari gabung.
Nika: Halo salam kenal, aku Nika.
Fabie: Kamu asalnya dari mana?
Nika: Aku asalnya dari Surabaya.
Semua: Surabaya woy.
Tasya: Tadinya gereja apa, Ka?
Nika: Aku dari (perkataan terpotong).
Richard: (Nyanyi) Tak ku pandang dari gereja mana, asal kau berdiri atas firman-Nya.
Semua: Modus woy modus.
Nika: Pak, Ibu, ini anak-anak yang baru kutemui. Mereka hebat-hebat lho. Ayo salam kenal semuanya.
Pendeta: Salam kenal semuanya.
Narasi: Persahabatan diuji saat Nika membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Kebenaran tentang Nika terungkap, dan persahabatan pun diuji oleh prasangka dan penilaian.
Nika: Ya udah yuk kita jalan, keburu hujan nih. Jo, ikut kita yuk?
Joseph: Ga usah makasih.
Nika: Iih ayo dong Jo, mau ya?
Elkan: Yee ko maksa sih.
Fabie: Yuu aah, kita duluan ya guys, bye.
Narasi: Namun, pertemuan keluarga Nika membawa kejutan tak terduga. Orang tua Nika datang untuk mendaftar menjadi anggota jemaat baru.
Mama Ela: Ini pak, saya kesini bersama bapa dan ibu yang mau mendaftar jadi jemaat baru yang kemarin sempat saya ceritakan pada bapa.
Ibu Nika: Lho pak, ko anak kita ada disini. Nak kok kamu disini?
Semua: Hah? Nak? ekspresi kaget.
Pendeta: Lho ini anak bapak?
Bapa Nika: Iya pak, tapi kemarin dia izin untuk berbeda gereja dengan kami.
Ibu Nika: Tapi kok kamu di gereja ini juga nak? Kenapa nggak bareng sama papa mama aja kesininya.
Tasya dan Fabie: Apa? Lho katanya anak orang kaya?
Tasya: Lo nipu kita ya?
Nika: (Hanya tertunduk malu)
Fabie: Jawab dong Ka!
Pendeta: Tasya, Fabie, kalian diam dulu ya. Jadi pak, bu, Nika ini benar-benar anak bapa dan ibu?
Bapa Nika: Iya pak, Nika ini anak kami satu-satunya.
Pendeta: Benar itu Nika?
Nika: Iya pak (menangis).
Fabie: Ya ampun, cantik-cantik kok tukang tipu.
Bapa Nika: Maafkan anak kami pak, dek, mungkin dia masih belum bisa sepenuhnya menerima keadaan kami ini.
Joseph: Iya pa gapapa ko, kami mengerti.
Bapak Nika: Nak, ayo minta maaf sama teman-temanmu.
Nika: Semuanya maafin aku ya, Tasya, Fabie, maaf aku udah bohongin kalian. Ela maaf ya aku sudah menghina kamu.
Ela: Iya gapapa kok.
Tasya: Eh gara-gara lo ya persahabatanku jadi rusak.
Fabie: Iya gara-gara lo kita jadi jauh.
Joseph: Bukan sepenuhnya salah dia, setidaknya dia nunjukin sisi lain dari diri kalian, ya yang menilai seseorang hanya karena harta duniawi.
Richard: Makanya lo cewek-cewek, jangan pilih-pilih teman hanya karena harta dan rupa deh. Mending kaya kita nih siapapun ya jadi teman.
Andrew: Kamu juga sih Ka, masa orang tua susah-susah cari uang, banting tulang buat lo, eh lo malah buang-buang duit seenaknya hanya karena gengsi.
Nika: Aku lakukan ini semua biar aku punya temen.
Joseph: Bukan begitu caranya, itu salah besar, karena akhirnya kamu malah mengecewakan banyak orang, termasuk orang tua kamu sendiri.
Pendeta: Ya sudah, kalau begitu sekarang kalian saling bermaafan ya. Kita jadikan ini semua pelajaran untuk kedepan.
Narasi: Mereka semua saling bermaafan, dan kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka tentang pentingnya persahabatan yang didasari ketulusan dan kejujuran, serta menilai seseorang dari hati dan bukan dari harta atau penampilan.
Pendeta: Sudah kumpul semua anak mudanya? Hari ini bapa mau pilih salah satu dari kalian untuk menjadi Ketua Panitia Natal Pemuda.
Andika: Sudah pak.
Pendeta: Kalau begitu mari duduk biar kita rundingkan.
Narasi: Pendeta memilih Joseph sebagai ketua panitia dan teman-temannya menerima keputusan tersebut. Mereka merenungkan pentingnya saling mengasihi dan menghargai di dalam persahabatan dan pelayanan gereja.
Joseph, Ela, Tiara: (Nyanyi Bapa Selidiki Hatiku)
Semua: (Bergandengan tangan) Terima kasih, Tuhan, untuk persahabatan dan pengajaranMu. Kami bersyukur untuk setiap cobaan dan pelajaran yang Engkau berikan.
Narasi: Moral dari kedua naskah drama ini adalah bahwa persahabatan yang sejati bersifat universal dan tidak memandang harta atau penampilan. Kejujuran dan ketulusan dalam bersahabat sangat penting, dan Tuhan Yesus adalah contoh sahabat sejati yang selalu menyertai kita dalam setiap perjalanan hidup. Selamat Natal, dan semoga cinta dan damai Natal senantiasa menyertai kita semua.
Advertisement
Drama Natal Kelahiran Yesus
Narasi: Beratus-ratus tahun lamanya sebelum Kristus, nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu
Nabi: Hai Betlehem di tanah Yudea, engkaulah yang terkecil diantara kota-kota, tetapi dari padamu akan tampil seorang penguasa bangsa-bangsa yang akan menggembalakan umat-Ku Israel. Katakanlah kepada Putri Sion, "Lihatlah! Penyelamatmu datang membawa damai."
Narasi: Dalam bulan keenam, Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang lelaki bernama Yusuf dari keluarga Daud. Seorang lelaki yang bahkan lebih pantas menjadi ayahnya. Nama perawan itu Maria. Masuklah malaikat Gabriel ke rumah Maria ia berkata:
Malaikat: Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.
Maria: Hah? Apakah maksud dari salam itu?
Malaikat: Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi.
Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya, tahta Daud, bapa leluhurnya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.
Maria: Bagaimana hal itu, mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?
Malaikat: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu disebut Kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabeth, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Maria: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.
Narasi: Demikianlah Maria sesuai yang diberitakan akan mengandung seorang anak yang bernama Yesus. Lalu ia menceritakan hal ini kepada kedua orang tuanya, dan kepada tunangannya Yusuf. Mendengar hal tersebut Yusuf tentu sangat terkejut, dan berbicara pada dirinya sendiri.
Yusuf: Bagaimana ini? Maria calon istriku bahkan sudah mengandung dari Roh Kudus, namun aku tidak ingin mencemarkan namanya di muka umum. Apakah kuceraikan saja dia secara diam-diam?
Narasi: Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkat.
Malaikat: Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut, mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang didalam kandungannya, adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatnya dari dosa mereka.
Narasi: Beberapa waktu kemudian, berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Disitu ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabeth.
Maria: Salam, hai Elisabeth
Narasi: Dan ketika Elisabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang didalam rahimnya dan Elisabeth penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring.
Elisabeth: Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salam Mu sampai kepada telingaku, anak yang di rahimku melonjak kegirangan. Dan, berbahagialah ia, yang telah percaya sebab apa yang dikatakan kepada-Nya dari Tuhan akan terlaksana.
Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan. Dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambanya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan, akan menyebut aku berbahagia, karena yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku, dan namanya adalah Kudus.
Dan rahmatnya turun-temurun atas orang yang takut akan dia Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya, Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari tahtanya, dan meninggikan orang-orang yang rendah.
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa Ia menolong Israel, hamba-Nya,karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.
Narasi: Dan Maria tinggal kira-kira 3 bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang ke rumahnya.
Narasi: Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
Kaisar: Pengumuman..... pengumuman... semua orang supaya pergi ke negerinya masing-masing untuk mendaftarkan diri.
Narasi: Maka pergilah, semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem - karena ia berasal dari keluarga keturunan Daud- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka tiba di kota Daud, mereka mencari penginapan karena Maria akan melahirkan. Tetapi semua menolak mereka, karena Yusuf tidak memiliki uang atau harta untuk membayar penginapan.
Yusuf: Tuan... Berilah kami penginapan karena istriku akan melahirkan.
Tuan I: Bagus... apa ada uangmu? Atau hartamu untuk membayarnya?
Yusuf: Tidak tuan, tapi tolong karena.
Tuan I: Hahaha sialan pergilah orang sepertimu tidak layak ke rumahku.
Narasi: Lalu Yusuf dan Maria mencoba ke rumah ke dua.
Yusuf: Tuan berilah kami penginapan karena istriku akan melahirkan.
Tuan II: Huh jangan dekat pakaianmu jorok. Semua tamu di rumahku adalah tamu terhormat, tahu?
Narasi: Demikianlah, mereka selalu ditolak, akhirnya mereka lelah dan beristirahat.
Maria: Yusuf aku tidak tahan lagi Bayi kita akan segera lahir.
Yusuf: Maria, sabarlah. Istirahatlah sejenak.
Narasi: Ketika mereka sedang beristirahat, lewatlah dua orang anak kecil yaitu anak dari seorang gembala yang memiliki kandang ternak.
Si Anak: Tuan mengapa tuan ada di sini? Ini sudah tengah malam.
Yusuf: Kami tidak mendapatkan penginapan sementara istriku akan melahirkan.
Si Anak: Kami pun tidak memiliki tempat, tapi ayah memiliki kandang ternak. Ah tidak mungkin tuan ke sana. Di sana sangat kotor dan jorok
Yusuf: Tidak apa-apa yang penting kami mendapatkan tempat untuk beristirahat/
Si Anak: Ayolah biar saya antarkan ke sana.
Narasi: Ketika mereka tiba di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki anaknya yang sulung. Lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya dalam palungan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Narasi: Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka:
Malaikat: Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di Kota Daud. Dan inilah tandanya: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.
Narasi: Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah bala tentara sorga yang memuji Allah katanya:
Bala Tentara Sorga: GLORIA IN EXCELSIS DEO
Narasi: Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke Sorga, gembala itu berkata seorang kepada yang lain:
Gembala 1: Suara apa itu? Kita pergi ke kota Daud? Ke kandang?
Gembala 2: Seorang bayi? Penyelamat terjanji?
Gembala 3: Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.
Narasi: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya:
Orang Majus: Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Kami telah melihat bintangnya di Timur. Dan kami datang untuk menyembah Dia.
Herodes: Apa? Benarkah hal itu? Pengawal cepat kumpulkan seluruh ahli-ahli Taurat dari seluruh negeri.
Pengawal: Baik raja.
(2 ahli taurat masuk)
Herodes: Dimanakah Mesias itu lahir?
Ahli-ahli Taurat: Di Betlehem, di Tanah Yudea, Karena demikian ada tertulis dalam kitab nabi. Dan engkau Betlehem, tanah Yudea, engkau sekali-sekali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.
Herodes: Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia.
Narasi: Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka
Majus 1: Menunjuk pada bintang. Lihat, ada bintang. Lihatlah betapa terangnya bintang itu!
Majus 2: Melihat bintang itu. Ini adalah tanda. Tanda yang indah. Raja orang Yahudi telah lahir!
Majus 3: Mari kita pergi dan menyembah Dia. Hadiah, kita perlu hadiah!
Narasi: Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring dalam palungan. Ketika para gembala, dan orang-orang majus melihat bayi itu, mereka menyembah dan memberikan persembahan mereka, sambil berkata:
Majus 1: Aku tahu apa yang bisa aku berikan untuknya. Aku akan memberi-Nya emas, karena Dia Raja!
Majus 2: Hadiahku istimewa. Aku akan memberikanmu.
Majus 3: Hadiahku adalah kemenyan. Ayo kita letakkan di kotak istimewa, karena Dia adalah Raja.
Â
Drama Natal Tuhan Tak Pernah Meninggalkanku
Narasi: Kembang, anak periang yang tinggal bersama neneknya setelah orang tuanya bercerai, menunjukkan keceriaannya melalui bakat menyanyinya. Meskipun mengalami cobaan, ia tetap rajin ke gereja.
Suatu hari, Kembang bertemu dengan sahabat terbaiknya, Evelyn, di sekolah.
Kembang: Hai Evelyn, gimana pelajaranmu hari ini?
Evelyn: Hai Kembang, pelajaranku hari ini penuh dengan masalah, dari ulangan mendadak, dihukum guru karena tidak kerja pr, dan lain-lain.
Kembang: Makanya kerja pr itu di rumah bukan di sekolah.
Evelyn: Oke santai aja, udah ya Kem aku pulang dulu soalnya ada kerja nih.
Kembang: Oke, emang kamu kerja apa Lyn?
Evelyn: Aku kerja di rumah makan tetanggaku. Oh iya Kem, kamu mau ikut kerja nggak, soalnya kemarin ada pelayan yg baru keluar.
Kembang: Wah boleh tuh Lyn, aku mau.
Evelyn: Oke ayo ikut bareng aku.
Narasi: Setelah Kembang diterima bekerja di rumah makan, tanpa disadari, pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir dengan Evelyn.
Evelyn: Gimana kem, kamu senang nggak? Mulai besok kita bisa kerja bareng.
Kembang: Iya nih aku senang banget, thanks bangett ya Lyn (sambil memeluk sahabatnya).
Evelyn: Oke kalau gitu aku pulang duluan ya.
Kembang: Oke bye Lyn.
Narasi: Evelyn menyebrangi jalan besar dengan lamunannya, terlambat menyadari truk besar yang berusaha mengerem. Truk itu menabraknya, meninggalkannya meninggal di tempat. Kembang, mengetahui kejadian itu, bergegas ke rumah sakit.
Kembang: Pak dokter! Dimana Evelyn berada (dengan suara yang sedikit berat karena menahan tangis).
Pak dokter: Maaf, apa kamu temannya? Nyawa Evelyn sudah tidak tertolong lagi, dia mengalami patah tulang di beberapa tempat serta pendarahan yang berat.
Narasi: Kembang, setelah mendengar kabar tersebut, meratapi kepergian sahabatnya. Beberapa hari kemudian, ia mulai menyendiri dan bahkan melupakan ibadahnya. Persahabatannya pun terganggu.
Di sekolah, teman-temannya mencoba menghibur Kembang.
Tari: Kem, kamu jangan kayak gini terus lah, hidup kan wajar ada pertemuan ada perpisahan.
Meisya: Betul tuh Kem, kalau kamu kayak gini terus entar ranking kamu aku ambil, kamu mau?
Kembang:.........................
Narasi: Kembang terdiam tanpa menjawab, dan keesokan harinya ia kembali bolos dari sekolah. Ia mendatangi gereja, tempat yang selalu mengingatkannya pada masa lalunya.
Di rumahnya, Kembang berdoa kepada Tuhan.
Kembang: Ya Tuhan, mengapa Engkau memberikan cobaan yang sangat berat padaku? Bukan hanya orang tuaku, bahkan sahabatku juga Engkau ambil. Untuk apa aku hidup sekarang ini? Kenapa kenapa bukan diriku yang Engkau ambil, kenapa harus orang tuaku, kenapa harus sahabatku? Ya Tuhan, aku mohon berikanlah aku jalan keluar dalam hidupku ini, aku tidak sanggup lagi Tuhan (sambil menangis). Ya Tuhan, aku yakin Engkau selalu punya rencana indah dalam hidupku. Engkau tak pernah meninggalkan aku. Bantu aku ya Bapa, inilah doaku, aku percaya akan kuasa Mu, Amin.
Narasi: Keesokan harinya, Kembang memutuskan untuk tidak masuk sekolah lagi. Dia menyusuri kota dan berhenti di gereja. Di sana, ia menyanyikan lagu-lagu rohani. Suaranya didengar oleh seorang produser musik yang sedang menunggu mobilnya yang bocor.
Pak Produser: Hai nak, suaramu bagus sekali.
Kembang: (Sambil terkejut) Hmmmm terima kasih pak.
Pak Produser: Nama kamu siapa? Dimana kamu tinggal? Umurmu berapa?
Kembang: Nama saya Kembang pak. Saya tinggal di Jalan Suka Indah Nomor 1. Umur saya 17 tahun pak.
Pak produser: Kamu mau coba bergabung dengan band musik Rohani di perusahaan saya?
Kembang: Hmmm emang bener tuh pak, bapak serius?
Pak produser: Ya betul dong dong, masa bapak bohong.
Narasi: Kembang menerima tawaran tersebut dan menjadi vokalis di band musik Rohani yang cukup terkenal. Ia memulai kehidupan baru yang sukses dan dapat membiayai sekolah serta kebutuhannya dan neneknya. Suatu hari, ia mengunjungi produser yang mengajaknya bergabung.
Kembang: Terima kasih pak. Berkat bapak, saya dapat memulai kehidupan baru. Saya juga telah aktif lagi dalam pelayanan di gereja. Terima kasih banyak pak.
Pak produser: Jangan berterima kasih padaku Kem, berterima kasihlah pada Tuhan. Karena Tuhan telah menunjuk saya untuk mengangkatmu bekerja di perusahaan saya.
Kembang: Iya pak. Saya pulang dulu pak, saya ingin berterima kasih kepada Tuhan Yesus yang selalu ada untuk saya dan tak pernah meninggalkan saya.
Pak produser: Oke baik vin, hati-hati ya.
Narasi: Saat sampai di rumah, Kembang menuju kamarnya dan berdoa lagi.
Kembang: Tuhan, aku sadar Engkau tak pernah meninggalkan aku. Engkau selalu menggandeng tangan ku saat melalui cobaan di hidupku. Engkau selalu mempunyai rencana yang indah di hidupku, kasihMu sungguh indah Tuhan. Terima kasih Tuhan, aku cinta padaMu selalu, Amin.
Advertisement