Mengenal Generasi Setelah Gen Z, Lahir Sebagai Warga Asli Dunia Digital

Jika Gen Z diidentikan dengan generasi yang sangat bergantung pada teknologi, Generasi Alpha yang lahir setelah Gen Z adalah individu yang lahir sebagai warga digital.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 23 Jan 2024, 15:09 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 14:35 WIB
Generasi Alpha
Foto: Geniora

Liputan6.com, Jakarta Generasi Alpha yang lahir setelah Gen Z, menandai era baru dalam perkembangan manusia. Generasi Alpha lahir dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi digital yang canggih. Kelompok ini lahir sekitar 2010 atau 2013 hingga pertengahan 2025, sehingga mereka benar-benar tumbuh dalam era teknologi yang terus berubah dan inovatif.

Jika Gen Z diidentikan dengan generasi yang sangat bergantung pada teknologi, Generasi Alpha yang lahir setelah Gen Z adalah individu yang lahir sebagai warga digital. Keterampilan teknologi dan keakraban dengan platform digital menjadi bagian alami dari kehidupan sehari-hari mereka, bahkan sejak usia dini.

Dengan informasi dan pengetahuan yang dapat diakses dengan mudah, Generasi Alpha cenderung menjadi penerima yang cepat terhadap perkembangan teknologi. Berikut ulasan lebih lanjut tentang generasi yang lahir setelah Gen Z yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (23/1/2024).

Generasi Alpha Sebagai Warga Asli Dunia Digital

Ilustrasi generasi alpha
Ilustrasi generasi alpha. Photo by Ben Wicks on Unsplash

Dilansir dari laman iberdrola.com, generasi yang lahir setelah Gen Z adalah individu yang akan menjadi pemimpin dunia yang sepenuhnya digital. Lahir pada tahun 2010, mereka menggantikan Generasi Z dan tumbuh dalam lingkungan digital di mana segala pengetahuan hanya sejauh ‘klik’. Hal ini tidak hanya memengaruhi pengalaman hidup mereka, tetapi juga menentukan cara mereka berinteraksi dengan sesama. 

Generasi Alpha disebut sebagai kaum native digital yang menghabiskan berjam-jam di depan layar. Kemajuan teknologi pada abad ke-21 ini mengubah planet dan penduduknya secara sosial dan ekonomi. Generasi Alpha adalah ekspresi puncak dari perubahan ini, mereka hidup melalui layar.

Kelahiran Generasi Alpha bersamaan dengan peluncuran iPad pertama oleh Apple. Istilah "Alpha" diciptakan oleh Mark McCrindle, pendiri firma konsultasi Australia, McCrindle Research. Istilah "Alpha" dipilih untuk menandakan awal yang baru, karena mereka adalah generasi pertama yang lahir sepenuhnya di abad ke-21. Ini menciptakan perbedaan antar-generasi berdasarkan cara mereka berinteraksi dengan dunia.

Memahami kapan satu generasi berakhir dan yang lain dimulai dapat membantu kita melihat bagaimana perubahan global dan teknologi mempengaruhi pandangan dunia suatu generasi a. Generasi Alpha tidak hanya diidentifikasi oleh peristiwa sejarah atau sosial, tetapi lebih oleh bagaimana mereka menggunakan teknologi. Mereka akan mengalami dunia dengan cara yang berbeda berkat teknologi baru yang membentuk kehidupan mereka.

Generasi Alpha adalah contoh nyata bagaimana teknologi digital akan menjadi bagian dari masa depan. Mereka adalah kelompok orang pertama yang tumbuh dan berkembang di era yang sepenuhnya digital.

Hubungan Generasi Alpha dan Generasi Sebelumnya

Bangun hubungan emosional
Ilustrasi Hubungan Generasi Alpha dan Generasi Sebelumnya (foto: Pexels/Arina Krasnikova)

Dilansir dari laman britannica.com, Generasi Alpha sering dihubungkan dengan generasi milenial atau Generasi Y karena orang tua sebagian besar anggotanya adalah milenial, dan mereka kadang-kadang disebut "mini milenial." Setelah Generasi X, Y, dan Z, Generasi Alpha menjadi generasi pertama yang dinamai dengan huruf Yunani daripada huruf Latin.

Menggambarkan Generasi Alpha dari segi jumlah dan karakteristik demografis cukup sulit karena mereka masih terus dilahirkan. Namun, diperkirakan mereka akan menjadi kelompok yang sangat besar di populasi. Generasi Alpha merupakan kelanjutan dari tren pertumbuhan populasi yang cepat pada tahun-tahun baby boom, yang juga melibatkan generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 dan 1996.

Generasi Alpha adalah anak-anak dari generasi milenial yang cenderung aktif menggunakan media sosial. Hal ini berarti banyak anggota Generasi Alpha akrab dengan dunia maya sejak kecil. Orang tua mereka sering berbagi momen kehidupan mereka secara digital. Mereka menjadi generasi pertama yang mengalami kelas online, menggunakan tablet, dan menikmati layanan streaming sejak usia dini.

Diperkirakan lebih dari 2,8 juta anggota Generasi Alpha lahir setiap minggu secara global, dan pada tahun 2025, jumlah mereka diperkirakan akan mencapai lebih dari 2 miliar orang. Karena masih anak-anak, mereka sangat dipengaruhi oleh orang tua mereka, terutama milenial. Mereka juga akan tumbuh di tengah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI), seperti asisten suara dan alat pemrosesan bahasa alami.

Hubungan Generasi Alpha dengan generasi-generasi sebelumnya menciptakan pola unik dalam perkembangan dan pengalaman hidup, membentuk generasi yang tumbuh dalam era digital dengan karakteristik dan kemungkinan yang berbeda.

Kontribusi Generasi Alpha Terhadap Dunia

Contoh ilustrasi memperkenalkan barang elektronik
Kontribusi Generasi Alpha Terhadap Dunia elektronik lainnya. (Foto: Unsplash.com/Alexander Dummer)

Dilansir dari laman parents.com, Generasi Alpha diprediksi akan memiliki dampak besar pada dunia. Meskipun mereka belum sepenuhnya dapat berkontribusi secara aktif pada perubahan dunia, peneliti sudah memperhatikan faktor-faktor apa yang mungkin membentuk kepribadian mereka hingga dapat memengaruhi jalannya kehidupan di seluruh dunia. 

1. Keanekaragaman dan Keterbukaan

Generasi Alpha tumbuh dalam masyarakat yang lebih beragam. Hal ini membuat mereka cenderung lebih terbuka terhadap perbedaan dan menjadi bagian dari masyarakat yang ramah dan menerima.

2. Kenyamanan dengan Teknologi

Mereka sangat nyaman dengan teknologi, sering menggunakan perangkat seperti iPad dan iPhone. Mereka juga mungkin memiliki kecakapan khusus dalam belajar melalui gambar. Meski begitu, penggunaan layar yang berlebihan masih menjadi perhatian terkait dampaknya pada perkembangan otak anak-anak.

3. Pengaruh Media Sosial

Generasi Alpha akan sangat terpengaruh oleh media sosial. Setiap informasi yang diposting tentang mereka akan menjadi bagian dari "portofolio online" mereka. Orang tua perlu memperhatikan apa yang mereka bagikan untuk menghindari dampak negatif di masa depan.

4. Kesehatan Mental

Waktu online yang banyak juga dapat menjadi tantangan bagi orang tua. Tekanan sosial dan kritik terhadap cara mendidik anak dapat memengaruhi kesehatan mental orang tua. Namun, hal ini juga dapat mengajarkan Generasi Alpha bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

5. Pendekatan terhadap Pendidikan Anak

Generasi Alpha mungkin menghadapi pertimbangan yang berbeda terkait pendidikan anak. Mereka akan menghadapi masalah perubahan iklim saat dewasa, yang mungkin memengaruhi keputusan mereka untuk memiliki anak atau tidak.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya