Mengenal Mythomania, Gangguan Kepribadian di mana Orang Suka Berbohong

Ada juga orang yang gemar berbohong bukan karena alasan yang bisa dimengerti, melainkan karena mereka memiliki gangguan kepribadian yang dikenal sebagai mythomania.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 21 Feb 2024, 11:35 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 11:35 WIB
Ilustrasi kata-kata bijak, pembohong
Ilustrasi kata-kata bijak, pembohong. (Photo by Taras Chernus on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Sebagian besar orang pasti pernah berbohong, entah itu dengan alasan untuk melindungi diri sendiri, menjaga perasaan orang lain, atau alasan lainnya. Namun, ada juga orang yang gemar berbohong bukan karena alasan yang bisa dimengerti, melainkan karena mereka memiliki gangguan kepribadian yang dikenal sebagai mythomania.

Orang dengan gangguan ini cenderung suka berbohong tanpa alasan yang jelas, dan seringkali sulit untuk membedakan antara kenyataan dan kebohongan. Mereka biasanya menciptakan cerita-cerita yang tak masuk akal atau menyajikan fakta-fakta palsu dengan begitu meyakinkannya.

Mengenal lebih jauh tentang mythomania penting, karena kondisi ini dapat berdampak besar pada kehidupan sosial dan pribadi seseorang. Orang dengan gangguan ini seringkali sulit diterima oleh lingkungan sekitarnya, dan memiliki kesulitan dalam mempertahankan hubungan baik dengan orang lain.

Selain itu, kecenderungan untuk berbohong terus-menerus juga dapat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam masalah-masalah hukum atau keuangan. Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih dalam tentang mythomania agar kita dapat memberikan dukungan dan pemahaman kepada orang-orang yang terkena gangguan kepribadian ini.

Untuk memahami lebih dalam mengenai mythomania, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (21/2/2024).

Kenali Tanda-Tanda Mythomania

Mythomania adalah gangguan kepribadian dimana seseorang cenderung untuk berbohong secara terus-menerus tanpa alasan yang jelas. Gejala dari mitomani dapat termasuk kesulitan membedakan antara fakta dan fiksi, kecenderungan untuk membuat cerita yang tidak konsisten, atau keengganan untuk mengakui kebenaran. Orang dengan mitomani mungkin merasa perlu untuk terus-menerus berbohong demi mempertahankan citra diri yang mereka ciptakan.

Beberapa tanda-tanda mitomani meliputi adanya kontradiksi dalam cerita yang mereka sampaikan, ketidakmampuan untuk memberikan bukti yang mendukung klaimnya, dan keengganan untuk mengakui kesalahan atau kebohongan yang mereka ucapkan. Mereka juga cenderung untuk mengalami kesulitan dalam mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat karena kurangnya kepercayaan dari orang-orang di sekitar mereka.

Penting untuk diingat bahwa mitomani bukanlah hal yang bisa ditangani secara ringan. Orang yang mengalami gangguan ini membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi masalahnya dan memulihkan kesehatan mentalnya. Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami tanda-tanda mitomani, penting untuk segera mencari bantuan medis.

Apa yang Menyebabkan Mythomania?

Ilustrasi kebohongan, bohong
Ilustrasi kebohongan, bohong. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Gangguan kepribadian mitomania atau mitomania adalah gangguan mental yang ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk secara terus-menerus berbohong atau mengarang cerita tanpa alasan yang jelas. Orang yang mengalami mitomania cenderung sulit membedakan antara kenyataan dan khayalan, sering kali merasa perlu untuk terus menerus berbohong, dan sulit untuk mengakui kebenaran. Mitomania bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk trauma masa kecil, gangguan kepribadian lainnya, atau bahkan faktor genetik. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang apa yang menyebabkan mitomania dan bagaimana gangguan ini dapat memengaruhi kehidupan seseorang.

1. Gangguan Buatan

Gangguan buatan, atau yang lebih dikenal dengan istilah mythomania, merupakan gangguan kepribadian dimana seseorang cenderung untuk berbohong secara terus menerus tanpa rasa bersalah. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya, serta dapat berdampak pada hubungan personal, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Dampak dari gangguan buatan ini sangat luas, mulai dari hilangnya kepercayaan orang di sekitarnya, konflik interpersonal, hingga kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan secara tepat.

Langkah pencegahan gangguan buatan dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kejujuran dan membiasakan diri untuk berbicara yang sebenarnya. Sementara untuk penanganan, terapi perilaku kognitif dan psikoterapi dapat membantu individu untuk mengatasi kecenderungan berbohong. Selain itu, penggunaan teknologi seperti aplikasi kesehatan mental juga dapat menjadi solusi untuk membantu individu yang mengalami gangguan buatan.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi gangguan buatan, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap orang-orang disekitarnya yang mungkin mengalami gangguan ini, serta memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan.

2. Gangguan kepribadian

Gangguan kepribadian mythomania adalah kondisi di mana seseorang cenderung untuk berbohong secara terus menerus dan tidak mampu membedakan antara kenyataan dan khayalan. Gejala utama dari gangguan kepribadian ini meliputi kecenderungan untuk berbohong secara terus menerus, menciptakan cerita-cerita yang tidak benar, dan sulit untuk menerima kenyataan.

Penyebab pasti dari mythomania masih belum diketahui secara pasti, namun faktor genetik dan lingkungan dapat memainkan peran penting dalam perkembangan gangguan ini. Beberapa faktor risiko yang terkait dengan gangguan kepribadian mythomania meliputi pengalaman trauma masa kecil, kecenderungan genetik, dan lingkungan yang menyebabkan tekanan atau stres yang berkepanjangan.

Perbedaan utama antara gangguan kepribadian dan gangguan buatan adalah bahwa pada gangguan kepribadian, seseorang cenderung untuk berbohong secara konsisten dan tidak mampu untuk membedakan antara kenyataan dan khayalan, sedangkan pada gangguan buatan, seseorang berbohong untuk tujuan tertentu dan biasanya dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan kepribadian mythomania, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap individu yang mengalami gangguan ini dan memberikan dukungan yang diperlukan.

3. Demensia Frontotemporal

Demensia frontotemporal (DFT) adalah gangguan kognitif progresif yang memengaruhi bagian otak yang bertanggung jawab atas perilaku, emosi, dan bahasa. Gejala utama DFT termasuk perubahan perilaku sosial, kurangnya empati, perubahan selera makan, perilaku kompulsif, dan agitasi.

Pola perilaku yang terkait dengan DFT dapat meliputi keengganan untuk berinteraksi sosial, penurunan empati atau perhatian terhadap perasaan orang lain, serta kecenderungan untuk menjadi egosentris atau kurang peduli terhadap norma sosial. Selain itu, penderita DFT sering mengalami perubahan selera makan, dengan kemungkinan makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan.

Perilaku kompulsif juga sering terjadi pada penderita DFT, di mana mereka mungkin mencoba melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang atau mengembangkan kebiasaan aneh. Agitasi juga sering diamati, di mana penderita DFT cenderung gelisah, gelagapan, atau mudah marah.

Dalam kasus DFT, penting untuk memahami pola perilaku yang terkait dengan kondisi ini agar dapat memberikan perawatan yang sesuai dan memahami perubahan yang terjadi pada penderita.

 

Diagnosis Mythomania

Alat Pendeteksi Kebohongan, Ternyata Hidung Malah Menyusut Ketika Sedang Berbohong
Ilustrasi pinocchio. (Sumber foto: Schwerhoefer/Pixabay)

Mythomania atau gangguan kepribadian mitomani adalah kondisi di mana seseorang cenderung untuk berbohong secara kronis tanpa rasa bersalah. Proses diagnosis mitomani melibatkan evaluasi mendalam oleh psikolog atau psikiater. Mereka akan melakukan wawancara dan observasi terhadap perilaku pembohong yang persisten dan tidak terkendali.

Setelah diagnosis mitomani dilakukan, langkah-langkah pengobatan yang tersedia biasanya mencakup konseling psikologis dan terapi perilaku kognitif. Konseling psikologis dapat membantu penderita mitomani untuk mengidentifikasi faktor pemicu pembohongan dan mengembangkan strategi untuk mengatasi kebiasaan berbohong tersebut. Terapi perilaku kognitif juga bermanfaat dalam merubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat terkait dengan mitomani.

Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan dapat diresepkan untuk mengontrol gejala mitomani. Namun, penggunaan obat-obatan harus diawasi secara ketat oleh dokter dan tidak boleh menjadi satu-satunya metode pengobatan. Penting untuk mencari bantuan profesional dalam mengatasi gangguan kepribadian mitomani demi memperoleh hasil pengobatan yang optimal.

Bagaimana Cara Menangani Mythomania

Ilustrasi bohong, kebohongan
Ilustrasi bohong, kebohongan. (Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay)

Mythomania adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk berbohong secara kronis dan tanpa alasan yang jelas. Orang dengan gangguan ini sering kali sulit membedakan antara kenyataan dan khayalan, sehingga seringkali menciptakan cerita-cerita yang tidak benar atau mengada-ada. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam hubungan pribadi, pekerjaan, dan kehidupan sosial seseorang. Bagaimana cara menangani mythomania? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi gangguan kepribadian ini.

1. Pemberian obat-obatan

Pada penderita gangguan kepribadian mythomania, pemberian obat-obatan dapat menjadi salah satu tindakan penting dalam mengatasi gejala yang dirasakan. Beberapa jenis obat yang direkomendasikan untuk pengidap mythomania adalah antidepresan dan antikecemasan. Antidepresan digunakan untuk meredakan gejala depresi yang seringkali menyertai gangguan kepribadian, sementara antikecemasan bertujuan untuk mengurangi rasa kecemasan yang mungkin juga dialami oleh penderitanya.

Dalam pemilihan obat untuk mengatasi gangguan kepribadian, kriteria penting yang perlu diperhatikan mencakup kecocokan dengan kondisi kesehatan fisik dan mental penderita, efektivitas obat dalam meredakan gejala, serta potensi efek samping yang mungkin ditimbulkan. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan sejarah medis penderita, termasuk riwayat alergi atau sensitivitas terhadap jenis obat tertentu. Dengan memperhatikan kriteria-kriteria ini, diharapkan pemberian obat-obatan dalam pengobatan gangguan kepribadian mythomania dapat memberikan manfaat yang optimal bagi penderitanya.

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah metode terapi yang dapat membantu pengidap gangguan jiwa, termasuk mythomania, untuk mengelola dan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang kondisi mental mereka. Proses psikoterapi melibatkan sesi-sesi terapeutik antara pasien dan psikoterapis yang dilakukan secara teratur. Selama sesi, pasien dapat belajar tentang pemahaman diri, mengenali pola-pola pikiran dan perilaku yang berkontribusi terhadap gangguan jiwa mereka, serta belajar keterampilan-keterampilan baru untuk mengelola stres dan emosi.

Keuntungan dari psikoterapi adalah pengidap gangguan jiwa dapat merasa didengar, dipahami, dan didukung oleh psikoterapis. Psikoterapi juga dapat membantu pasien untuk meningkatkan hubungan sosial, memperbaiki kualitas hidup, dan merasa lebih mampu untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Selain itu, pasien juga dapat memperoleh keterampilan-keterampilan baru, seperti cara mengelola stres, mengatur emosi, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.

Dalam rangka mengelola stres, psikoterapis juga akan membantu pasien untuk mengidentifikasi sumber-sumber stres, mengeksplorasi strategi pemecahan masalah, dan mengembangkan pola pikir yang lebih positif. Dengan demikian, psikoterapi dapat sangat bermanfaat bagi pengidap gangguan jiwa untuk memperbaiki kondisi mental dan kesejahteraan mereka.

3. Perawatan stimulasi otak

Perawatan stimulasi otak adalah salah satu metode terapi yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, termasuk gangguan kepribadian mythomania. Terapi electroconvulsive (ECT) adalah prosedur di mana arus listrik disuntikkan ke dalam otak untuk menyebabkan kejang dan merangsang aktivitas otak. Ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak merespons terhadap pengobatan lain.

Stimulasi magnetik transkranial (TMS) adalah prosedur non-invasif di mana medan magnetik digunakan untuk merangsang otak. Ini digunakan untuk mengobati depresi dan bisa menjadi pilihan untuk pasien dengan mythomania. Stimulasi otak dalam (DBS) melibatkan pemasangan elektroda kecil ke dalam otak untuk mengatur aktivitas otak yang tidak normal. Sedangkan stimulasi saraf vagus (VNS) melibatkan pemasangan perangkat kecil di dada yang mengirimkan sinyal listrik ke saraf vagus untuk mengatur mood dan perilaku.

Perawatan stimulasi otak dilakukan ketika pasien tidak merespons terhadap pengobatan lain atau jika gejala gangguan mental sangat parah. Setiap perawatan bekerja dengan cara yang berbeda untuk merangsang otak dan mengatur aktivitas otak yang tidak normal. Dalam beberapa kasus, kombinasi dari perawatan ini dapat digunakan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam mengobati gangguan mental seperti mythomania.

4. Perawatan penyalahgunaan zat

Perawatan penyalahgunaan zat adalah langkah penting untuk mengatasi gangguan jiwa seperti mythomania. Langkah pertama dalam merawat penyalahgunaan zat adalah dengan melakukan diagnosa yang tepat terhadap pengguna. Gejala yang dialami oleh pengguna harus diperhatikan dengan seksama untuk memastikan bahwa perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.

Setelah diagnosa dilakukan, maka pengguna harus segera mendapatkan perawatan yang sesuai. Tidak boleh ada penundaan dalam memberikan perawatan, karena kondisi penyalahgunaan zat dan gangguan jiwa dapat semakin memburuk jika tidak ditangani dengan cepat.

Perawatan untuk penyalahgunaan zat dapat meliputi berbagai macam metode, seperti konseling, terapi perilaku, intervensi medis, dan dukungan keluarga. Langkah-langkah ini bertujuan untuk membantu pengguna dalam memulihkan kesehatan mental dan fisiknya.

Dengan memperhatikan gejala yang dialami, melakukan diagnosa yang tepat, dan memberikan perawatan yang sesuai, diharapkan pengguna dapat pulih dari kondisi penyalahgunaan zat dan gangguan jiwa seperti mythomania. Peran keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat penting dalam mendukung proses penyembuhan individu yang mengalami masalah penyalahgunaan zat ini.

 

Komplikasi Mythomania

Ilustrasi kebohongan
Ilustrasi kebohongan, bohong. (Sumber: Unsplash/Ashkan Forouzani)

Mitomania atau kecenderungan untuk sering berbohong dapat menyebabkan komplikasi serius bagi pengidapnya. Salah satunya adalah kehilangan teman dan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Kebiasaan berbohong yang terus-menerus dapat membuat orang-orang di sekitar meragukan setiap kata yang diucapkan oleh pengidap mitomania.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kebohongan patologis antara lain adalah adanya riwayat trauma psikologis, gangguan kejiwaan, dan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Pengidap mitomania juga rentan mengalami konsekuensi hukum dan sosial akibat kebohongan yang mereka buat.

Untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul, penanggulangan mitomania sangat diperlukan. Terapi psikologis dan konseling mental dapat membantu pengidap mitomania dalam menghadapi masalah kepribadian mereka. Selain itu, dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial yang positif juga dapat memainkan peran penting dalam proses penyembuhan. Dengan penanganan yang tepat, pengidap mitomania dapat mengurangi komplikasi yang mungkin timbul dan memulai proses pemulihan yang lebih baik. 

Pencegahan Mythomania

Mythomania adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kecenderungan untuk berbohong secara kronis dan tidak terkendali. Pencegahan dan manajemen mitomania dapat melibatkan pendekatan yang holistik. Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting dalam mendorong individu yang menderita mitomani untuk mencari bantuan profesional dan mengikuti terapi yang sesuai. Meningkatkan kesadaran diri juga penting, agar individu dapat lebih memahami akar penyebab dari keinginan untuk berbohong, serta dampak negatif yang ditimbulkannya.

Selain itu, pengembangan keterampilan komunikasi yang sehat juga dapat membantu individu tersebut dalam memperbaiki hubungan interpersonal dan membangun kepercayaan dengan orang lain. Terapi kognitif-behavioral juga bisa menjadi salah satu strategi manajemen yang efektif, dengan fokus pada mengubah pola pikir dan perilaku yang merugikan. Dengan adanya dukungan yang kuat dan upaya untuk meningkatkan kemampuan sehari-hari, individu yang menderita mitomani dapat mencapai perubahan positif dalam hidup mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya