Mengenal Hemofilia, Penyakit yang Membuat Darah Tidak Bisa Membeku

Hemofilia adalah kelainan genetik yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membekukan darah dengan baik.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 07 Mar 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 15:15 WIB
Kenali Bahaya di Balik Hemofilia (Photographee eu/Shutterstock)
Kenali Bahaya di Balik Hemofilia (Photographee eu/Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Hemofilia adalah kelainan genetik yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membekukan darah dengan baik. Biasanya, ketika terjadi luka atau pendarahan dalam tubuh, darah akan membentuk gumpalan untuk menghentikan aliran darah yang berlebihan. Namun, pada penderita hemofilia, proses pembekuan darah ini terganggu.

Pada umumnya, darah manusia mengandung faktor pembekuan yang penting, seperti faktor VIII atau faktor IX. Faktor ini berfungsi untuk membantu darah membentuk gumpalan yang diperlukan untuk mengatasi luka atau pendarahan. Namun, pada penderita hemofilia, faktor pembekuan ini tidak diproduksi dengan baik oleh tubuh mereka, atau bahkan tidak diproduksi sama sekali.

Efek dari kelainan ini dapat sangat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan hemofilia yang dialami oleh individu tersebut. Beberapa penderita mungkin hanya mengalami pendarahan ringan, sedangkan yang lain mengalami pendarahan serius bahkan tanpa cedera yang jelas. Pendarahan bisa terjadi di dalam tubuh, seperti pada sendi-sendi, otot, atau organ dalam, yang dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, atau bahkan kerusakan permanen.

Untuk memahami lebih dalam tentang apa itu penyakit hemofilia, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (7/3/2024).

Gejala Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit langka yang ditandai oleh kelainan pada pembekuan darah. Pada hemofilia, tubuh tidak dapat membentuk atau mengontrol faktor pembekuan secara normal. Hal ini menyebabkan penderita hemofilia rentan mengalami perdarahan yang berlebihan, terutama setelah cedera atau operasi.

Gejala pertama hemofilia adalah perdarahan spontan yang dapat terjadi di sendi, otot, atau organ dalam. Perdarahan ini dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan pembengkakan pada area yang terkena. Jika perdarahan terjadi di sendi, penderita hemofilia dapat mengalami kerusakan sendi yang dapat mengganggu gerakan normal.

Selain itu, penderita hemofilia juga mudah memar. Bahkan cedera yang ringan sekalipun dapat menyebabkan memar yang berat. Gusi penderita hemofilia juga rentan mengalami perdarahan yang sulit dihentikan. Pendarahan pada gusi ini dapat terjadi saat menyikat gigi, makan makanan keras, atau secara spontan.

Tidak hanya pria saja yang bisa menderita hemofilia, wanita pembawa gen hemofilia juga dapat mengalami gejala jika faktor pembekuan yang cukup rendah. Gejala ini dapat muncul saat menstruasi, saat melahirkan, atau saat mengalami cedera.

Dalam rangka mengelola gejala hemofilia dan mencegah komplikasi serius, penting bagi penderita hemofilia untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat dan rutin.

 

Penyebab Hemofilia

Hemofilia
Hemofilia

Hemofilia adalah penyakit kelainan pembekuan darah yang ditandai dengan kesulitan dalam proses pembekuan darah. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan atau ketidakhadiran faktor pembekuan darah tertentu, yakni faktor VIII (hemofilia A) atau faktor IX (hemofilia B).

Hemofilia A adalah jenis hemofilia yang disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan darah VIII. Faktor VIII merupakan protein yang berperan dalam proses pembekuan darah dengan mengaktifasi faktor-faktor pembekuan berikutnya. Kekurangan atau kelainan pada faktor VIII menyebabkan gangguan dalam pembentukan gumpalan darah yang kuat, sehingga menyebabkan pendarahan yang berkepanjangan atau berulang.

Sementara itu, hemofilia B adalah jenis hemofilia yang disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi faktor pembekuan darah IX. Faktor IX juga merupakan protein yang berperan dalam proses pembekuan darah dengan berinteraksi dengan faktor-faktor pembekuan lainnya. Kekurangan atau kelainan pada faktor IX juga dapat mengganggu pembentukan gumpalan darah yang normal, sehingga menyebabkan pendarahan yang tidak terkendali.

Para penderita hemofilia akan mengalami kecenderungan mengalami pendarahan yang berlebihan setelah mengalami cedera atau melakukan operasi. Kondisi ini dapat mengancam nyawa, terutama jika pendarahan terjadi di bagian dalam tubuh, seperti otak atau sendi-sendi. Oleh karena itu, pengenalan jenis hemofilia yang dialami sangat penting dalam menentukan penanganan dan pengobatan yang tepat.

 

Diagnosis Hemofilia

Tanda-tanda Anak yang Terkena Hemofilia (ANURAK PONGPATIME/Shutterstock)
Tanda-tanda Anak yang Terkena Hemofilia (ANURAK PONGPATIME/Shutterstock)

Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan yang ditandai dengan kegagalan darah untuk membeku dengan baik. Untuk mendiagnosis hemofilia, diperlukan beberapa langkah tertentu.

Diagnosis hemofilia melibatkan tes koagulasi darah, termasuk tes faktor pembekuan darah. Tes ini mengukur seberapa lama darah membutuhkan waktu untuk membeku dan menghentikan pendarahan. Tes faktor pembekuan darah digunakan untuk memeriksa apakah ada masalah pada faktor pembekuan darah tertentu yang dapat menyebabkan hemofilia. Ini termasuk tes terhadap faktor VIII untuk hemofilia A dan tes faktor IX untuk hemofilia B.

Selain tes darah, riwayat keluarga juga penting dalam mendiagnosis hemofilia. Jika ada anggota keluarga yang telah didiagnosis dengan hemofilia atau adanya riwayat hemofilia dalam keluarga, dapat memberikan indikasi bahwa seseorang mungkin juga memiliki hemofilia.

Gejala klinis juga berperan penting dalam mendiagnosis hemofilia. Pendarahan yang berkepanjangan setelah cedera atau operasi, memar yang mudah, perdarahan hidung yang sering, perdarahan pada sendi atau otot, dan menstruasi yang berkepanjangan pada perempuan bisa menjadi gejala hemofilia.

Diagnosis hemofilia memerlukan kerja sama antara dokter, tes laboratorium, serta pengamatan terhadap gejala dan riwayat keluarga. Dengan diagnosis yang tepat, seseorang dengan hemofilia dapat menerima perawatan yang sesuai dan mengelola kondisinya dengan baik.

Komplikasi Hemofilia

Benarkah Hemofilia Lebih Mudah Menyerang Pria? (Shidlovski/Shutterstock)
Benarkah Hemofilia Lebih Mudah Menyerang Pria? (Shidlovski/Shutterstock)

Hemofilia adalah sebuah gangguan pembekuan darah yang ditandai dengan kekurangan faktor pembekuan darah. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada individu yang mengalaminya. Salah satu komplikasi umum yang dapat terjadi pada penderita hemofilia adalah kerusakan sendi kronis.

Kerusakan sendi kronis terjadi karena perdarahan berulang di sendi-sendi tubuh. Ketika terjadi cedera atau peradangan pada sendi, penderita hemofilia berisiko mengalami pendarahan yang lebih lama dan berat daripada orang normal. Perdarahan ini akhirnya menyebabkan kerusakan pada tulang dan jaringan sendi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan nyeri, kaku, dan kehilangan fungsi sendi.

Selain itu, pembengkakan sendi juga merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penderita hemofilia. Perdarahan yang terjadi dalam sendi dapat menyebabkan adanya penumpukan darah di dalam ruang sendi, sehingga menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri yang parah.

Tidak hanya sendi, organ internal juga dapat terkena masalah akibat perdarahan pada penderita hemofilia. Perdarahan yang tidak terkontrol di dalam organ-organ seperti otak, usus, atau ginjal dapat menyebabkan kerusakan serius dan dapat mengancam jiwa.

Dalam rangka mengatasi komplikasi hemofilia, penting bagi penderita untuk memiliki penanganan medis yang tepat, seperti penggunaan faktor pembekuan darah yang khusus untuk mengendalikan perdarahan. Pengobatan yang baik dan manajemen yang tepat sangat penting agar penderita hemofilia dapat menjalani kehidupan yang normal dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

Penanganan Hemofilia

5 Tips Merawat Anak dengan Hemofilia
5 Tips Merawat Anak dengan Hemofilia

Hemofilia adalah gangguan genetik yang mempengaruhi pembekuan darah. Penanganan yang tepat sangat penting dalam mengelola kondisi ini. Salah satu metode penanganan utama adalah terapi penggantian faktor pembekuan darah melalui infus faktor VIII atau IX. Infus ini memberikan faktor pembekuan yang hilang atau kurang dalam tubuh penderita hemofilia, sehingga dapat memperbaiki kemampuan mereka untuk membeku darah.

Selain itu, pencegahan dan pengelolaan pendarahan juga diperlukan dalam penanganan hemofilia. Obat-obatan koagulasi atau infus faktor pembekuan darah dapat digunakan untuk mengurangi risiko pendarahan atau menghentikan pendarahan yang sedang berlangsung.

Penggunaan profilaksis juga penting dalam mencegah pendarahan lebih lanjut. Profilaksis ini melibatkan pemberian infus faktor pembekuan darah secara teratur pada penderita hemofilia, dengan tujuan mencegah pendarahan sebelum terjadi.

Fisioterapi juga merupakan bagian penting dari penanganan hemofilia. Fisioterapi bertujuan untuk mengelola kerusakan yang terjadi pada sendi dan otot akibat pendarahan berulang. Latihan dan terapi fisik dapat membantu menjaga kesehatan dan kekuatan sendi serta meningkatkan mobilitas.

Terakhir, penanganan medis segera setelah cedera atau pendarahan sangat penting dalam menghindari konsekuensi yang lebih serius. Mengetahui tanda-tanda pendarahan dan segera mendapatkan perawatan medis dapat membantu mengendalikan pendarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut pada penderita hemofilia.

Dalam kesimpulan, penanganan hemofilia melibatkan terapi penggantian faktor pembekuan darah, pencegahan dan pengelolaan pendarahan, penggunaan profilaksis, fisioterapi, dan penanganan medis segera. Penanganan yang tepat dapat membantu penderita hemofilia menjalani kehidupan yang sebanyak mungkin tanpa mengalami pendarahan yang berlebihan atau komplikasi serius.

 

Perkembangan Terbaru dalam Penelitian dan Pengobatan Hemofilia.

Kesadaran Hemofilia di Indonesia Masih Minim
Pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap hemofilia masih minim

Hemofilia merupakan penyakit keturunan langka yang ditandai dengan gangguan faktor pembekuan darah yang menyebabkan pendarahan yang berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan terbaru dalam penelitian dan pengobatan hemofilia telah membawa harapan baru bagi penderita.

Salah satu perkembangan terbaru yang menjanjikan adalah terapi gen untuk menggantikan faktor pembekuan yang hilang pada penderita hemofilia. Melalui terapi ini, gen yang mengode faktor pembekuan dapat dimasukkan ke dalam sel tubuh penderita untuk menghasilkan faktor pembekuan yang cukup.

Pengembangan obat-obatan baru juga menjadi fokus dalam penelitian hemofilia. Obat-obatan ini bertujuan untuk meningkatkan koagulasi dan menghentikan pendarahan lebih efektif. Riset dan uji klinis telah dilakukan dengan harapan menemukan obat-obatan yang lebih efektif dalam mengatasi pendarahan pada penderita hemofilia.

Selain itu, terapi sel punca juga menjadi bidang penelitian yang menjanjikan dalam pengobatan hemofilia. Terapi ini melibatkan penggunaan sel punca yang dapat berkembang menjadi sel darah dan menggantikan sel darah yang hilang pada penderita hemofilia.

Perkembangan terbaru dalam penelitian dan pengobatan hemofilia memberikan harapan baru bagi penderita. Terapi gen, pengembangan obat-obatan baru, dan terapi sel punca menjadi inovasi yang menjanjikan dalam meningkatkan kualitas hidup para penderita hemofilia. Diharapkan penelitian ini terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih besar bagi mereka yang mengidap penyakit ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya