Liputan6.com, Jakarta Apa itu ekstremisme? Pertanyaan ini sering menggema dalam diskusi tentang tantangan-tantangan sosial dan politik yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Ekstremisme merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sering kali memunculkan kontroversi dalam pemahamannya. Secara harfiah, ekstremisme mengacu pada kualitas atau keadaan yang menjadi sangat ekstrem dalam advokasi atau pandangan tertentu. Namun, definisi ekstremisme tidak hanya terbatas pada dimensi politik atau agama, tetapi juga dapat melibatkan aspek sosial dan budaya yang beragam.
Baca Juga
Advertisement
Dalam konteks politik, ekstremisme sering dikaitkan dengan kelompok-kelompok atau individu yang memperjuangkan agenda atau tujuan politik dengan cara yang dianggap ekstrem atau radikal. Mereka cenderung menggunakan tindakan kekerasan, intoleransi, atau penolakan terhadap nilai-nilai demokrasi dan pluralisme. Di sisi lain, ekstremisme agama sering dikaitkan dengan interpretasi agama yang keras dan dogmatis, yang menganggap bahwa hanya satu pemahaman agama yang benar sedangkan yang lain dianggap sesat atau tidak benar.
Namun, penting untuk diingat bahwa ekstremisme tidak selalu berarti tindakan kekerasan atau radikalisme dalam segala bentuknya. Ada variasi dalam cara ekstremisme diekspresikan, termasuk dalam bentuk ideologi yang ekstrem namun tidak menggunakan kekerasan secara langsung. Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif tentang apa itu ekstremisme harus memperhatikan konteks sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda.
Untuk lebih memahami apa itu ekstremisme, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian dan contoh ekstremisme, pada Selasa (26/3).
Apa Itu Ekstremisme?
Ekstremisme adalah sebuah konsep yang mengacu pada kualitas atau keadaan yang menjadi sangat ekstrem dalam advokasi atau pandangan tertentu. Secara harfiah, ekstremisme merupakan ekspresi dari sikap atau tindakan yang melampaui batas-batas yang dianggap normal atau yang diterima secara luas dalam masyarakat, baik dari segi hukum, kebijakan, maupun nilai-nilai sosial.
Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekstremisme adalah keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama, politik, atau lainnya. Hal ini dapat mencakup penekanan pada ideologi atau keyakinan yang sangat keras dan tidak fleksibel, serta kecenderungan untuk mengekspresikan atau memperjuangkan pandangan tersebut secara ekstrem atau radikal.
Dalam konteks politik, ekstremisme sering kali mengacu pada kelompok atau individu yang memperjuangkan agenda atau tujuan politik dengan cara yang dianggap ekstrem atau tidak konvensional, bahkan dapat melanggar norma-norma hukum atau etika yang berlaku. Sedangkan dalam konteks agama, ekstremisme sering kali terkait dengan tindakan atau pandangan yang menginterpretasikan ajaran agama secara literal atau dogmatis, tanpa memperhitungkan konteks sosial dan historis yang lebih luas.
Peneliti senior CSRS UIN Jakarta, Irfan Abubakar, M.A., menjelaskan bahwa ekstremisme adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh manusia. Ini dapat dipahami sebagai suatu ideologi atau sistem berpikir yang bertujuan untuk mencapai perubahan politik, sosial, atau budaya yang dianggap ekstrem, bahkan jika hal tersebut menghasilkan bahaya atau kerusakan bagi individu atau lingkungan.
Dalam prakteknya, ekstremisme sering kali dihubungkan dengan tindakan kekerasan, intoleransi, dan penolakan terhadap pluralitas atau perbedaan pendapat. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua bentuk ekstremisme mengarah pada kekerasan, dan terdapat variasi yang luas dalam cara ekstremisme dapat diartikan dan diekspresikan dalam berbagai konteks sosial, politik, dan agama.
Advertisement
Contoh Ekstremisme
Contoh ekstremisme dapat ditemukan dalam berbagai konteks, baik itu dalam bidang politik, agama, maupun sosial. Berikut beberapa contoh ekstremisme yang sering menjadi sorotan:
1. Ekstremisme Politik
- Kelompok-kelompok politik ekstrem yang menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mencapai tujuan politik mereka, seperti terorisme politik.
- Ideologi politik ekstrem yang menolak kompromi atau dialog, dan cenderung memaksakan pandangan mereka tanpa menghargai pluralitas dan demokrasi.
- Aktivis politik yang menggunakan tindakan-tindakan radikal atau provokatif dalam demonstrasi atau gerakan politik mereka.
2, Ekstremisme Agama
- Kelompok-kelompok agama yang mengadopsi interpretasi agama yang sangat literal atau fundamentalis, dan menolak toleransi terhadap keyakinan atau praktik agama lainnya.
- Gerakan keagamaan yang mempromosikan pemikiran fanatik atau dogmatis, dan menganggap bahwa hanya pandangan mereka yang benar sedangkan yang lain salah atau sesat.
- Tindakan ekstremisme agama dapat mencakup intoleransi, diskriminasi, dan bahkan kekerasan terhadap kelompok-kelompok atau individu yang dianggap tidak sejalan dengan keyakinan mereka.
3. Ekstremisme Sosial
- Gerakan ekstremis yang memperjuangkan ideologi atau tindakan-tindakan yang merugikan atau mengancam stabilitas sosial, seperti supremasi rasial atau kelompok tertentu.
- Organisasi atau individu yang menggunakan kekerasan atau tindakan ekstrem untuk menekan atau menindas kelompok-kelompok minoritas atau yang rentan.
- Ekstremisme dalam hal penolakan terhadap perubahan sosial atau kemajuan yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai atau kepentingan kelompok tertentu.
Penting untuk diingat bahwa ekstremisme dapat muncul dalam berbagai bentuk dan tidak selalu terbatas pada konteks politik atau agama. Hal ini juga dapat berkembang dalam situasi-situasi sosial yang kompleks, dan perlu dihadapi dengan pendekatan yang holistik dan berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan dialog yang konstruktif.
Perbedaan Antara Radikalisme dan ekstremisme
Radikalisme dan ekstremisme adalah dua konsep yang seringkali disalahartikan atau digunakan secara bersamaan, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang penting dalam konteks pemahaman dan penanganannya.
Radikalisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara-cara yang drastis atau tidak konvensional. Ciri utama dari radikalisme adalah keinginan untuk mengubah status quo atau tatanan yang ada, seringkali dengan menolak nilai-nilai yang dianggap sudah mapan atau tradisional. Radikalisme juga dapat ditandai dengan sikap intoleran terhadap pandangan atau golongan yang berbeda dengan mereka, serta kecenderungan untuk bersikap fanatik, eksklusif, dan bahkan menggunakan cara-cara anarkis atau kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.
Di sisi lain, ekstremisme merujuk pada kelompok atau individu yang menganut paham kekerasan ekstrem atau sangat keras dalam menegakkan keyakinan atau agenda tertentu. Ekstremisme dapat berbeda dengan radikalisme dalam hal pendekatan dan intensitas kefanatikan. Ekstremis cenderung memiliki pikiran yang tertutup, tidak toleran terhadap pandangan yang berbeda, anti-demokrasi, dan dapat menghalalkan segala cara, termasuk kekerasan, untuk mencapai tujuan mereka. Kelompok ekstremis seringkali terlibat dalam tindakan kekerasan yang ekstrem untuk memperjuangkan agenda atau ideologi mereka.
Pendekatan dalam mengatasi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme seringkali melibatkan pendidikan dan pembinaan keluarga. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai yang mengedepankan keramahan, toleransi, dan keberagaman. Dalam konteks Indonesia, pendidikan perlu mengakar pada nilai-nilai budaya yang ramah tanpa kekerasan, yang telah lama menjadi bagian dari karakter masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa pendidikan tidak hanya terfokus pada mata pelajaran tertentu seperti agama, PKN, atau akidah akhlak, tetapi juga mencakup nilai-nilai budaya yang mencerminkan kearifan lokal dan keberagaman bangsa.
Selain dari pendidikan, pembinaan keluarga juga sangat penting. Orang tua atau keluarga perlu memantau dan mengontrol pengaruh yang masuk kepada anak-anak mereka, agar tidak terpengaruh oleh paham-paham yang berpotensi berbahaya seperti radikalisme dan ekstremisme. Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap radikalisme dan ekstremisme dapat dilakukan melalui pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan, pembinaan keluarga, serta penguatan nilai-nilai budaya dan sosial yang menjunjung tinggi kerukunan dan keberagaman.
Advertisement