Sifat Tempramen adalah Respons Berlebihan di Berbagai Situasi, Ketahui Cara Mengatasinya

Sifat tempramen membuat orang seringkali sulit untuk mengendalikan emosi.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 02 Mei 2024, 17:50 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2024, 17:50 WIB
Kamu Sedang Dikuasai Oleh Emosi Negatif
Ilustrasi Emosi Negatif Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Temperamen merupakan karakteristik bawaan yang dimiliki oleh individu sejak lahir. Seseorang yang memiliki temperamen berbeda-beda, akan menunjukkan kecenderungan perilaku dan respon yang unik dalam menghadapi berbagai situasi.

Sifat temperamen merujuk pada perilaku atau respons yang dilakukan oleh seseorang secara berlebihan, dalam berbagai situasi. Orang yang memiliki sifat temperamental akan cenderung menunjukkan emosi secara intens, serta mudah marah dalam menghadapi hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, atau tidak sesuai dengan keinginannya.

Orang dengan sifat tempramen juga seringkali sulit untuk mengendalikan emosi mereka sendiri, sehingga rentan menjadi agresif atau menangis ketika mengalami frustrasi. Oleh karena itu, mereka seringkali lebih mudah terganggu oleh suara, cahaya, atau perubahan lingkungan sekitar mereka. Hal ini menjadikan mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan sulit mengontrol emosi mereka.

Seseorang yang memiliki sifat temperamen cenderung memiliki tingkat stimulasi yang lebih tinggi daripada orang lain. Mereka lebih peka terhadap rangsang luar dan cenderung merespons dengan lebih intens. Berikut ini sifat tempramen dan cara mengatasi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (2/5/2024). 

 

Mengenali Karakter Temperamen

Ilustrasi amarah, emosi, marah
Ilustrasi amarah, emosi, marah. (Photo created by drobotdean on www.freepik.com)

Temperamen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sifat batin yang secara signifikan memengaruhi perilaku, perasaan dan pemikiran seseorang. Ini merupakan bagian yang mendasar dari karakter individu dan memiliki pengaruh besar terhadap cara individu berperilaku, bereaksi terhadap emosi, dan memproses informasi secara kognitif. Namun, seringkali konsep temperamen ini dipersepsikan sebagai "temperamental", padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar.

Pada dasarnya, temperamen mencerminkan sifat-sifat dasar yang melekat pada individu, sementara bersifat temperamental mengacu pada perubahan tiba-tiba dalam ekspresi emosi, atau intensitas yang tinggi. Temperamen dapat diamati melalui pola perilaku dan interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya, menjadi representasi unik dari kepribadian individu dan menentukan cara individu tersebut dalam berpikir, bertindak, dan mengekspresikan emosi.

Menurut KBBI, temperamen bisa sinonim dengan sifat mudah tersinggung atau emosi, namun pengertian ini tidak terbatas pada aspek-aspek tersebut. Dalam bidang psikologi, temperamen diidentifikasi dalam berbagai jenis seperti sanguinis (optimis), koleris (pemarah), apatis (santai) dan melankolis (pendiam). Perspektif yang berbeda mengenai definisi temperamen telah diajukan oleh para ahli. Galenus, misalnya, mengusulkan bahwa temperamen dipengaruhi oleh kombinasi cairan tubuh, sementara Ernst Kretschmer menyebutnya sebagai komponen jiwa yang berhubungan dengan aspek fisik tubuh. Sementara itu, Kohnstamm menggambarkan temperamen sebagai sifat spiritual yang diwarisi sejak lahir.

 

Jenis-Jenis Temperamen

Ilustrasi Marah, Dendam, Emosi, Kesal
Ilustrasi Marah, Dendam, Emosi, Kesal. Photo By Engin Akyrut on Unsplash

1. Sanguinis

Sanguinis adalah salah satu sifat temperamental yang mengacu pada perilaku atau respons seseorang secara berlebihan. Orang-orang dengan sifat ini cenderung mudah berubah mood dan tidak dapat mengendalikan emosi dengan baik. Mereka juga sering kali memiliki tingkat energi yang tinggi dan sulit untuk diam. Sifat temperamental sanguinis ini dapat membuat seseorang menjadi lebih ekspresif dan cepat bergairah dalam melakukan sesuatu. Mereka juga memiliki kecenderungan untuk menjadi sosial dan ramah terhadap orang-orang di sekitar mereka.

Namun, di balik sifat ini, ada juga kecenderungan untuk mudah terpancing emosi dan bereaksi secara berlebihan terhadap situasi yang dianggap negatif atau mengganggu kenyamanan mereka. Meskipun sifat temperamental sanguinis dapat memberikan kehidupan yang penuh semangat, namun hal ini juga dapat menjadi tantangan bagi individu yang mengalaminya. Sulit bagi mereka untuk mengendalikan emosi dan melihat situasi dengan objektif. Selain itu, terkadang orang-orang dengan sifat temperamental sanguinis ini cenderung cepat bosan dan sulit untuk fokus pada satu hal saja.

2. Melankolis

Sifat temperamental dapat mengacu pada berbagai jenis perilaku, atau respons yang berlebihan pada seseorang. Salah satu jenis sifat temperamental yang sering ditemui adalah sifat melankolis. Sifat melankolis ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk mengalami suasana hati yang cenderung sedih, murung, atau lesu secara berlebihan. Orang yang memiliki sifat melankolis sering kali merasa lebih peka terhadap perasaan dan emosi dan rentan untuk terlibat dalam pemikiran negatif, atau kecemasan yang berlebihan.

Hal ini dapat membuat seseorang yang memiliki sifat melankolis memiliki kecenderungan untuk menghindari kegiatan sosial atau interaksi dengan orang lain. Mereka cenderung lebih suka menyendiri dan memilih untuk menghabiskan waktu sendiri atau hanya dengan orang-orang terdekat mereka. Namun, sifat melankolis juga memiliki sisi positif. Orang yang memiliki sifat ini sering kali memiliki kepekaan dan kecermatan yang tinggi dalam hal seni, musik, atau tulisan. Mereka sering memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara mendalam melalui karya-karya mereka.

 

3. Plegmatis

Sifat plegmatis merujuk pada perilaku atau respons seseorang yang cenderung berlebihan dalam hal kemalasan atau ketenangan. Orang dengan sifat ini umumnya memiliki tingkat energi yang rendah, tidak tertarik untuk mengambil inisiatif, dan cenderung untuk menunda pekerjaan atau tanggung jawab. Secara umum, individu yang memiliki sifat plegmatis cenderung mempertahankan pola hidup yang tenang dan stabil. Mereka tidak mudah gelisah atau khawatir, lebih suka melakukan hal-hal yang dapat membuat mereka merasa nyaman daripada menghadapi tantangan baru. 

Meskipun sifat plegmatis dapat membantu individu untuk tetap tenang dalam situasi stres, terlalu banyak ketenangan juga dapat menjadi hambatan dalam mencapai keberhasilan. Mereka cenderung merasa puas dengan keadaan yang ada dan tidak termotivasi untuk mencapai perubahan atau menjadi lebih ambisius. Selain itu, kemalasan yang berlebihan juga dapat menghambat produktivitas dan kinerja individu tersebut.

4. Koleris

Sifat temperamental atau merujuk pada perilaku atau respons seseorang secara berlebihan, dapat berkaitan dengan beberapa tipe kepribadian, salah satunya adalah tipe kepribadian koleris. Koleris adalah satu dari empat tipe kepribadian dalam teori kepribadian oleh Hippocrates. Kepribadian koleris sering kali digambarkan sebagai orang yang mudah marah, mudah tersinggung, dan memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan emosi secara lantang dan tegas. Orang dengan tipe kepribadian ini seringkali memiliki energi dan semangat yang tinggi, namun juga dapat memiliki toleransi yang rendah terhadap ketidakcocokan atau kesalahan.

Terkadang, sifat temperamental dari kepribadian koleris dapat membawa dampak negatif pada hubungan dengan orang lain, terutama jika ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi mengganggu komunikasi dan interaksi sehari-hari. Namun, kepribadian koleris juga memiliki sisi positif, seperti kemampuan memotivasi orang lain, ketekunan dalam mencapai tujuan, dan kepemimpinan yang kuat.

 

Cara Mengatasi Sifat Tempramental

Fokus pada Masalah atau Fokus pada Emosi
Ilustrasi Stres Credit: pexels.com/Andrea

Pengembangan Kesabaran

Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan kesulitan tanpa terjebak dalam emosi negatif seperti kemarahan atau frustrasi. Dalam mengendalikan temperamen karakter, penting untuk menumbuhkan kesabaran. Ini berarti belajar untuk tetap tenang, dan berfokus pada solusi ketika dihadapkan pada situasi yang menantang. Misalnya, saat menghadapi kesulitan dalam sebuah proyek, tahan godaan untuk langsung merasa frustrasi dan berusaha mencari solusi yang tepat.

Meningkatkan Empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Untuk meningkatkan temperamen karakter, penting untuk meningkatkan tingkat empati kita terhadap orang lain. Hal ini melibatkan usaha untuk memahami perspektif dan perasaan orang lain. Misalnya, jika seseorang membuat kesalahan dan kita merasa marah, cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang mereka. Ini membantu membangun pemahaman yang lebih baik dan membantu mengatasi emosi negatif.

Mengelola Stres

Stres dapat mempengaruhi temperamen karakter dan membuat kita rentan terhadap emosi negatif. Oleh karena itu, penting untuk belajar mengelola stres dengan baik. Salah satu cara efektif adalah melalui teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau olahraga. Misalnya, saat merasa stres atau marah, cobalah untuk melakukan pernapasan dalam sambil mengalihkan pikiran ke hal-hal positif. Ini membantu menenangkan pikiran dan memungkinkan kita merespons situasi dengan lebih matang.

Berlatih Kendali Diri

Kendali diri adalah kemampuan untuk mengendalikan perilaku dan emosi kita. Untuk meningkatkan temperamen karakter, penting untuk melatih kemampuan ini. Misalnya, saat dihadapkan pada situasi yang memicu kemarahan, berlatihlah untuk tetap tenang dan tidak terburu-buru dalam merespons. Evaluasilah situasi secara objektif dan hindari membiarkan emosi negatif mengambil alih kendali.

Meningkatkan Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk membangun temperamen karakter yang baik. Ketika kita dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan kita dengan jelas dan taktis, ini membantu mencegah konflik dan memfasilitasi hubungan yang sehat dengan orang lain. Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi efektif adalah dengan menjadi pendengar yang baik, menghargai pandangan orang lain, dan menggunakan bahasa yang positif. Ini membantu membangun hubungan yang kuat dan mengatasi potensi konflik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya