Liputan6.com, Jakarta Depresi adalah kondisi serius yang memengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Data dari The Awareness Centre menunjukkan bahwa sekitar 264 juta orang di dunia menderita depresi, dengan wanita lebih rentan daripada pria. Bahkan, selama pandemi di Inggris, 1 dari 5 orang dewasa dilaporkan mengalami gejala depresi. Bahkan di kalangan yang lebih tua, setengah dari populasi orang dewasa yang berusia 55 tahun ke atas pernah mengalami depresi.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Depresi dapat kambuh kembali, oleh sebab itu ciri-ciri depresi kambuh penting untuk dikenali. Ciri-ciri depresi kambuh dimulai dengan munculnya gejala kembali setelah periode pemulihan. Depresi yang kambuh kembali bisa jauh lebih parah dari sebelumnya dan sering kali memerlukan penanganan yang lebih intensif. Depresi bisa kambuh kapan saja, meskipun umumnya akan kambuh dalam waktu 5 tahun setelah gejala awalnya muncul. Hal ini menunjukkan bahwa depresi bisa menjadi masalah kronis yang memerlukan perhatian terus-menerus.
Penting untuk mengenali ciri-ciri depresi kambuh kembali dan segera mencari bantuan medis atau konseling jika diperlukan. Terapi dan dukungan yang tepat dapat membantu mengelola gejala dan mencegah depresi dari kambuh kembali dengan intensitas yang lebih tinggi. Berikut ciri-ciri depresi kambuh yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (3/5/2024).
1. Terus-Menerus Merasa Bersalah dan Tidak Berdaya
Salah satu ciri-ciri depresi kambuh kembali adalah terus-menerus merasa bersalah dan tidak memiliki rasa percaya diri atau daya juang yang memadai. Mereka mungkin merasa bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kesalahan mereka, bahkan jika itu tidak sepenuhnya benar. Perasaan bersalah yang berlebihan dapat memperburuk keadaan depresi.
2. Perubahan Mood
Kambuhnya depresi seringkali ditandai dengan perubahan mood yang signifikan. Seseorang yang sebelumnya dalam keadaan stabil atau bahkan membaik secara emosional, dapat mengalami perubahan menjadi sedih, muram, dan terpuruk secara tiba-tiba. Mood yang negatif ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas dan sulit dikendalikan.
3. Mudah Tersinggung dan Gelisah
Depresi yang kambuh kembali juga dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah tersinggung dan gelisah. Mereka mungkin merasa tegang, gelisah, atau cemas tanpa sebab yang jelas. Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial mereka dan menyebabkan konflik atau ketegangan yang tidak perlu.
4. Sulit Termotivasi
Salah satu ciri-ciri depresi kambuh kembali adalah sulitnya seseorang untuk termotivasi. Biasanya, orang dapat merespons dengan antusiasme terhadap hal-hal di sekitarnya atau memiliki tujuan dan aspirasi yang jelas. Namun, ketika depresi kembali, motivasi ini hilang, dan seseorang mungkin merasa sulit untuk bangkit dan melakukan aktivitas yang biasanya mereka nikmati atau yang penting bagi mereka.
5. Menurunnya Tingkat Partisipasi Sosial
Depresi yang kambuh kembali juga dapat menyebabkan penurunan dalam tingkat partisipasi sosial seseorang. Mereka mungkin kehilangan minat pada aktivitas sosial, menghindari pertemuan dengan teman atau keluarga, dan merasa lebih nyaman menjauh dari interaksi sosial yang sebelumnya mereka nikmati.
Advertisement
6. Berpikir untuk Bunuh Diri
Salah satu aspek yang paling serius dari depresi yang kambuh kembali adalah munculnya pemikiran tentang kematian atau bunuh diri. Orang yang mengalami depresi kembali mungkin mulai memikirkan tindakan merugikan pada diri sendiri, terutama jika mereka merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri atas keadaan mereka.
7. Perubahan Tidur
Depresi yang kambuh kembali seringkali memengaruhi pola tidur seseorang. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan yang tidak bermanfaat. Insomnia atau tidur berlebihan dapat menjadi tanda-tanda depresi yang kambuh kembali, dan kondisi ini dapat memperburuk gejala depresi secara keseluruhan.
8. Perubahan Selera Makan
Ciri-ciri depresi kambuh juga dapat mengubah selera makan seseorang. Mereka mungkin kehilangan nafsu makan sehingga mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat. Sebaliknya, beberapa orang mungkin mengalami peningkatan selera makan dan mengalami kenaikan berat badan yang tidak sehat. Perubahan ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang.
9. Kesulitan Berpikir Jernih
Depresi yang kambuh kembali juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berpikir jernih atau fokus. Penderita mungkin merasa bingung, sulit berkonsentrasi, atau kesulitan membuat keputusan yang tepat. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja di tempat kerja atau sekolah, serta mengganggu aktivitas sehari-hari.
10. Kelelahan
Ciri-ciri depresi kambuh kembali yang lain adalah kelelahan yang kronis dan berkepanjangan. Aktivitas sehari-hari seperti mencuci piring, berpakaian, atau bahkan bangun dari tempat tidur mungkin terasa sangat sulit dan memakan waktu lebih lama dari biasanya. Kelelahan ini tidak hanya fisik, tetapi juga bisa memengaruhi keadaan emosional dan mental seseorang.
11. Sakit dan Nyeri Fisik
Depresi yang kambuh kembali juga dapat menyebabkan timbulnya sakit dan nyeri fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Ini termasuk sakit kepala yang persisten, sakit perut yang tidak terkait dengan gangguan pencernaan yang jelas, atau nyeri otot dan sendi yang terjadi tanpa sebab yang jelas. Nyeri ini bisa menjadi tambahan beban yang memperburuk kondisi depresi secara keseluruhan.
Penyebab Depresi Kambuh
Depresi dapat kambuh kembali karena berbagai faktor yang mempengaruhi kestabilan kesehatan mental seseorang, berikut di antaranya.
1. Trigger Stres dan Kejadian Hidup
Seseorang yang telah mengalami depresi sebelumnya memiliki pemicu atau trigger episode depresif yang lebih spesifik. Kejadian hidup yang memicu stres, seperti konflik dalam hubungan, masalah keluarga, atau perasaan kehilangan, dapat menjadi pemicu kambuhnya depresi. Bahkan setelah keluar dari masa depresi, situasi-situasi ini masih dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
2. Belum Pulih Total
Belum sepenuhnya sembuh dari episode depresif sebelumnya atau tidak mendapatkan pengobatan yang menyeluruh dapat meningkatkan risiko kambuhnya depresi. Jika seseorang hanya mengalami perbaikan sementara atau tidak mengikuti pengobatan yang direkomendasikan dengan konsisten, maka kemungkinan kambuhnya depresi akan lebih tinggi.
3. Penghentian Pengobatan atau Perawatan Sebelum Waktunya
Menghentikan pengobatan atau perawatan tanpa berkonsultasi dengan dokter dapat menjadi faktor pemicu kambuhnya depresi. Penggunaan obat antidepresan yang tidak konsisten atau tidak mengikuti jadwal teratur dapat mengganggu stabilitas kesehatan mental seseorang.
4. Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi medis seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan lainnya dapat memicu kambuhnya depresi. Faktor-faktor fisik dan biologis yang terkait dengan kondisi medis ini dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak dan emosi, yang pada gilirannya dapat memicu episode depresif.
5. Kurangnya Perawatan Jangka Panjang
Depresi bukanlah kondisi yang dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Perawatan yang dilakukan setidaknya selama enam bulan atau lebih sangat disarankan untuk mencegah kambuhnya depresi. Konsistensi dalam menjalani terapi, konseling, atau pengobatan adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah kambuhnya depresi.
Advertisement
Langkah Pencegahan Agar Depresi Tidak Kambuh
1. Disiplin Menjalani Pengobatan
Penting untuk menjaga konsistensi dalam menjalani pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter, baik itu berupa terapi kognitif perilaku dengan psikolog maupun penggunaan obat antidepresan. Rencana pengobatan harus diikuti sesuai dengan petunjuk dokter, termasuk dosis yang tepat dan jadwal minum yang teratur. Jangan menghentikan pengobatan secara mendadak atau mengubah dosis obat tanpa berkonsultasi dengan dokter, karena hal ini dapat meningkatkan risiko depresi kambuh.
2. Tidur Cukup
Tidur yang cukup dan berkualitas merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan mental. Pastikan untuk mendapatkan 7-8 jam tidur setiap malam. Atur jadwal tidur yang konsisten, termasuk waktu tidur dan bangun yang sama setiap hari, bahkan pada akhir pekan. Hindari begadang dan kurangi konsumsi kafein serta alkohol menjelang waktu tidur.
3. Hindari Orang-orang Negatif
Lingkungan sosial yang positif dan mendukung dapat membantu menjaga kesehatan mental Anda. Kurangi interaksi dengan orang-orang yang sering menimbulkan stres, kecemasan, atau membuat Anda merasa rendah diri. Carilah teman-teman atau keluarga yang positif, penuh kasih sayang, dan memberikan dukungan emosional.
4. Kurangi Waktu Penggunaan Media Sosial
Gunakan media sosial dengan bijak dan batasi waktu interaksi di dunia maya. Jika Anda merasa bahwa media sosial memicu stres, perasaan cemburu, atau kecemasan, pertimbangkan untuk mengurangi frekuensi penggunaan dan fokus pada kegiatan yang lebih bermanfaat bagi kesehatan mental Anda.
5. Jaga Pola MakanÂ
Pola makan sehat dan seimbang dapat berdampak positif pada kesehatan mental. Pilih makanan yang kaya akan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat. Hindari konsumsi makanan tinggi gula dan lemak jenuh yang dapat mempengaruhi mood dan energi Anda. Jaga berat badan Anda agar tetap dalam rentang yang sehat.
6. Beraktivitas Fisik Secara Rutin
Aktivitas fisik dapat meningkatkan produksi hormon endorfin yang dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres. Luangkan waktu untuk berolahraga secara teratur, misalnya dengan berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang. Jika memungkinkan, lakukan aktivitas fisik bersama teman atau keluarga untuk meningkatkan motivasi dan kebersamaan.
7. Atasi Penyakit Kronis Dengan Baik
Jika Anda memiliki kondisi medis kronis, seperti diabetes atau hipertensi, penting untuk menjaga kesehatan fisik Anda dengan mengikuti anjuran dokter dan menjalani pengobatan dengan teratur. Manajemen yang baik terhadap kondisi medis dapat membantu mencegah gejala depresi kambuh.
8. Persiapkan Diri Hadapi Situasi Terburuk
Kenali faktor pemicu stres dan depresi dalam kehidupan Anda, seperti situasi konflik, kehilangan, atau perubahan besar. Buatlah rencana atau strategi untuk menghadapi situasi-situasi tersebut dengan cara yang positif dan adaptif. Misalnya, pelajari teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk mengatasi stres.