7 Cara Ampuh Menghadapi Anak Remaja yang Sensitif dan Mudah Marah, Tanpa Harus Membentak

Periode remaja adalah masa penuh perubahan besar, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Ini adalah fase transisi yang sangat signifikan, di mana seseorang bergerak dari dunia kanak-kanak menuju kedewasaan.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 13 Agu 2024, 11:18 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2024, 11:18 WIB
Contoh ilustrasi anak marah
Karena belum memahami apa yang mereka rasakan, anak-anak sering menggunakan fisik mereka untuk menunjukkan rasa marah. (Foto: Pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Liputan6.com, Jakarta Masa remaja bisa menjadi tantangan tersendiri bagi anak dan orangtua. Pada usia ini, anak-anak sering kali dikenal sangat sensitif dan mudah marah. Banyak orangtua yang bertanya-tanya, “Apakah normal jika seorang remaja selalu marah?”

Menurut Tiffany Nielsen, LCSW, seorang pekerja sosial dan manajer perawatan remaja di Huntsman Mental Health Institute, wajar jika remaja memiliki tingkat iritabilitas tertentu. Namun, jika emosi seorang remaja mulai mengganggu kemampuannya dalam menjalani aktivitas sehari-hari di rumah atau sekolah, hal ini bisa menjadi tanda masalah yang lebih serius.

Selama masa remaja, tubuh anak tidak hanya mengalami perkembangan fisik, tetapi juga perkembangan pemikiran dan keinginan. Salah satu sumber konflik yang sering muncul adalah keinginan remaja untuk mandiri, sementara mereka masih harus bertanggung jawab kepada orangtua. Oleh karena itu, reaksi marah terhadap batasan yang ditetapkan orangtua adalah hal yang umum terjadi.

Memiliki anak remaja yang mudah marah bisa membuat orangtua merasa perlu menghindari konflik dengan mengalah. Namun, ini bukanlah cara yang sehat untuk berinteraksi. Melansir dari goodhousekeeping.com, Nielsen memberikan beberapa tips tentang bagaimana menghadapi dan meredakan kemarahan pada anak remaja.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini beberapa cara menghadapi remaja yang sensitif dan mudah marah, Selasa (13/8/2024).

1. Jangan Membentak

Jangan membentak
Hindari membentak anak. (Foto: Freepik/gelpi)

Memang tidak mudah menahan amarah ketika anak remaja berteriak atau mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal. Namun, jika orangtua merespons dengan nada tinggi, hal itu hanya akan memperburuk situasi.

Sebaliknya, cobalah merendahkan suara dan berbicara dengan lebih tenang dan lambat. Dengan cara ini, anak remaja mungkin akan mengikuti dan menenangkan diri, karena emosi cenderung menular.

2. Tekan Jeda

Ketika situasi mulai memanas, cobalah untuk mengambil jarak. Katakan, "Sepertinya pikiran kita sedang terlalu panas. Bagaimana kalau kita melanjutkan diskusi ini saat suasana sudah lebih tenang?" Berikan kesempatan kepada anak remaja untuk memberi tahu Sahabat Fimela jika ia membutuhkan waktu istirahat.

3. Mendengarkan

Mendengarkan
Anak-anak sedang didengarkan. (Foto: Freepik/jcmop)

Orangtua yang sibuk mungkin tidak selalu punya waktu untuk mendengar tentang drama terbaru di sekolah. Namun, mengatakan, "Ini tidak terlalu serius," "Lupakan saja," atau bahkan lebih buruk lagi, mengabaikan anak remaja, bisa membuat mereka merasa tidak didengarkan dan tidak dihargai.

Sebisa mungkin, luangkan waktu untuk mendengarkan anak remajamu. Setelah itu, validasi perasaannya. Jika saat ini kamu benar-benar tidak bisa mendengarkan, beri tahu anakmu kapan kamu akan punya waktu untuk mendengarkannya.

4. Contohkan Emosi yang Sehat

Sebagai orangtua, kamu bisa memberikan berbagai nasihat dan strategi kepada anak remajamu tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku. Namun, jika kamu sendiri tidak mampu mengelola kemarahan dengan baik dan malah menunjukkan perilaku yang tidak konstruktif, maka perilakumu akan menjadi contoh yang buruk baginya. Biarkan anak remajamu melihat bagaimana kamu menyelesaikan emosimu dengan bijak dari waktu ke waktu, sehingga ia memiliki teladan yang positif untuk diikuti.

5. Berhentilah Memanjakan

Berhentilah memanjakan
Hentikan kebiasaan memanjakan anak remaja. (Foto: Freepik/tirachardz)

Memperlakukan remaja layaknya orang dewasa, bukan seperti anak kecil, bisa membantu meredakan sebagian besar kemarahannya. Hindari nada otoriter dan sikap yang terlalu dominan. Cobalah berbicara dengan remaja hampir seperti kamu berbicara dengan rekan kerja atau orang dewasa lainnya.

Selain itu, berikan remaja kesempatan untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan usianya, seperti bertemu teman-temannya di bioskop atau membuat lebih banyak keputusan tentang aktivitas dan jadwal sekolahnya. Langkah ini tidak hanya akan membantu mengurangi amarahnya, tetapi juga akan membantunya mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang sangat diperlukan di masa dewasa.

6. Tetapkan Batasan Marah

Remaja perlu memahami bahwa melempar barang, mencaci-maki orang lain, atau menunjukkan perilaku fisik yang agresif saat marah adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Jika mereka melakukan hal-hal tersebut, penting bagi mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Misalnya, mereka harus memperbaiki atau mengganti barang yang rusak, serta meminta maaf jika telah menyakiti atau menyinggung perasaan seseorang.

7. Tawarkan Pilihan Konstruktif

Banyak remaja merasa marah karena mereka belum menemukan cara yang efektif untuk mengekspresikan perasaan mereka. Saat suasana hati mereka sedang tenang dan tidak dalam keadaan emosi yang meledak-ledak, cobalah memberikan beberapa saran untuk pelampiasan yang lebih sehat.

Misalnya, ajak mereka untuk melakukan pernapasan dalam-dalam, menulis di jurnal, berpartisipasi dalam aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau tinju, atau mendengarkan musik favorit mereka. Metode-metode ini dapat membantu mengurangi rasa frustrasi dan memberikan mereka cara yang lebih konstruktif untuk mengatasi emosi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya