Liputan6.com, Jakarta Logam tanah jarang merupakan kelompok 17 unsur kimia yang memiliki peran krusial dalam teknologi modern. Meskipun namanya mengandung kata "jarang", sebenarnya unsur-unsur ini cukup melimpah di kerak bumi, namun jarang ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Kelompok ini terdiri dari 15 unsur lantanida ditambah skandium dan itrium, yang memiliki sifat-sifat unik yang membuatnya sangat berharga dalam berbagai aplikasi teknologi tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan mencakup berbagai sektor industri yang penting. Dalam bidang elektronik, unsur-unsur ini digunakan dalam pembuatan smartphone, komputer, dan perangkat elektronik lainnya. Di sektor energi terbarukan, logam tanah jarang menjadi komponen penting dalam turbin angin dan panel surya. Bahkan dalam industri otomotif, unsur-unsur ini digunakan dalam produksi baterai kendaraan listrik dan magnet permanen untuk motor listrik.
Meskipun memiliki peran penting, ekstraksi dan pengolahan logam tanah jarang menimbulkan beberapa tantangan. Proses penambangan dan pemurnian unsur-unsur ini seringkali memiliki dampak lingkungan yang signifikan, termasuk polusi air dan tanah. Selain itu, pasokan global logam tanah jarang didominasi oleh beberapa negara produsen utama, terutama China, yang menimbulkan kekhawatiran akan ketergantungan dan keamanan pasokan bagi negara-negara lain. Hal ini mendorong upaya global untuk mengembangkan sumber alternatif dan meningkatkan daur ulang logam tanah jarang untuk menjamin keberlanjutan pasokan di masa depan.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengena pengertian logam tanah jarang yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (9/9/2024).
Mengenal Logam Tanah Jarang
Dalam buku yang berjudul Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia (2019) yang diterbitkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, logam tanah jarang diklasifikasikan sebagai salah satu mineral strategis dan termasuk dalam kategori "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur kimia. Publikasi ini menjadi acuan penting bagi para peneliti dan industri dalam memahami potensi logam tanah jarang di Indonesia.
Ketujuh belas unsur kimia tersebut mencakup scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y). Masing-masing unsur ini memiliki karakteristik unik dan aplikasi spesifik dalam berbagai industri teknologi tinggi.
Meskipun begitu, elemen-elemen ini sangat menantang untuk diekstraksi karena konsentrasinya yang tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini memiliki banyak kemiripan karakteristik dan umumnya ditemukan bersama-sama dalam satu deposit secara geologis. Hal ini menyebabkan proses pemisahan dan pemurnian logam tanah jarang menjadi kompleks dan mahal.
Beberapa mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Yang menarik, logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara. Penemuan ini membuka peluang baru untuk eksplorasi dan ekstraksi logam tanah jarang dari sumber-sumber yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Komoditas ini diberi nama logam tanah jarang berdasarkan anggapan awal bahwa keberadaannya langka di alam. Namun faktanya, LTJ ini berlimpah, bahkan melebihi beberapa unsur lain dalam kerak bumi. Ironisnya, meskipun berlimpah, proses ekstraksi dan pemurniannya yang rumit membuat logam tanah jarang tetap menjadi komoditas yang berharga.
Terlepas dari tantangan dalam ekstraksinya, sumber daya logam tanah jarang ini sangat diminati oleh berbagai pihak. "Harta karun" ini memiliki beragam manfaat dan menjadi bahan baku esensial untuk berbagai peralatan berteknologi modern, termasuk baterai, telepon seluler, komputer, dan industri elektronika. Selain itu, logam tanah jarang juga krusial dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB). Lebih jauh lagi, logam tanah jarang menjadi komponen vital dalam industri pertahanan dan pengembangan kendaraan listrik, menunjukkan perannya yang semakin penting dalam transisi menuju teknologi yang lebih bersih dan efisien.
Advertisement
Daftar Wilayah di ndonesia yang Memiliki Logam Tanah Jarang
Berikut ini terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki logam tanah jarang adalah:
1. Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung, terutama di wilayah Bangka Selatan, dikenal sebagai salah satu lokasi utama penghasil logam tanah jarang di Indonesia. Menurut data ESDM, wilayah ini menyimpan potensi logam tanah jarang yang signifikan, dengan estimasi mencapai 186.663 ton dalam bentuk monasit dan 20.734 ton dalam bentuk material senotim. Keberadaan deposit ini menjadikan Bangka Belitung sebagai salah satu provinsi kunci dalam pengembangan industri logam tanah jarang nasional.
2. Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah juga menyimpan potensi logam tanah jarang yang menjanjikan, khususnya dalam bentuk material laterit. Berdasarkan survei geologi terkini, provinsi ini diperkirakan memiliki cadangan laterit sebesar 443 ton yang mengandung berbagai unsur logam tanah jarang. Potensi ini membuka peluang bagi pengembangan industri ekstraksi dan pengolahan logam tanah jarang di wilayah Sulawesi.
3. Kalimantan Barat
Di Kalimantan Barat, ditemukan deposit laterit yang merupakan komponen penting dari material logam tanah jarang dengan perkiraan volume mencapai 219 ton. Penemuan ini menambah daftar wilayah potensial penghasil logam tanah jarang di Indonesia, memperkuat posisi negara dalam peta global sumber daya mineral strategis ini.
4. Sumatra Utara
Provinsi Sumatra Utara turut menyumbang potensi logam tanah jarang nasional dengan kandungan material laterit yang diperkirakan mencapai 19.917 ton. Besarnya potensi ini menjadikan Sumatra Utara sebagai salah satu wilayah yang menarik untuk eksplorasi dan pengembangan industri logam tanah jarang lebih lanjut.
5. Jawa Timur
Lumpur Sidoarjo, yang lebih dikenal sebagai Lumpur Lapindo, di Jawa Timur, pernah menjadi sorotan publik karena ditemukan mengandung material logam tanah jarang, khususnya Cerium (Ce). Meskipun penemuan ini sempat menimbulkan optimisme, Direktur Eksekutif Walhi Jatim, Wahyu Eka Setyawan, mengingatkan bahwa potensi ekonomi dari temuan tersebut perlu dipertimbangkan secara hati-hati mengingat kerugian besar yang telah dialami masyarakat dan lingkungan sejak tragedi lumpur panas pada tahun 2006. Kasus ini menggambarkan kompleksitas dalam pemanfaatan sumber daya alam, di mana aspek lingkungan dan sosial harus menjadi pertimbangan utama selain potensi ekonominya.