Eksistensi Kusir Andong di Yogyakarta, Menggali Tradisi dalam Era Modern

Di Yogyakarta, andong bukan sekadar kereta kuda, melainkan simbol dari kekayaan budaya yang telah ada sejak lama.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 10 Sep 2024, 16:27 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2024, 16:27 WIB
Kusir Andhong
Kusir Andhong (Liputan6.com/Mochamad Rizal Ahba Ohorella)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah hiruk-pikuk kota Yogyakarta, khususnya di sepanjang Jalan Malioboro yang legendaris, terdapat sebuah profesi yang menggabungkan warisan budaya dengan kehidupan modern, yakni kusir andong. Bapak Arif adalah seorang kusir andong berpengalaman yang memulai profesinya sejak tahun 2006 setelah gempa yang terjadi di DIY, menjadi salah satu wajah dari tradisi ini.

Rumahnya yang terletak di Kota Gede, Yogyakarta mencerminkan kehidupan yang erat dengan sejarah dan budaya Yogyakarta. Sebagai seorang kusir andong, Bapak Arif tidak hanya menyediakan transportasi tradisional untuk wisatawan dan penduduk lokal, tetapi juga berperan sebagai pelestari budaya yang menampilkan keindahan kereta kuda klasik di tengah perkembangan zaman.

"Andong dikenal sebagai kereta kuda tradisional, masih beroperasi di sepanjang Jalan Malioboro dengan harga satu putaran sekitar 100 ribu rupiah, meskipun harga ini masih bisa dinegosiasikan" ungkap Pak Arif saat ditanya tentang biaya dan operasional andong oleh Tim Liputan6.com, Jum'at(23/8/2024).

Pendapatan harian Bapak Arif sangat bervariasi dan tergantung pada jumlah penumpang yang ada. Meskipun keberadaan andong dulunya merupakan pilihan transportasi yang populer, kini ia menghadapi tantangan besar akibat kemunculan moda transportasi modern seperti ojek online. Teknologi yang semakin maju telah mengubah cara orang bepergian, membuat eksistensi kusir andong semakin meredup.

 

Tradisi dan Peran Kusir Andong di Yogyakarta

Kusir Andhong di Jl.Malioboro
Kusir Andhong di Jl.Malioboro (Liputan6.com/Mochamad Rizal Ahba Ohorella)

Di Yogyakarta, andong bukan sekadar kereta kuda, melainkan simbol dari kekayaan budaya yang telah ada sejak lama. Bapak Arif, sebagai salah satu kusir andong yang terampil, berperan penting dalam memelihara tradisi ini. Sejak tahun 2006, setelah gempa besar mengguncang Jogja, Bapak Arif telah mendedikasikan dirinya untuk profesi ini. Andong yang dikendarainya tidak hanya membawa penumpang melintasi jalan-jalan bersejarah di Malioboro tetapi juga menawarkan pengalaman budaya yang kaya bagi para wisatawan dan penduduk lokal.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemunculan moda transportasi modern, seperti ojek online, keberadaan andong menghadapi tantangan berat. Meskipun transportasi berbasis aplikasi memberikan kemudahan dan kecepatan, ia juga mengubah cara masyarakat memilih moda transportasi. Andong, dengan keunikan dan nilai sejarahnya, kini harus bersaing dengan pilihan yang lebih praktis. Kondisi ini membuat profesi kusir andong menjadi semakin sulit untuk dipertahankan di tengah era modern ini.

Meskipun demikian, dukungan dari pemerintah untuk melestarikan profesi ini sangat penting. Penyediaan peralatan andong yang baru merupakan salah satu langkah untuk menjaga agar tradisi ini tetap hidup. Dengan bantuan ini, Bapak Arif dan rekan-rekannya masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan pekerjaan mereka dan terus memperkenalkan keindahan budaya Yogyakarta kepada generasi mendatang.

"Pemerintah telah memberikan dukungan dengan menyediakan peralatan andong yang baru, sebagai upaya menjaga agar tradisi ini tetap hidup di Jogja" ungkapnya.

Dengan adanya bantuan ini, diharapkan kusir andong seperti Bapak Arif dapat terus menjalankan profesinya sambil tetap menyajikan pengalaman budaya yang otentik kepada wisatawan. Dalam konteks ini, keberadaan kusir andong bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga merupakan bagian penting dari upaya melestarikan dan menghargai kekayaan budaya Yogyakarta.

Tantangan dan Upaya Pelestarian Profesi Kusir Andong

Pemandangan Kusir Andhong Yogyakarta
Pemandangan Kusir Andhong Yogyakarta (Liputan6.com/Mochamad Rizal Ahba Ohorella)

Tantangan utama yang dihadapi oleh kusir andong seperti Bapak Arif adalah penurunan jumlah penumpang yang mempengaruhi pendapatan harian mereka.

"Harga satu putaran andong di Malioboro yang sekitar 100 ribu rupiah merupakan tarif yang masih bisa dinegosiasikan, namun fluktuasi jumlah penumpang membuat pendapatan menjadi tidak pasti. Keberadaan ojek online dan moda transportasi modern lainnya telah mengubah kebiasaan masyarakat, sehingga membuat keberadaan andong menjadi kurang diminati," jelasnya.

Meski menghadapi berbagai tantangan, upaya pelestarian tetap dilakukan. Pemerintah, melalui berbagai inisiatif, memberikan dukungan berupa penyediaan peralatan andong yang baru dan perawatan untuk menjaga agar tradisi ini tidak hilang. Dukungan ini penting agar kusir andong seperti Bapak Arif dapat terus beroperasi dan memberikan pengalaman budaya yang unik kepada wisatawan dan masyarakat setempat.

Di tengah semua perubahan ini, penting untuk mengingat bahwa andong bukan hanya sekadar alat transportasi. Ia adalah bagian dari warisan budaya yang kaya dan memiliki nilai sejarah yang tidak dapat tergantikan. Upaya untuk menjaga eksistensi profesi ini merupakan langkah penting dalam melestarikan kekayaan budaya dan sejarah Yogyakarta, serta memberikan kesempatan bagi generasi mendatang untuk mengenal dan menghargai tradisi yang telah ada sejak lama.

Tanggapan Wisatawan Tentang Andong

Kusir andong dan penumpang
Kusir andong dan penumpang (Liputan6.com/Mochamad Rizal Ahba Ohorella)

Rio, seorang wisatawan lokal, berbagi pengalamannya saat naik Andong di jalanan Malioboro. Ia menuturkan jika berjalan-jalan menggunakan andong menjadi salah satu pengalaman yang menarik. Terlebih, dengan menggunakan andong juga bisa merasakan suasana tradisional yang begitu khas dari Yogyakarta.

"Naik andong di Malioboro benar-benar seru, saya merasa perjalanan ini jadi lebih asyik ketika dilakukan bersama teman atau keluarga. Suasana tradisional yang dihadirkan oleh andong menambah keistimewaan pengalaman berwisata di Yogyakarta. Dengan tarif hanya 50 ribu per orang, kami bisa menikmati keindahan sekitar Malioboro dengan cara yang nyaman dan menyenangkan." tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya