Dua Sisi yang Berbeda, Mengapa Kritis dan Apatis Sering Disalahartikan

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah kritis dan apatis sering kali dianggap serupa, padahal sebenarnya memiliki makna yang sangat berbeda.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 13 Sep 2024, 12:08 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2024, 12:08 WIB
wanita berpikir
Mengapa Bisa Terkenal? copyright/freepik/BalashMirzabey

Liputan6.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, istilah kritis dan apatis sering kali dianggap serupa, padahal sebenarnya memiliki makna yang sangat berbeda. Kedua istilah ini berkaitan dengan cara seseorang merespons situasi atau informasi yang dihadapi. Pemahaman yang tepat mengenai perbedaan antara sikap kritis dan apatis sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menilai perilaku seseorang.

Sikap kritis biasanya ditandai dengan keinginan untuk memahami lebih dalam dan mengevaluasi informasi secara objektif. Orang yang bersikap kritis cenderung mempertanyakan, menganalisis, dan mencari bukti sebelum menerima suatu pendapat atau fakta. Sebaliknya, sikap apatis ditandai dengan ketidakpedulian atau ketidakacuhan terhadap situasi atau informasi yang ada.

Kesalahpahaman sering terjadi karena kedua sikap ini bisa muncul dalam konteks yang sama, namun dengan motivasi yang berbeda. Seseorang yang kritis mungkin terlihat skeptis atau tidak mudah percaya, sementara seseorang yang apatis mungkin tampak tidak peduli atau tidak tertarik. Memahami perbedaan mendasar antara kritis dan apatis dapat membantu dalam menilai dan merespons perilaku orang lain dengan lebih tepat, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jum'at (13/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mementingkan Analisis dan Pemikiran Kritis

Ilustrasi berpikir positif, kritis
Gambaran berpikir positif dan kritis. (Image by jcomp on Freepik)

Sikap kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara mendalam, menganalisis, dan mencari solusi terhadap suatu masalah. Individu yang memiliki sikap kritis tidak serta merta menerima informasi yang diberikan, tetapi menelaahnya dengan cermat. Mereka biasanya mempertanyakan berbagai aspek dan berusaha memahami latar belakang suatu peristiwa atau masalah.

Sikap kritis sangat penting, terutama dalam menghadapi banjir informasi di era digital ini. Dengan bersikap kritis, anda bisa memilah informasi yang valid dan menghindari jebakan hoaks. Selain itu, sikap kritis juga mendorong perubahan positif karena melibatkan tindakan yang didasarkan pada analisis yang mendalam.

Contoh konkret dari sikap kritis adalah ketika seseorang menelaah kebijakan pemerintah. Daripada menerimanya begitu saja, mereka akan mempertanyakan dampak jangka panjangnya, siapa yang diuntungkan, dan bagaimana pelaksanaannya bisa diperbaiki.


Acuh tak acuh, Sikap Apatis

wanita acuh tak acuh dengan dunia
Perbedaan antara Kritis dan Apatis yang Sering Disalahartikan copyright/freepik

Di sisi lain, apatisme adalah sikap tidak peduli atau tidak acuh terhadap situasi di sekitar. Individu yang apatis cenderung menghindari keterlibatan atau tidak mengambil tindakan, meskipun dihadapkan pada masalah-masalah penting. Mereka mungkin merasa bahwa kontribusi mereka tidak signifikan atau bahwa masalah tersebut bukanlah tanggung jawab mereka.

Sikap apatis sering kali muncul sebagai hasil dari ketidakpuasan atau frustrasi terhadap situasi yang dianggap tidak bisa diubah. Namun, apatisme justru dapat memperburuk keadaan karena kurangnya partisipasi dalam mencari solusi atau perubahan. Dalam konteks sosial dan politik, apatisme bisa menyebabkan stagnasi karena masyarakat tidak lagi berperan aktif dalam proses perubahan.

Contohnya, ketika ada masalah lingkungan yang memerlukan perhatian, apatisme terlihat dari mereka yang memilih untuk tidak peduli, meskipun mereka menyadari dampaknya.


Kenapa Penting Mengetahui Bedanya?

wanita sedang berpikir
Sering kali, perbedaan antara kritis dan apatis disalahartikan copyright/freepik/katemangostar

Memahami perbedaan antara sikap kritis dan apatis membantu individu menjadi lebih peka dalam menghadapi situasi. Sikap kritis mendorong seseorang untuk aktif dan berpikir solutif, sementara apatis hanya mengarah pada ketidakpedulian yang akhirnya merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dalam konteks sosial, generasi muda seperti Gen-Z diharapkan bisa lebih kritis terhadap berbagai isu seperti lingkungan, politik, dan teknologi. Dengan bersikap kritis, seseorang dapat menjadi agen perubahan. Namun, waspadalah agar tidak terjebak dalam apatisme yang justru menghalangi kesempatan untuk membuat perbedaan.

Sikap kritis dan apatis adalah dua respons yang sangat berbeda terhadap keadaan. Sikap kritis melibatkan analisis, pertanyaan, dan tindakan, sedangkan apatis mencerminkan sikap acuh tak acuh yang bisa berbahaya bagi kemajuan masyarakat. Jadi, mulailah berlatih menjadi individu yang kritis dan peduli, karena perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang diambil.

Lanjutkan Membaca ↓

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya