Kenapa Move on dari Hubungan Tanpa Status Terasa Lebih Sulit? Ini 4 Alasannya

Hubungan tanpa status sering kali menimbulkan dilema emosional, di mana seseorang merasa terjebak antara harapan akan perubahan dan kenyataan yang tetap tidak pasti.

oleh Miranti diperbarui 07 Okt 2024, 17:52 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 17:52 WIB
Perempuan sedang menelpon
Sampaikan dengan jujur untuk mengeluarkan diri dari pusaran hubungan tanpa status. (Foto: Pexels/Liza Summer)

Liputan6.com, Jakarta Melepaskan diri dari hubungan tanpa status (HTS) sering kali lebih menantang dibandingkan dengan romansa yang memiliki kejelasan, seperti pacaran. Dalam kondisi ini, ketidakjelasan emosi dan batasan membuat seseorang terperangkap dalam perasaan yang ambigu.

Tanpa adanya komitmen yang jelas, timbul keraguan serta ketidakpastian tentang masa depan hubungan tersebut. Hal ini dapat memicu kecemasan, bahkan setelah hubungan berakhir, karena tidak ada kejelasan mengenai alasan perpisahan atau bagaimana seharusnya perasaan diproses.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships (2023) menunjukkan bahwa ketidakpastian dalam hubungan menyumbang pada tingkat stres emosional yang lebih tinggi. Hubungan tanpa status sering kali menimbulkan dilema emosional, di mana seseorang merasa terjebak antara harapan akan perubahan dan kenyataan yang tetap tidak pasti.

Inilah yang membuat proses melupakan menjadi lebih lambat dan rumit, karena perasaan yang belum tuntas sering kali memerlukan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan mengapa move on dari hubungan tanpa status terasa lebih menantang, sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (7/10/2024):

1. Ada Banyak Harapan yang Belum Terwujud

1. Ada Banyak Harapan yang Belum Terwujud
Gambar tentang hubungan yang tidak memiliki status. (Hak cipta Unsplash/Priscilla Du Preez)

Salah satu alasan utama mengapa sulit untuk melupakan hubungan tanpa status adalah banyaknya harapan yang belum terealisasi. Dalam hubungan semacam ini, sering kali muncul ekspektasi tentang masa depan yang ideal. Baik itu keinginan untuk lebih dekat, menjalani hubungan yang lebih serius, atau sekadar mendapatkan kejelasan.

Ketika hubungan tersebut tidak berkembang sesuai harapan, rasa kehilangan terhadap harapan bisa lebih menyakitkan daripada kehilangan hubungan itu sendiri. Hal ini menciptakan kekosongan dalam diri seseorang, seolah-olah mereka kehilangan sesuatu yang sebenarnya belum pernah mereka miliki.

Harapan yang belum tercapai ini juga bisa memperpanjang proses pemulihan emosional. Dalam hubungan tanpa status, di mana tidak ada kepastian yang jelas, harapan sering kali lebih besar daripada realitas yang ada.

Inilah sebabnya seseorang sulit untuk melepaskan diri karena mereka terus memikirkan "bagaimana jika.." dan meratapi kesempatan yang seolah-olah hilang. Harapan yang belum terwujud ini menjadi beban emosional yang berat dan menghambat proses untuk move on. 

2. Emosi yang Dirasakan Selalu Tidak Jelas

2. Emosi yang Dirasakan Selalu Tidak Jelas
Gambaran hubungan tanpa status. (Hak Cipta Unsplash/Sander Sammy)

Hubungan tanpa status sering kali menimbulkan perasaan yang tidak jelas dan membingungkan. Karena tidak ada kepastian mengenai peran atau komitmen satu sama lain, emosi yang muncul menjadi samar. Kadang-kadang seseorang merasa dicintai, namun pada saat yang sama merasa diabaikan.

Ketidakpastian ini menimbulkan gejolak emosi yang sulit untuk dimengerti. Akibatnya, ketika hubungan tersebut berakhir, orang yang terlibat mungkin merasa bingung tentang perasaan mereka dan kesulitan memahami apakah mereka benar-benar kehilangan sesuatu yang berarti.

Inilah alasan mengapa mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenali dan mengatasi perasaan yang sedang dialami. Mereka mungkin terus mencari validasi emosional yang sebenarnya tidak pernah mereka dapatkan sepenuhnya. Akibatnya, perasaan terhadap pasangan dalam hubungan tanpa status akan lebih sulit untuk dilupakan.

3. Tidak ada Emotional Closure

3. Tidak ada Emotional Closure
Gambaran relasi tanpa status. (Hak Cipta Freepik/penulis/freepik)

Ketiadaan penutupan emosional atau emotional closure juga berperan signifikan dalam membuat proses move on dari hubungan tanpa status terasa lebih menantang. Dalam hubungan semacam ini, sering kali tidak ada diskusi yang jelas mengenai akhir dari hubungan tersebut.

Tanpa penutupan yang pasti, seseorang mudah terperangkap dalam lingkaran pertanyaan yang tidak terjawab—mengapa hubungan berakhir, apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya, dan apakah perasaan tersebut benar-benar hilang atau hanya tersembunyi. Penutupan yang tidak memadai membuat seseorang sulit benar-benar meninggalkan masa lalu, karena mereka terus merasakan ada sesuatu yang belum selesai.

Berdasarkan Journal of Experimental Psychology (2023), penutupan emosional memegang peran penting dalam proses move on. Ketika seseorang tidak mendapatkan klarifikasi tentang akhir dari hubungan, pikiran mereka terus terjebak di masa lalu dan berusaha mencari jawaban sendiri. Proses ini memperlambat pemulihan emosional, karena tidak ada titik akhir yang jelas.

 

4. Komunikasi yang Ambigu

Time to move on (0)
Ilustrasi hubungan merenggang. (Sumber Pixabay)

Hubungan tanpa status sering kali disertai dengan komunikasi yang tidak jelas atau ambigu. Ketika tidak ada pembicaraan yang tegas tentang perasaan dan harapan masing-masing, hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan keraguan. Komunikasi yang kurang baik membuatmu kesulitan untuk menutup chapter tersebut dan melanjutkan hidup.

Walaupun berakhirnya hubungan tanpa status terasa lebih menyakitkan, bukan berarti move on tidak mungkin dilakukan. Anda hanya perlu percaya bahwa semua akan segera berlalu dan kesedihan akan berganti dengan kebahagiaan. Tetap semangat!

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya